Natha menekan perut nya dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya mencengkram sisi wastafel. Dia mengeluarkan seluruh isi perutnya di sana, karena merasakan mual yang luar biasa sejak latihan tadi. Begitu latihan selesai Natha langsung melesat ke toilet. Perut nya terasa begah dan berkali-kali dia sendawa. Selain itu Natha juga merasakan nyeri pada perut bagian atas dekat ulu hati.Sisa makan siang tadi sudah dia muntahkan semuanya. Kini tangan kanan Natha tak lagi memegangi perutnya, melainkan bertumpu pada wastafel karena merasa lemas selemas-lemasnya.
Nafas gadis itu memburu tak terkontrol. Setelah isi perutnya memaksa keluar rasa sesak pun tak terelakkan, tapi Natha berusaha mengendalikannya. Dia mengangkat pandangan menatap bayangan dirinya di cermin.
Bibir nya masih ada sisa cairan muntah. Mata, kulit dan kukunya berubah warna menjadi menguning. Seperti monster kuning, Natha sampai geli sendiri melihat bayangan nya.
DRRRRTTTT....
Handphone nya yang berada dalam saku celananya bergetar, takut yang menelpon adalah manager nya gadis itu segera merogoh benda pipih itu, tapi ternyata nama yang tertera adalah Papa nya.
Sebelum mengangkat panggilan itu Natha menormalkan suaranya terlebih dahulu dengan menarik nafas dalam dalam agar Papa nya tidak khawatir.
"Halo, Papa..." sambut Natha dengan nada ceria seperti biasa.
"Natha di mana, Nak?" tanya Darren diseberang sana.
"Masih di tempat latihan, Pah," sahut Natha dengan tenang.
"Ini udah jam berapa, Natha?" Nada bicara pria itu berubah seketika menjadi lebih tegas.
Anak itu menelan ludahnya kasar, Natha paham betul. Ini adalah kode jika Natha telat pulang. "Iya, Pah. Natha pulang sekarang."
"Hmm... hati hati. Jangan ngebut," pesan Darren pula.
"Iya, Pah."
Gadis bermata sipit itu menghembuskan nafas lega begitu panggilan terputus. Dia kembali menatap wajah nya yang mengerikan di cermin, lantas menggeleng kan kepala, tidak! Dia tidak boleh pulang dalam keadaan seperti ini. Orang-orang akan khawatir, atau lebih parahnya akan ketakutan melihat wujud Natha yang mengerikan.
Natha pun meraih tas nya yang dia letakkan di sisi wastafel. Mengeluarkan jaket, masker dan topi yang memang sengaja dia siapkan untuk jaga jaga jika hal seperti ini terjadi. Natha mematut diri di depan cermin setelah benda-benda itu menempel pada diri. Mengcover raga menyeramkan itu. Natha menata poninya menutupi kening dan mata agar tidak terlalu terlihat.
Selesai bersiap, Natha pun keluar dari toilet. Turun ke lobby dia sempat berpapasan dengan beberapa staff dan talent sepanjang perjalanan. Gadis hanya menyapa sekilas lalu melanjutkan niatnya untuk pulang, karena Papa nya pasti sudah menunggu di rumah.
Sore menjelang senja jalanan kota terasa cukup lengang. Seperti nya karena ini adalah hari Jum'at. Menjelang Weekend para pekerja pulang lebih awal untuk bersiap menyambut hari libur, walaupun dua hari saja.
Menyusuri senja kala itu Natha memacu kuda besi nya di jalanan dengan kecepatan sedang, karena dia selalu takut jika dia menaikan laju kendaraannya akan mencelakakan orang lain. Di banding dirinya sendiri dia lebih khawatir merugikan pihak lain, karena itu tentu saja akan membuat keluarga nya sedih dan kecewa. Natha tidak mau itu terjadi, makanya dia selalu berhati-hati.
Walaupun itu akan membuat nya sedikit terlambat sampai di rumah. Tidak masalah, yang penting selamat. Alon Alon asal kelakon, itulah motto yang Natha pegang hingga detik ini.
****
Natha kira saat sampai di rumah Papa nya sudah menunggu di ruang tengah sambil menonton tv atau membaca berita di tab, tapi ternyata dia tidak mendapati siapapun, bahkan Mama nya juga tidak ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL PRINCESS {END} ✓
AcakEphemeral berlaku bagi semesta ciptaan Tuhan. Begitu juga bagi gadis berjiwa indah itu. Dia hanyalah hujan di tengah musim kemarau yang datang nya di damba, namun hadirnya kerap di anggap tak ada. Nathalie Putri Gavriel. "Jen... gue pengen jadi bint...