Chapter 10

4.1K 412 56
                                    


Tau kok tau ini hari Selasa...
Jadwalnya Idolyfe bukan jadwalnya update FF wkwkwk
Tapi da pengen 😆 ya gimana aku we lah ya 😅
Aku gak ngerti nyelesein cerita ini kayanya lebih susah dari pada cerita sebelumnya wkwkwk

Nabila kembali bekerja seperti biasanya, ia tidak ingin mengingat kejadian yang membuat energi baiknya terbuang percuma. Masa bodoh dengan kejadian-kejadian menyebalkan yang terjadi semalam, entah itu di pernikahan Satya atau ketika dia sudah sampai ke rumah. Bagi Nabila bekerja adalah pelarian dari segala masalahnya.

Pagi sekali gadis itu sudah berkutat dengan pekerjaannya, bahkan disaat yang lain masih duduk santai dengan teh atau kopi mereka. Hari ini karena menghindari duduk bersama di meja makan bersama keluarganya, Nabila memilih datang lebih cepat, dia sudah mengirim pesan pada Paul bahwa hari ini dia tidak akan membawa sarapan, terserah saja Paul mau sarapan atau tidak, pikir Nabila.

"Nab, udah baikan?" Tanya Novia yang baru kembali dari pantry setelah menyeduh kopinya.
Nabila menaikan alisnya bingung. Beberapa detik kemudian ia baru sadar, semalam Paul memberikan alasan bahwa Nabila sakit. Gadis itu kemudian tersenyum simpul.

"Udah baikan banget kok Kak Nov." Sahut Nabila mengacungkan kedua ibu jarinya.

"Syukur lah, kaget aku semalem kau hilang." Celetuk Novia dengan logat Bataknya, Nabila sudah hafal lagi kalau sudah seperti ini Novia pasti baru menelfon keluarganya di Medan sana.

"Betewe ini si Paul gak ngasih kita libur banget pekan ini." Keluh Rahman ia berputar-putar di kursi kerjanya malas.

"Ayo Bang Aman protes sama si bos." Nabila malah mengompori.

"Ya lo liat itu antrean event kita, Man." Itu suara Salma. Nabila mencebik karena maminya tidak memihak.

"Pagi...!!" Seru Paul yang baru saja datang. Ia tampak kesulitan dengan dua tote bag besar yang ia jinjing di tangan kanan dan kirinya.

"Man sorry dong." Pinta Paul ketika melewati Rahman yang duduk santai dengan punggung yang ia rebahkan di kursi kerjanya.

Dengan sigap Rahman menyambut uluran Paul dan mengambil alih salah satu tote bag yang tadi di bawa Paul.

"Hari ini nyokap bawain sarapan, kebetulan banget kan lo gak bawain sarapan." Ujar Paul, ekor matanya melirik Nabila.
Sejujurnya sebelum gadis itu memberitahunya tidak akan membawa sarapan pagi ini, Paul sudah meminta mamanya untuk membawakan ia bekal, dan berakhir dengan makanan sebanyak itu.

Paul berjalan ke ruangan sebelah lalu mengeluarkan satu persatu wadah dari tas lainnya dan menata makanan tersebut di atas meja.

Aroma dari makanan yang dibawa Paul dengan otomatis menarik kehadiran semua orang untuk berkumpul di meka tersebut. Termasuk Rony yang baru saja datang tepat setelah Paul.

"Waaah makan besar kita hari ini." Rahman menggosokkan kedua telapak tangan, dengan mimik bahagia yang tidak bisa disembunyikan.

"Ayam suwiiir." Pekik Nabila dan Salma bersamaan saat Paul membuka wadah berisi ayam suwir yang dibuat mamanya. Mereka kemudian berhigh five sambil melompat bahagia, terakhir kali mereka makan ayam suwir mamanya Paul adalah saat mereka berkunjung ke rumah orang tua bosnya sekitar tiga bulan yang lalu.

"Gue tuh masih heran kok tante Mayra kalo masak sop itu bening banget ya." Celetuk Novia yang entah sejak kapan sudah mengambil piring.

"Kak Rony ayo ikut makan." Ajak Nabila melihat Rony tak berkomentar apa-apa.

"Ayo Ron gak usah sungkan gitu, sikat aja." Rahman mengambil piring untuk lelaki itu dan diterima dengan setengah hati oleh Rony. Ingin menolak tapi tidak enak.

Redefining Us (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang