CEKLEK~~~Natha mengernyit menatap knop pintu kamar nya yang terasa ringan, padahal dia ingat sekali sebelum pergi sekolah tadi pintu kamar ini sudah dia kembali kunci.
Penasaran gadis itu pun membuka pintu tersebut. Natha semakin dibuat bingung melihat lampu kamar sudah menyala, sekali lagi dia ingat sudah mematikan nya tadi pagi. Pandangan Natha mengedar, hingga dia menemukan seorang gadis berambut panjang sepinggang duduk di atas tempat tidur nya.
Tidak! itu bukan Kunti.
Itu Kak Winda. Saat mendengar pintu terbuka Gadis itu menoleh, dan tersenyum mendapati kehadiran Sang pemilik kamar.
"Hai, Dek. Udah pulang?" tanya Winda berbasa-basi.
Natha mengangkat sebelah alisnya sedikit bingung. Bagaimana bisa orang ini ada dikamar nya? Tanpa seizinnya pula dan sekarang malah tersenyum tanpa dosa. Seolah-olah tidak melakukan kesalahan apapun, padahal dia sudah memasuki kamar orang lain tanpa izin pemilik nya.
"Kakak izin nginep disini lagi ya, Dek? Soal nya kunci kamar kost kakak ilang dan ibu kost nya lagi pulang kampung," ucap Winda menyadari kebingungan di wajah Natha.
"Oke, kak." Natha hanya menjawab seadanya, setelah itu dia melengos tanpa berkata apa-apa lagi.
Sudah terlanjur, mau bagaimana lagi? Umumnya izin itu di lontarkan sebelum bertindak atas sesuatu yang bukan hak nya, bukan meminta izin setelah mendapatkan apa yang dia inginkan. Sopan sekali bukan? Natha pun tidak punya pilihan lain selain mengizinkan.
Walaupun tubuhnya sangat lelah dan butuh istirahat sendirian untuk mengisi kembali Social battery nya yang terkuras habis hari ini, tapi gadis itu memilih mengalah daripada terjadi keributan karena hal sepele ini. Natha tau kalaupun dia marah, ujung-ujungnya tetap dialah yang salah.
Sangat tidak lucu jika dia berdebat dengan orang tuanya hanya karena orang asing ini.
Meletakkan ranselnya ke atas meja. Natha pun berjalan ke arah lemari untuk mengambil handuk dan baju ganti.
"Gue mandi dulu, Kak." Tanpa menunggu respon dari Winda Natha langsung memasuki kamar mandi.
"Oke, Dek..." balas Winda kembali fokus pada laptop nya.
Lima belas menit kemudian Natha keluar dari kamar mandi dengan setelan rumahan. Kaos biru muda dan celana training hitam. Rambut Pixie nya terlihat basah karena habis keramas.
"EH... -ANJIR! LO NGAPAIN DI SINI??!" Natha melotot kaget saat menyadari keberadaan Rafa di kamarnya.
Apalagi cowok itu duduk dengan santai di pinggi kasur, sementara Kak Winda di sisi lainnya.
Rafa terperanjat mendengar suara lantang Sang adik. "Buset, kenceng amat suara Lo!"
"Gue cuma mau ngasih baju buat Winda," sambung nya pula.
Natha berdecak kesal. "Udah kan? Yaudah, keluar sana!" usir gadis itu.
"Sewot amat dah lu!" balas Rafa melotot tak terima di usir begitu saja.
"Lo tau norma dasar gak sih? Gak baik perempuan sama laki-laki yang bukan mahram satu ruangan," sindir sang adik dengan frontal.
"Kan ada elo," balas Abangnya dengan wajah tanpa dosa.
Natha kembali menghela nafas panjang. Rafa ini sudah dewasa, tapi otak nya masih kayak remaja labil. Main terobos sana sini aja kalau lagi bucin.
"Ya, tetep aja gak pantes! Dari segi agama maupun norma. Ck! udah mahasiswa masa gitu aja gak paham sih? Gak malu apa di ingetin sama bocil SMA?" tukas Natha pula sembari berjalan menuju lemari dan meletakkan handuknya di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL PRINCESS {END} ✓
De TodoEphemeral berlaku bagi semesta ciptaan Tuhan. Begitu juga bagi gadis berjiwa indah itu. Dia hanyalah hujan di tengah musim kemarau yang datang nya di damba, namun hadirnya kerap di anggap tak ada. Nathalie Putri Gavriel. "Jen... gue pengen jadi bint...