"Lo gak masak, Di?" tanya Natha menatap Audi yang makan dengan lahap.Sebelum ke sini Natha mampir dulu di warung seblak, selain karena dia belum makan malam. Dia juga tau Audi pasti belum makan, mengetahui bahwa bibi yang bekerja di rumah Audi sedang tidak berada di tempat.
Ternyata benar saja, lihat sekarang. Audi makan seperti orang yang tidak makan tiga hari, sangat lahap.
"Lo kan tau sendiri, terakhir kali gue masak kondisi dapur gue kayak abis kena ledakan bom molotov," sahut Audi setelah menelan bulat-bulat bakso toping seblak itu.
Natha tertawa kecil sambil menyuap seblak nya. Benar juga, dari pada terkena resiko berbahaya Audi rela menahan lapar.
"Minimal Mie instan lah cuy," tambah Natha pula.
"Gak ada stok, gue gak di bolehin makan Indomie." Audi tiba-tiba tercekat seperti menyadari sesuatu. "Eh... -tapi, Nath. Bukannya Lo gak boleh makan beginian?"
"Boleh... kalo gue pengen," sahut Natha dengan cuek sambil menghabiskan seblak nya.
Audi menghela nafas gusar. "Bener bener lo, ye? Ntar kalo kambuh berabe tau, Nath!"
"Gak bakal Tenang aja gue ada obat nya," sahut Natha dengan gelengan santai.
Audi hanya bisa menghela nafas pasrah melihat keras kepala sahabat nya ini. Walaupun dia suka Natha membawakan nya seblak, tapi dia tidak suka jika nanti sahabat nya sakit karena keracunan seblak.
Dia ingat dulu Natha sempat di rawat tiga hari di rumah sakit, karena makan samyang saat hangout di rumah Chika. Setelah itu Natha sempat tidak di izinkan main dengan kedua sahabatnya beberapa waktu. Itu cukup membuat Audi dan Chika trauma sampai minta maaf berkali-kali pada orang tua Natha, karena mengajak anaknya makan sembarangan.
Mereka sudah berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Tuan dan Nyonya Gavriel pun akhirnya luluh, karena bujuk rayu Natha yang merengek ingin main dengan sahabat nya. Alhasil izin pun di dapatkan.
Setelah selesai makan, kedua gadis itu memutuskan untuk menonton drakor di laptop Audi untuk mengisi kebosanan mereka. Audi mengangkut isi kulkas nya ke kamar untuk menemani mereka menonton drama, lengkap lah sudah surga dunia malam ini.
Dua episode selesai, handphone Natha tiba-tiba berdering. Ada panggilan masuk dari mamanya. Anak itu pun segera menerima panggilan itu.
"Halo, Ma?" sahut Natha.
"Dimana kamu?" tanya Nyonya Gavriel tanpa menyapa.
Natha menelan ludahnya kasar mendengar nada bicara sang mama yang tidak bersahabat. "Di rumah Audi, Ma."
"Kamu ninggalin Kak Winda sendirian?" tuding wanita itu pula.
"Kan ada Abang di rumah," balas Natha berusaha tenang.
"Kamu ninggalin mereka berduaan? Kalau mereka ngapa-ngapain gimana?" cecar Sang Mama pula.
Natha memperbaiki posisi yang tadinya tengkurap menjadi duduk. "Kalo mama takut mereka ngapa-ngapain, harusnya mama larang dong Abang bawa cewek ke rumah."
"Kamu ngajarin Mama? Udah ngerasa pinter? Iya?!" pekik wanita itu di seberang sana.
Natha menghela nafas berusaha tabah. "Natha cuma ngasih tau, Mah...."
"Pulang sekarang! Atau gak usah pulang sama sekali."
Tut Tut Tut.
Panggilan di akhiri secara sepihak oleh Nyonya Gavriel. Natha hanya bisa menghela nafas menelan segala amarah yang melanda hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL PRINCESS {END} ✓
AcakEphemeral berlaku bagi semesta ciptaan Tuhan. Begitu juga bagi gadis berjiwa indah itu. Dia hanyalah hujan di tengah musim kemarau yang datang nya di damba, namun hadirnya kerap di anggap tak ada. Nathalie Putri Gavriel. "Jen... gue pengen jadi bint...