00

4K 159 0
                                    

•••

Suasana dirumah duka kini sudah sedikit sepi, dan tersisa hanya empat gadis yang masih menatap kearah foto orang yang teramat dicintainya.

"Kenapa appa dan eomma pergi secepat ini, eonni?" Tanya gadis berambut blonde yang masih memandang foto dari orang tuanya.

"Ini semua sudah takdir tuhan, Chaeng! Kita hanya bisa menerimanya, dan mencoba untuk mengikhlaskan kepergian mereka." Jawab dari si sulung.

"Andai saja kita tidak memaksa keduanya datang kemari, pasti semua ini tidak akan terjadi. Seharusnya kita membiarkan mereka seperti sebelumnya, yang datang bergantian tidak dengan bersama-sama menemui kita." Lanjut gadis yang memiliki mata kucing disebelahnya.

"Hiks.. appa! eomma! Mianhae.. jeongmal mianhae.." Tangis si bungsu membuat mereka bertiga mendekat padanya, kemudian mendekap erat satu sama lainnya. Guna memberikan kehangatan dan menguatkan satu sama lain, saling memberi semangat jika semuanya akan baik-baik saja.

Mereka berempat memang tinggal secara terpisah dengan ke orangtuanya, meskipun masih didalam satu negara yang sama. Ke empat gadis itu tinggal di Jeju, sedangkan kedua orangtuanya tinggal di Seoul. Terkadang mereka bergantian untuk mengunjungi ke empat gadis tersebut, mereka tidak tau kenapa appa dan eommanya tidak pernah mengunjungi mereka secara bersama-sama selama tiga tahun terakhir ini.

"Selamat sore, nona!" Suara itu membuat para gadis tersebut mengurai pelukannya, lalu menatap kearah pria yang berdiri tepat di belakangnya.

"Nuguya?" Tanya si sulung padanya.

"Perkenalkan saya Lee Minho, pengacara serta orang kepercayaan dari tuan Kim. Appa kalian, saya hanya akan menyampaikan sesuatu dari beliau. Sebelumnya, saya turun berdukacita atas kepergian tuan dan nyonya Kim." Ucap pria yang bernama Lee Minho sambil membungkuk kepada gadis itu.

"Gumawo, ahjussi." Mereka pun juga ikut membungkuk pada pria tersebut.

"Sebelumnya saya menyampaikannya apa yang mendiang tuan Kim berikan, ada syarat yang harus kalian jalankan terlebih dahulu." Mereka menatap penuh tanya pada Minho yang menjeda ucapannya.

"Syaratnya adalah kalian harus pindah ke Seoul, setelah pemakaman kedua orangtua kalian."

"Tapi.."

"Soal kepindahan kalian, sudah diurus oleh orang suruhan saya. Kalian tinggal membereskan barang-barang saja!" Mereka hanya bisa saling pandang satu sama lainnya.

"Baiklah, ahjussi."

"Kalo begitu, saya pamit undur diri. Dan ini, alamat yang harus kalian tuju setelah sampai di sana. Saya permisi, nona!" Setelah menyerahkan secarik kertas pada mereka, Minho pun pergi dari hadapan para gadis Kim.

•••

Baru awal nih, gimana tanggapannya?

𝙰𝚍𝚎𝚕𝚏é𝚜 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang