Chapter 19

4.3K 512 175
                                    

"Nab, boleh minta tolong ga?"

"Liat deh sini Nab, lucu banget."

"Nab, aku bawain salad buah nih."

Nabila dibuat bingung dengan Rony yang semakin jelas menunjukkan perasaannya. Bukan hanya saat mereka sedang berdua, tapi juga ketika di depan yang lain termasuk saat ada Paul. Dan tentu saja Paul akan memperhatikan interaksi mereka dengan tatapan tidak suka.

Yang tidak bisa Nabila hindari adalah kecanggungan antara dirinya dengan Paul. Meskipun Paul tetap bersikap seperti biasanya, dan Nabila juga berusaha untuk bersikap biasa saja, tapi dia tidak bisa membohongi hatinya sendiri. Jujur saja, ada bunga yang bermekaran di dalam hatinya saat Paul mengakui perasaannya beberapa hari yang lalu, meski ia harus menahan perasaannya. Ia tidak ingin egois dengan memikirkan urusan cinta di tengah tanggung jawab yang sekarang ada di pundaknya.

"Sibuk banget, Nab?!"

Nabila mendongkakkan kepala saat satu cup es krim mendarat dengan mulus di mejanya.

"Kak Rony." Kagetnya ia pikir Rony belum pulang, tadi ia dan Rahman menemui vendor. Detik berikutnya Nabila menyunggingkan senyum. "Buat aku nih?" Tanya Nabila menyentuh cup eskrim dengan telunjuknya.

"Iya, es krim vanila dengan toping mangga." Terang Rony dengan senyum karismatiknya.

Nabila tersenyum lebar, tanpa menunggu tangannya dengan cepat meraih es krim itu.
Rony kembali ke mejanya, ia memutar kursi sehingga ia duduk menghadap Nabila. Bibirnya melekung manis melihat Nabila bersemangat dengan es krim yang tadi dia berikan. Gelagat Rony bisa dengan mudah dibaca semua orang yang ada di ruangan itu. Diman yang sedang menunggu Salma sampai tidak bisa menahan senyum melihat sikap kedua orang yang menurutnya lucu. Salah! sebenarnya tiga orang, satu lagi adalah Paul yang sekarang sedang memperhatikan Nabila dan Rony dengan mata memicing.

"Sejak kapan jadi begitu, Sal?" Tanya Diman pada istrinya.

Salma yang sedang merapikan barang-barangnya menoleh pada Diman, lalu mengalihkan pandangan sesuai isyarat suaminya itu.

"Udah sejak Rony mulai kerja disini sih kayanya." Jawab Salma. "Yuk ah pulang." Sambung wanita berkacamata itu, kepalanya sudah terasa berat dan yang ia bayangkan saat ini adalah tidur di ranjangnya.

Diman bergerak patuh mengikuti ajakan Salma setelah ia pamit pada orang-orang yang tersisa di sana.

"Gak langsung pulang aja, Kak. Kak Rahman langsung pulang ya?" Tanya Nabila pada Rony yang masih memperhatikannya.

Rony berdeham. "Sengaja kesini dulu." Jawab Rony. Ya dia memang sengaja tidak langsung pulang, niatnya kembali ke kantor adalah untuk memberikan es krim itu pada Nabila, dan tentu saja mengajak Nabila pulang bersama.

"Ih ribet banget padahal." Seloroh Nabila tanpa menoleh, ia sibuk dengan es krimnya.

"Udah selesai belum Nab, pulang yuk." Ajak Rony. Nabila hampir saja mengangguk mengiyakan ajakan Rony kalau saja Paul tidak memanggilnya.

"Nab sini sebentar." Panggil bosnya itu.

Nabila tak berpikir macam-macam, ia menghampiri Paul dengan segera. Berbeda dengan Rony yang langsung mengecimus dengan mata yang mengerling sebal. Ia tahu betul Paul sengaja melakukan itu untuk menahan Nabila.

"Tolong liat ini dong, Kira-kira butuh SDM tambahan gak?" Paul meminta Nabila mengecek dokumen yang sudah terbuka di layar iPadnya.

Nabila menerima benda itu lalu mengecek keseluruhan rencana budgeting dari dokumen yang diberikan lelaki jangkung itu. Paul diam-diam tersenyum melihat Nabila fokus dengan pekerjaannya, ekor matanya melirik Rony yang sudah menunjukkan wajah masam.

Redefining Us (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang