Hai mantemaaan :)
Happy reading 😘
*
*
*"Wow, you have a great team, Paul. "
Puji Evelyn setelah Nabila menutup presentasinya. Salma mengeluh tidak enak badan pagi ini. Jadinya Nabila mengambil alih bagian presentasi yang harusnya dilakukan Salma. Paul tersenyum bangga ketika mendapat pujian dari kliennya. Meskipun sebenarnya ia paham pujian Evelyn itu lebih ditunjukan untuk Nabila dan rekan kerjanya yang lain.
"Thank you, Miss." Sahut Paul seraya menganggukkan kepala.
"I love your concept, and Nabila presenting it so well, I am so impressed." Sekali lagi Evelyn memuji Nabila. Gadis itu tampak salah tingkah mendapat pujian dari Evelyn yang terkenal pelit apresiasi itu.
Salma mengacungkan jempol di bawah meja sebagai bentuk penghargaan untuk rekannya itu dan dibalas senyuman dari Nabila.
"Salma dan Nabila adalah tim concept planning terbaik yang Moon Event punya." Pamer Paul yang mendapat anggukan setuju dari Evelyn.
"Indeed. Balas Evelyn setuju.
"Ya emang cuma kita doang yang selama ini pernah kerja sama dia ya, Nab." Bisik Salam pada Nabila bermaksud mencibir ucapan Paul.
Nabila terkikik dan mengangguk setuju. Paul ini hanya di depan klien saja selalu membanggakan pegawainya, jika di hadapan mereka langsung Paul lebih sering meroasting. Tapi mereka sudah paham lagi cara bercanda Paul memang seperti itu.
"Oke, karena aku sudah sangat terkesan dengan presentasi kalian, ditambah lagi dengan pengalaman sebelumnya, jadi aku akan percayakan semuanya sama Moon Event. Aku mau Terima beres, Paul." Pinta Evelyn. Wanita itu mengibaskan rambut panjangnya sebagai bentuk gestur dominan yang ingin ia tunjukkan.
"Oke, we will do our best." Janji Paul lalu berjabat tangan dengan Evelyn.
Nabila bersyukur karena meeting dengan selebgram itu tak berlangsung terlalu lama. Sepertinya mood Evelyn sedang sangat bagus. Wanita itu langsung setuju saat tim mereka mengajukan konsep. Padahal awalnya ia khawatir, mengingat dulu saat Evelyn menggunakan jasa mereka untuk pernikahannya, wanita itu adalah tipe klien yang sangat rewel, banyak mau dan terlalu bossy.
"Ah akhirnya selesai juga." Salma meregangkan otot lengannya. Lalu memijat plipisnya sendiri karena kepalanya terasa pusing.
"Masih pusing kak Sal?" Tanya Nabila khawatir.
"Agak mendingan sih sekarang, ini kayanya gara-gara kehujanan kemaren." Terang Salma, kemarin setelah cek catering untuk klien lain, dalam perjalanan pulang ke kantor Salma kehujanan. Dan malamnya ia sedikit meriang, pusingnya awet sampai siang ini.
"Diman Oke emang? lo kerja lagi sakit gini?" Tanya Paul, ia tahu betul betapa concern nya Djman soal kesehatan.
"Oke aja sih, tadi pagi gue udah minum obat soalnya." Jelas Salma.
Mulut Paul membentuk huruf O, ia mengangguk paham, tadi ia sempat khawatir juga saat Salma mengeluh sakit, lebih tepatnya ia khawatir tiba-tiba Diman meminta Salma berhenti bekerja karena alasan kesehatan. Oh jangan sampai itu terjadi, Salma adalah salah satu aset perusahaan.
"Gue mau makan siang bareng dia sih ini." Salma melihat jam tangannya. Masih ada sekitar setengah jam sebelum waktu istirahat Diman.
"Mau makan siang di sini?" Tanya Paul lagi.
Salma menggeleng sambil memasukan I pad nya ke tas tangan yang ia bawa. "Engga, janjian di Solaria, lagi pengen nasi goreng kambingnya kata Diman." Terang Salma. Ia sudah berniat dan berniat pamit.