Chapter 16

3.5K 412 34
                                    

Langkah gontai Nabila membawanya sampai ke depan pintu apartemen yang masih terkunci meski gadis itu sudah memencet bel-nya berkali-kali. Tubuhnya yang sudah sangat lelah merosot di depan pintu kokoh itu. Ia tidak tahu lagi harus mencari kakaknya kemana, ponsel Nadhira juga belum bisa dihubungi sampai sekarang.

Meski dia sering kali merasa kesal pada orang tuanya, tapi ia juga tidak tega melihat ayahnya sakit, juga ibunya yang sedih karena keadaan tersebut, sementara kakaknya menghilang entah kemana.

Ia bukan tidak ingin membantu menyelesaikan masalah Nadhira yang sekarang malah menjadi masalah keluarganya, Nabila hanya ingin kakaknya menyelesaikan apa yang menjadi tanggung jawabnya, di sisi lain ia juga tidak mungkin membayar kerugian kakaknya, tabungan Nabila tidak sebanyak itu.

"Huuffft"

Nabila membawa tubuhnya berdiri, merasa usahanya sia-sia, ia memilih untuk pergi dari apartemen kakaknya. Sepertinya meski dia berdiri di sana sampai satu jam ke depan pun ia tidak akan melihat batang hidung Nadhira.

Nabila berdiri menunggu lift terbuka sambil meraba perutnya yang terasa lapar. Sejak pagi tadi dia belum sempat makan, masalah yang ada saat ini membuatnya kehilangan nafsu makan.

'Ting.' Bunyi lift itu membuat Nabila menegakkan bahunya yang sudah lemas.

"Huh?" Kaget Nabila saat melihat sosok yang keluar dari benda persegi itu.

"Nab?!" Seru orang itu sama kagetnya melihat Nabila

"Kak Rony." Balas Nabila yang mulai bisa menetralkan ekspresinya.

Langkah Nabila terhenti karena Rony berdiri tepat di hadapannya, sementara pintu lift sudah kembali tertutup, membuat Nabila mengurungkan niat untuk pergi dari gedung apartemen itu.

"Kok di sini, Nab?" Heran Rony ia melihat sekelilingnya, mencari kemungkinan bahwa gadis itu sedang bersama orang lain.

"Tadi mau ke unit kakak aku, tapi kayanya dia ga ada." Jawab Nabila tenang.

Alis Rony menjungkit. "Di lantai ini?" Tanya Rony memastikan. "Unit berapa emang?" Sambung Rony, pikirnya mungkin ia tahu siapa kakak Nabila, Rony hapal beberapa penghuni unit yang berada di lantai yang sama dengan unitnya.

"Lima kosong sembilan." Jawab Nabila lugas.
Rony menaikkan kedua alis, unit itu hanya berjarak dua pintu dari miliknya. Ia pernah beberapa kali berpapasan dengan wanita penghuni unit tersebut.

"Ooh jadi itu kakak kamu." Ujar Rony. "Aku di unit lima dua belas, kayanya aku pernah beberapa kali liat kakak kamu." Sambung Rony sekedar memberi informasi pada Nabila.

Gadis itu mengangguk dengan bibir yang membentuk huruf O.

"Kemaren aku sempet liat ada temen-temen kakak kamu yang dateng juga sih, tapi kayanya kakak kamu gak ada waktu itu." Cerita Rony, ia berdeham menyembunyikan fakta lainnya.

Karena waktu itu tiga perempuan di depan unit lima kosong sembilan itu berteriak marah sambil menggedor pintu unit tersebut.

Keduanya diam untuk beberapa saat, Nabila sibuk dengan pikirannya, ia menebak teman-teman kakaknya yang dimaksud Rony pasti sama dengan orang yang datang menemui ayahnya.

"Kamu mau pulang?"

Belum sempat Nabila menjawab, suara perut Nabila mendahului kalimat yang masih tertahan di dalam tenggorokannya.

"Aiiih." Gadis itu menunduk menahan malu. Sesuai dugaan Nabila, Laki-laki di depannya itu terkekeh, mungkin dia merasa geli, pikir Nabila.

"Kamu belum makan?"

Nabila mengangkat wajahnya, lalu mengangguk dengan cengiran menahan malu.

-oOo-

Redefining Us (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang