Chapter 8

4K 414 51
                                    

Selamat Hari Jumat mantemaaan
Happy reading 😘
*
*
*

Salma dan Novia saling berbagi pandangan heran, melihat adik bungsu mereka yang terlihat sangat akrab dengan Rony,  iya benar orang yang hari kemarin baru bergabung dengan Moon Event. Salma dan Novia bahkan tidak bisa menghitung berapa kali Nabila dan Rony tergelak bersama entah menertawakan apa. Belum lagi sekarang mereka sedang berbagi sarapan berdua, dalam satu lunch box.

"Morning..." Seru Paul yang datang bersamaan dengan Rahman.

Nabila melirik bosnya dengan kesal. Wajah laki-laki itu terlihat cerah tanpa rasa bersalah sama sekali, padahal kemarin dia sudah membuat Nabila menunggu nyaris sampai lewat jam lima sore. Beruntung kemarin Rony menemaninya, bahkan berakhir mengantarkan Nabila pulang.

Bosnya yang menyebalkan itu meminta Nabila untuk menunggu, dan berjanji akan membawakan Nabila jajanan dari Kpop Festival, dan ternyata Nabila hanya di bohongi.

"Nab!!!" Paul berseru memanggil gadis itu dan langsung menghampirinya.

"Apa?" Ketus gadis itu membuat Paul bingung. Ia terdiam beberapa detik sampai menyadari bahwa gadis itu sedang sarapan, lebih tepatnya berbagi sarapan dengan Rony.

"Eh, lo berdua lagi sarapan?" Heran Paul. "Eh sarapan gue mana, Nab?" Tanya Paul dengan nada yang sedikit meninggi.

Tanpa mengatakan apapun Nabila mengambil satu lunch box lagi dari tasnya. Lalu meletakannya dengan kasar di atas meja. Nabila tidak habis pikir dengan dirinya sendiri, kenapa juga dia masih membuatkan sarapan untuk Paul.

"Tuh!!" Ujar gadis itu tanpa melihat wajah Paul. Kontan saja sikap itu membuat Paul bertanya-tanya.

"Lo kenapa sih, Nab? Masih marah gara-gara kemaren? Kan gue udah minta maaf" Berondong Paul. Pria itu melirik Rony yang tampak tidak acuh dan meneruskan sarapannya. Ia sedikit tidak suka Nabila berbagi sarapannya dengan orang lain dalam satu tempat seperti itu.

Nabila mengulum bibirnya gemas, kenapa Paul seenaknya sekali. Dia pikir hanya dengan minta maaf kesal Nabila akan hilang. Batinnya menggerutu.

"Serius Nab, gue kemarin itu udah beli makanan buat lo, tapi ada kejadian yang gak pernah gue duga." Terang Paul.

Nabila langsung menoleh khawatir. "Lo kecelakaan? Jatoh? Apa gimana?" Tanya Nabila seraya memperhatikan Paul dari ujung ke ujung.

"Engga, dengerin makanya, ini gue mau cerita." Katanya.

Paul kemudian menarik Nabila sedikit menjauh dari Rony. "Gue ketemu Aluna." Pekik Paul tertahan. Tangannya ia letakan di kedua bahu Nabila yang kini membelalakkan mata.

"Aluna yang itu?" Tanya Nabila memastikan, Paul mengangguk dengan senyum lebarnya.

"Serius bos?" Tanya Nabila skeptis, jangan-jangan salah lihat seperti waktu itu, kasihan sekali bosnya sudah sedikit berhalusinasi. Ironi juga kalau Paul sampai berhalusinasi, padahal ibunya psikolog, eh anaknya malah memiliki mental break down karena perempuan.

"Serius." Tegas Paul yakin. "Sebentar deh gue sambil sarapan, lo duduk sini temenin." Pinta Paul yang langsung menarik Nabila untuk duduk di depannya.

"Ih gue juga mau sarapan."

Paul kemudian mendongkakkan kepalanya seperti teringat sesuatu. "Ngapain lo sarapan berdua sama Rony?" Tanya Paul dengan alis yang menjungkit.

"Dia belum sarapan juga, mau gue bagi punya lo takut lo ngamuk, ya udah gue bagi punya gue aja." Papar Nabila.

Seandainya Nabila tahu kalau sebenarnya Rony memang jarang sarapan. Kali ini dia mau sarapan karena memang Nabila yang menawarinya.

"Ya udah biarin dia makan punya lo, lo makan bareng gue." Paul mengambilkan lagi satu sendok untuk Nabila dan menggeser lunch box yang dibawakan gadis itu lebih mendekat pada Nabila.

Redefining Us (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang