"Natha, ayo kantin!" ajak Audi sembari berdiri di depan kelas.Sang pemilik nama yang sedang berkutat dengan soal soal sejarah itu menoleh di balik kacamata bening bulat nya.
"Duluan aja! Gue mau nyelesaiin soal ini dulu," sahut Natha kembali sibuk dengan buku nya.
"Yaelah, Nath. Bisa nanti kali," kata Chika menyelip di samping Haidan.
Natha menggeleng perlahan dan mengibaskan tangannya. "Gue belum laper, kalian lanjut aja."
Kelima sahabat nya hanya bisa menghela nafas melihat ke-ambisan seorang Nathalie."Yaudah, tapi Lo harus nyusul nanti!" pesan Nando.
Perkataan nya itu hanya di balas dengan acungan jempol oleh Natha. Setelah itu barulah dan kelima remaja tersebut beranjak dari kelas. Meninggalkan Natha dalam kemelut pelajaran favorit nya
Natha begitu bersemangat membolak-balik lembaran buku sejarah yang tebal. Seolah sedang membedah buku tersebut, untuk mencari jawaban dari soal soal yang dia catat. Setelah di dapat, dia lalu menyalin Jawaban itu di buku latihan nya. Tidak tanggung tanggung, panjangnya jawaban itu sampai satu paragraf di setiap soal nya.
Namanya juga sejarah, tapi gadis itu menyukai nya. Dia menyukai sejarah. Bagi nya sejarah adalah bagian terpenting dari kemajuan sebuah bangsa. Untuk membangun sebuah bangsa yang sejahtera, sejarah menjadi tolak ukur dan perbandingan, agar bangsa itu menjadi lebih baik dan lebih maju dari pada era sebelumnya. Ya, Natha bisa mendefinisikan seperti itu, dan dia masih di bilang bodoh? yang benar saja?
Selama lima menit gadis itu tak beranjak dari kelas, bahkan dia tak bergerak dari tempat tempat duduk. Tanpa sadar dia mengingkari janji nya pada Nando, siapa akhirnya anak anak kelas yang tadi ke kantin sudah kembali, termasuklah sahabat sahabat nya.
BUKK!!!
Sebuah susu kotak dan sebungkus roti coklat mendarat di hadapannya. Pelaku peletakan itu duduk di atas meja Natha dengan tidak sopan, membuat gadis itu melepaskan kacamata nya dan menatap anak laki laki bermata sipit itu dengan tatapan datar.
"Ambis boleh, Nath... tapi inget kesehatan juga. Lo gampang drop," kata pemuda menatap mata Natha dalam.
"Gue lupa, "jawab Natha dengan enteng.
"Lo emang gak pernah inget sama kesehatan sendiri," sindir Jeno yang jengah dengan sikap acuh gadis itu. Entahlah, menurut nya Natha seperti acuh pada kondisi diri.
"Selagi gue masih sehat, gue harus habisin waktu gue buat berusaha bikin mereka bangga, Jen," kata Natha meraih sebungkus roti yang di berikan Jeno tadi.
"Gue tau, tapi seenggaknya Lo juga harus berusaha perhatiin kesehatan Lo. Kalo Lo sakit, gimana mau buat bangga mereka coba?" nasihat Jeno.
"Iya.... gue usahain," sahut Natha pula
"Hei girl!" Tiba tiba seseorang merangkul pundaknya saat gadis itu sibuk memasukan roti ke dalam mulut.
"Apaan?" tanya Natha ketus.
"Gue beliin lo greentea di kantin tadi," kata Chika seraya menyodorkan sebotol greentea favorit sahabat nya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL PRINCESS {END} ✓
AléatoireEphemeral berlaku bagi semesta ciptaan Tuhan. Begitu juga bagi gadis berjiwa indah itu. Dia hanyalah hujan di tengah musim kemarau yang datang nya di damba, namun hadirnya kerap di anggap tak ada. Nathalie Putri Gavriel. "Jen... gue pengen jadi bint...