Chapter 25

4.6K 506 227
                                    


Disclaimer :
Ada beberapa dialog antara Tane Mayra dan Nabila yang aku ambil dari buku yang bahas tentang psikologi, tapi bukan berarti bisa dijadikan solusi buat semua orang ya..

Nabila mengelus perut Salma yang sudah tidak rata lagi dengan sayang. Beberapa minggu tidak bertemu dengan intens ternyata membuat Nabila sedikit pangling dengan perubahan fisik Salma. Selain perutnya yang semakin buncit, Salma juga terlihat semakin cantik, wajahnya terlihat semakin bersinar, kata orang sih aura ibu hamil memang selalu lebih terpancar.

Di akhir pekannya, Nabila memilih untuk main ke Moon Event, tentu saja setelah ia memastikan mereka bekerja di hari Sabtu ini. Ia membawa setoples kukis coklat yang ia buat sendiri.

"Udah ada nendang-nendang belum, Kak?" Tanya Nabila, tangannya masih mengelus perut Salma.

"Belum lah Nab, katanya nanti kalo udah 16 minggu baru bakal ada gerakan." Jawab Salma dengan mulut yang sibuk mengunyah kukis yang dibuat Nabila.

Gadis itu mengangguk paham. Untuk kesekian kalinya dia melihat jam tangan, sudah hampir jam makan siang dan Paul belum juga kembali. Pria itu tadi pergi untuk menemui klien, janjinya akan kembali ke kantor sebelum jam makan siang karena mereka berencana makan siang bersama.

"Nanti juga dia balik, Nab." Ujar Salma seolah bisa membaca isi kepala Nabila.

Gadis itu berdecak menyembunyikan rasa malu. Sepertinya ekspresinya terlalu kentara, atau memang Salma yang terlalu mengenalnya dengan baik sampai bisa menterjemahkan setiap gestur kecil Nabila.

"Gue gak nunggu Paul juga kok." Elak Nabila, ia mengalihkan perhatian pada benda-benda yang tertata di meja kerja Salma.

"Gue gak nyebut nama Paul ya." Goda Salma.

Nabila memejamkan mata, ia kemudian melirik Salma dengan bibir yang mengerucut seperti mengakui kebodohannya sendiri.

Salma tergelak melihat ekspresi Nabila yang terlihat lucu. "Terlalu jelas Nab." Kikik Salma. Nabila diam dan tak berniat membalas ucapan Salma.

"Udah jam makan siang nih, gue janjian sama Diman, mau ikut gak?" Ajak Salma. Ia sama sekali tak pernah merasa keberatan menyertakan gadis itu saat ia bertemu dengan suaminya, begitu pun dengan Diman, sama seperti Salma, Diman juga menganggap Nabila seperti adiknya.

Nabila melihat jam tangannya lagi. "Engga deh Kak, gue tunggu disini." Jawab gadis itu. Sejujurnya dia ingin ikut, tapi ia khawatir Paul datang disaat ia pergi.

"Beneran? Gue tinggal gapapa nih?" Tanya Salma, ia masih menunggu kalau-kalau Nabila berubah pikiran.

"Iya kak Salma gapapa, gue nunggu Paul aja." Ujarnya yakin.

"Oke kalo gitu." Salma melambaikan tangannya dan dibalas hal serupa oleh Nabila.

Moon Event benar-benar sepi, tidak meninggalkan siapapun kecuali Nabila. Tidak tahu harus melakukan apa, dan tidak juga ingin mati bosan karena menunggu Paul yang belum datang, akhirnya Nabila memilih melanjutkan menonton series yang ia tonton sejak malam kemarin. Sebuah series drama keluarga yang diadaptasi dari Novel karya adhitya Mulya dan dimainkan dengan sangat apik oleh Vino G Bastian dan juga istrinya.

Nabila sudah merasa terpikat oleh series tersebut sejak episode-episode awal, gambaran keluarga yang sempurna dengan ketidak sempurnaan mereka menurut Nabila. Ada beberapa part dimana dia merasa tersentil oleh film itu, seperti saat tokoh yang diperankan oleh Vino ini memberi pesan tentang orang tua pada kedua anaknya lewat rekaman yang yang sengaja dibuatnya sebelum meninggal. Tapi ada juga saat-saat Nabila menyalahkan orang tuanya karena tidak bisa sebaik tokoh orang tua yang diperankan pasangan itu.

Redefining Us (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang