Hei maaf baru update ya...
Hari ini aku ada agenda bareng temen jadi baru bisa update...
Happy Reading :)Nabila sengaja menarik diri dan berjalan di belakang. Diapit oleh Rahman dan Rony, di depannya Salma dan Novia berjalan bergandengan, sementara Paul dan Aluna berjalan paling depan dengan posisi bersisian. Nabila tidak mengerti kenapa ada sesuatu yang membuatnya ingin menangis, padahal biasanya datang ke tempat jajan seperti ini selalu berhasil menaikan moodnya.
"Lo belum nemu yang lo pengen, Nab?" Tanya Rahman, tangannya bergerak merangkul bahu Nabila.
"Gak tau nih, banyak banget jadi bingung." Cengir Nabila menyembunyikan emosi yang sebenarnya.
"Bukannya tadi kamu bilang lagi pengen tongseng kambing." Ujar Rony.
Nabila tersenyum seraya mengedarkan pandangannya. "Iya, belum nemu tapi." Bingungnya.
"Itu tongseng." Seru Rahman menunjuk salah satu stan tepat di samping penjual kerak telur.
"Yuk, gue traktir deh kali ini." Ajak Rahman yang di sambut senyum paling lebar Nabila semenjak ia tiba di tempat ini.
"Gaeess, kita mau makan tongseng nih. Kalo mau mencar nanti ketemu deket panggung utama aja ya." Seru Rahman pada yang lain.
Salma dan Novia mengangguk setuju. Novia dipaksa Salma untuk menemaninya mencari gudeg Jogja. Sebenarnya Novia sudah ketar ketir khawatir jika nanti gudeg nya tidak sesuai harapan ibu hamil ini, karena sejak tadi dia kekeh ingin gudeg jogja seperti yang biasa dia makan saat kuliah dulu.
Nabila duduk di kursi yang disediakan penjual tongseng itu, sementara Rahman dengan sukarela memesankan untuknya dan Nabila, karena Rony memilih untuk makan kerak telor katanya.
"Kamu bukan ngidam kaya Salma juga kan?" Canda Rony dengan kekehan renyahnya.
"Ngidam emang, ini baby Okinawa." Nabila mengelus perutnya.
Rony melotot melihat gestur itu.
"Lemak aku maksudnya." Tawa Nabila yang langsung menular pada lawan bicaranya.
Gadis itu tiba-tiba menegang saat kursi di depannya di isi oleh dua orang yang sejak tadi asik berdua, Paul dan Aluna. "Lho, mau makan tongseng juga, bos?" Tanya Nabila mencoba untuk bersikap senormal mungkin.
"Engga, aku mau makan soto, tapi di sana rame banget duduknya." Jawab Aluna, ia menunjuk stan soto yang tepat berada di sebelah pedagang tongseng. Nabila mengangguk lalu tersenyum sopan.
"Kenapa emang? Keganggu lo kalo kita disini?" Tanya Paul ketus. Nabila mengerutkan keningnya heran. Sejak tadi sikap Paul padanya sangat aneh.
"Ya engga, gue kan nanya aja." Sahut Nabila.
Beruntung Rahman segera kembali dan Nabila bisa beralih dari Paul dengan mood paling buruknya yang pernah Nabila hadapi."Sorry, tadi gue beli ini dulu." Rahman memberikan meletakan tiga cup es podeng. Untuknya, Rony juga Nabila. "Sorry Powl, gue kira lo gak gabung." Sambung Rahman merasa tidak enak karena tidak membeli untuk Paul juga Aluna.
"Santai aja, Man." Timpal Paul. "Eh tapi kamu pengen, gak?" Tanya Paul pada Aluna.
"Kayanya enak ya." Gumam Aluna.
"Sebelah mana sih, Man?" Tanya Paul lagi berniat membelikan untuk Aluna.
"Ini aja mbak." Nabila menyodorkan cup miliknya pada Aluna membuat wanita itu menatapnya kikuk. Bukan karena ia terlalu berbaik hati, ia hanya tidak suka Paul sampai sebegitunya pada Aluna. Sumpah kenapa Nabila merasa dadanya panas.