CHAPTER 12 : APA ITU GALAU?

56 7 0
                                    

Puluhan bintang bersinar memancarkan cahaya gemerlap, menemani purnama yang berada di pusat kelam malam yang sunyi. Memberikan secercah cahaya pada bumi agar tidak terlalu gelap, dibantu oleh pijar lampu yang mengelilingi sudut dunia.

Sepi nya malam ini di isi oleh alunan melodi indah yang menari di udara, seiring lincah nya jemari lentik memetik senar gitar yang berada di dekapan, dan suara merdu mengudara di taman belakang rumah Keluarga Gavriel.

"Ku pernah coba bertahan
Namun sering terlupakan
Ku pernah coba melawan
Tapi aku tersingkirkan
Lebih baik berpisah
Dari pada terus terluka
Karena ku s'lalu yang salah
Jujur aku trauma
Aku tak mengejarmu saat kau pergi
Bukan karna ku tak cinta lagi
Tapi ku ingin berhenti
Kita saling menyakiti
Aku tak menahanmu tetap disini
Bukan karna tak bahagia lagi
Tapi kini ku sadari
Cinta tak harus saling miliki"

Seorang gadis belia duduk di Gazebo sembari bersenandung menyanyikan lagu yang beberapa hari ini berputar di kepalanya. Walaupun tidak relate sama sekali, tapi penggalan lagu itu cukup menyatu pada perasaan Natha sehari hari.

"Ekhem.... Gue pikir Seorang Nathalie gak bisa galau, tapi ternyata bisa juga ya?" Suara seorang anak laki-laki lagi-lagi menginterupsi kegiatannya.

Natha melirik ke arah sumber suara diiringi helaan nafas panjang. Menatap datar anak muda yang bersandar pada tiang gazebo sembari memegang sekaleng soda. "Siapa juga yang galau? Gue iseng doang kok."

Rafa terkekeh kecil dan duduk di samping adiknya. "Kapan Lo ngenalin Jeno ke gue?"

"Gue gak pernah janji untuk itu," acuh Natha kembali sibuk memainkan chord random pada gitarnya.

"Tapi gue mau kenalan sama dia," papar Rafa pula.

Natha melirik sekilas pada Rafa. "Kenapa Lo ngebet banget pengen kenalan sama dia?"

"Gue harus tau cowok yang deket sama Lo itu beneran baik atau enggak? bisa jagain Lo atau enggak?" jawab Rafa dengan jujur.

"Gue gak mau Lo di jahatin sama cowok. Gimanapun juga gue kan Abang Lo? Gue harus jagain Lo dari cowok cowok brengsek di dunia ini," jelas Rafa dengan nada tegas.

Natha mengangguk anggukkan kepala kemudian meluruskan pandangan nya ke arah kolam renang. "Bukannya gue gak mau, Bang, tapi Lo tau sendiri kan posisi gue?"

Rafa tersenyum tipis menatap adiknya, dia tentu saja paham maksud Natha. "Minggu depan Papa meeting sama klien di luar kota. Lo bisa ambil kesempatan itu."

Natha tertawa kecil seraya menggelengkan kepalanya. "Lo emang suhu dari segala suhu dalam hal kesesatan, Bang!"

"Respect gue," ujar Natha seraya menatap Abang nya itu dengan senyuman miring.

Rafa hanya nyengir lebar menanggapi pujian Natha yang lebih menjurus pada hujatan. Dalam satu kedipan mata pemuda itu mengunci pandang pada Natha, sementara Sang adik masih berkutat pada gitar kesayangan nya. Memetik senar gitar itu dengan jemari, sehingga mengeluarkan melodi sayu dan sendu. Seolah mewakili perasaan hatinya kini.

"Lo... -Beneran serius mau jadi Musisi, dek?" tanya Rafa dengan hati hati.

Mendengar pertanyaan itu, tatapan Natha menurun dan melemah menjadi sedikit redup dan sayu. "Lo mau jawaban jujurnya atau boong nya?"

"Gak ada yang mau dapet jawaban boong, Nath." Rafa menyelami raut wajah adiknya. Sialnya yang dia temukan malah rentetan luka.

Natha menggulir netra nya ke arah pintu rumah dengan tatapan kosong. "Kalo jujur nya sih, iya... tapi jawaban ini gak ada artinya, Bang. Suatu saat mimpi gue bakalan kandas karena ekspektasi mama papa."

EPHEMERAL PRINCESS {END} ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang