Natha sudah diizinkan pulang oleh Dokter pada hari minggu dengan perjanjian rawat jalan, mengingat kondisi kesehatannya yang kian menurun. Reva kali ini lebih tegas pada Natha dengan melarang anak itu keluar selain ke sekolah, bahkan dia sampai menyita motor warisan dari Rafa untuk adiknya itu agar Natha tidak bisa kelayapan.
Alhasil Si bungsu terpaksa harus bepergian dalam pengawasan Darren atau Rafa. Dia benar-benar tidak bisa leluasa lagi. Ke sekolah pun dia di antar jemput oleh Rafa atau Papanya, sangat membosankan bukan? Natha jadi tidak bisa keliling kota sendirian lagi.
Agensinya sudah memberikan toleransi pada Nathalie. Apalagi kemarin mereka menemukan Natha pingsan di lokasi perfomance. Jadi mereka mengizinkan Natha hiatus untuk sementara dan mengumumkan juga pada fans nya.
Saat Natha masuk sekolah Nando dan Chika menghampiri segera menghampiri gadis itu dengan raut wajah iba. Keduanya kompak mengatakan jika Natha tidak berkenan ikut berpartisipasi dalam HUT SMA Myleborn, maka tidak apa-apa. Mereka tidak akan memaksa, mereka akan menarik kembali nama Natha yang tercantum disana.
Natha dengan senyuman tulusnya menggeleng pelan sambil berkata, "Seorang seniman pantang ngasih harapan tanpa kepastian. Anak-anak pasti udah berharap gue nampil di acara itu, gak mungkin gue menghancurkan harapan mereka."
"Gue bakalan tetep nampil walaupun sekedar nyanyi doang," ucap Natha dengan tenang.
"Terus nyokap Lo gimana, Nath? Kalo dia tau nanti bisa di marahin lagi," kata Chika mengkhawatirkan nasib sahabat nya.
"Dia cuma marah kalo gue sampe kenapa-napa. Timbang nyanyi sambil gitaran doang mah gue gak bakalan tumbang, cuy. Gue ga selemah itu," sahut Natha sambil merangkul pundak Chika.
Nando dan Chika hanya menghela nafas panjang menghadapi keras kepala nya seorang Nathalie. Memang benar kata orang tua Natha. Anak ini kepala batu, kalau dia bilang a maka akan tetap a. Tidak akan berubah jadi b.
"Tapi janji lho ya, Nath? Jangan sampe kenapa-napa," ancam Chika.
Natha terkekeh sambil mengeratkan rangkulannya pada gadis berambut dora tersebut. "Iya, cerewet!"
Setelah menyepakati itu Nando dan Chika keluar untuk rapat mengenai persiapan HUT SMA Myleborn. Berhubung mereka adalah anggota OSIS, otomatis mengemban tugas sebagai panitia dalam setiap acara penting di sekolah.
Audi juga sedang rapat dengan anggota jurnalis untuk menjadi bagian seksi dokumentasi pada acara HUT nanti. Haiden pun pergi entah kemana. Sepertinya dia bermain basket di lapangan. Hanya Natha dan Jeno yang tertinggal dikelas dikarenakan jam kosong, guru-guru juga seperti nya sedang sibuk mengurus persiapan besok.
Kedua remaja itu memutuskan bermain Kartu Uno untuk mengisi kegabutan dari pada keluyuran. Nanti hanya akan berakhir kelelahan, lebih baik main Uno saja bersama Jeno. Di tengah-tengah permainan, Natha tiba-tiba teringat mimpi yang mengusik tidur nya tadi malam. Bukan hanya tadi malam, tapi mimpi itu datang berturut-turut selama beberapa hari ini.
Mimpi yang semakin hari semakin aneh. Mimpi itu mungkin berubah-ubah, tapi orang-orang yang ada di mimpinya itu tetap sana seperti sebelumnya. Walaupun Natha tidak bisa melihat jelas wajah mereka, tapi Natha bisa melihat postur tubuh serta bentuk wajah nya meskipun agak kabur.
"Jen, Lo pernah mimpi aneh gak?" tanya Natha sambil mengeluarkan kartu nya.
Jeno melirik sekilas pada Natha sambil mengangguk. "Sering gue mah mimpi aneh."
"Salah satunya?" Natha mengangkat sebelah alisnya menatap Jeno.
"Mimpi di kejar zombie. Sama yang paling aneh mimpi pindahin rumah gue ke samping sekolah biar gue gak telat terus," jawab Jeno sembari tertawa konyol menyadari mimpinya kelewat random.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL PRINCESS {END} ✓
РазноеEphemeral berlaku bagi semesta ciptaan Tuhan. Begitu juga bagi gadis berjiwa indah itu. Dia hanyalah hujan di tengah musim kemarau yang datang nya di damba, namun hadirnya kerap di anggap tak ada. Nathalie Putri Gavriel. "Jen... gue pengen jadi bint...