"Jed ... Jed ... tanggal tua, ya?"
Janez, tiba-tiba muncul di belakang Jaeden yang sedang menyeduh kopi sasetnya. Muka Janez tampak miris lihat temannya yang sudah memasuki era kopi saset padahal masih awal bulan. Jadi Jaeden itu biasanya minum Setarbaks kalau habis gajian, terus lama-lama jadi Kopi Kenang-Kenang, nah kalau dia sudah mulai minum kopi saset berarti sudah masuk era seret alias saldo rekening sudah stadium mengenaskan.
"Habis servis motor kemaren, lumayan juga biayanya." Jaeden menyeka air mata palsunya, bikin Janez makin iba dan beri puk puk di pundak pemuda itu.
Oh iya, mereka nih lagi di pantry posisinya. Nah, di sebelah pantry tuh ruang fotokopi, Janez sih habis motokopi berkas, kebetulan liat Jaeden di pantry jadilah dia samperin.
"Nanti makan siang dimana, Jed?"
"Warteg di basement. Itu pun gue cuman mampu beli nasi pake telor bulat paling buat bertahan 2 minggu lagi sampe tanggal 25."
Makin miris saja Janez mendengarnya, seharusnya ia tidak usah bertanya.
"Gue traktir naspad aja gimana? Tapi temenin gue makan di tempat," tawar Janez setelah berpikir agak lama.
"Nah, itu dia kalimat yang gue tunggu. Gas lah, Nez," jawab Jaeden sepersekian detik setelah Janez menyelesaikan kalimatnya. Habis itu dia nyengir kuda, bikin Janez menyesal karena termakan jebakan Jaeden lagi dan lagi.
"Ada kampret-kampretnya juga ya, lo."
Walaupun bicaranya gitu, tapi Janez sih senang-senang aja bisa makan bareng crush.
Iya, dia naksir sama Jaeden.
Sedikit cerita tentang latar belakang seorang Janez Emanuel Santoso. Pemuda mental baja yang kalau bibirnya senyum, matanya ikutan senyum.
Janez itu bisa dibilang salah satu contoh terbaik open-faced sandwich generation. Orangtuanya udah pensiun sejak dia lulus kuliah, jadi sekarang satu-satunya pemasukan untuk keluarganya ya dari gajinya Janez. Habis kuliah tuh Janez gak langsung dapat tempat kerja, dia lamar ke sana kemari setiap hari tapi hasilnya nihil padahal dia Sarjana dan IPK-nya lumayan hampir nyentuh cum laude. Akhirnya Janez kerja serabutan sambil terus cari pekerjaan yang stabil. Dari mulai jadi pegawai kontrak, freelance, bahkan dia sempat banting setir jadi barista. Sampe di usianya yang ke-27 tahun, dia udah di tahap pesimis karena kebanyakan kriteria loker itu sampai usia 25 tahun ke bawah.
Kesibukannya mencari nafkah itu juga bikin dia banyak lost contact sama teman-temannya, di mana networking-nya bukannya makin luas tapi makin sempit. Tapi mau gimana lagi? Boro-boro mikirin nongkrong atau malmingan, Janez sudah cukup pusing memikirkan beras di rumah sudah habis tapi dia belum gajian.
Barulah di tengah masa krisisnya itu dia gak sengaja ketemu Markie di petshop dekat cafe tempat dia bekerja paruh waktu. Waktu itu Janez mau beli whiskas buat kucing jalanan yang mukanya melas banget, bikin Janez yang rekeningnya aja udah miris sampe rela keluar duit buat tuh kucing. Tapi dia tidak pernah menyangka jika kucing itu nyatanya membawa berkah untuknya.
"Eh, Janez kan?" sapa Markie habis beli makanan ikan.
Mereka saling bertukar kabar deh, terus sampai pada topik dimana Markie tawarkan Janez loker di kantornya dan di sinilah Janez bekerja sampai hari ini. Makanya Janez tuh hormat banget sama Markie yang dia sampai sekarang dia sebut sebagai penyelamat hidup dia saat berada di titik terendah.
Habis itu Janez pun menjadi budak korporat yang ambisius hingga dia dengan begitu cepat naik pangkat jadi kepala divisi. Hidupnya kayak motor, gak berhenti dan semuanya serba buru-buru, kalau gak gitu ya gimana dia bisa kasih makan keluarganya?
Nah, di tengah hectic-nya kehidupan Janez, Tuhan hadirkan manusia super santuy seperti Jaeden. Seorang penyelamat Janez yang lain, yang menyelamatkannya dari frustrasi.
Dia ajarkan Janez kalau hidup itu dibawa santai saja karena segala masalah pasti ada jalan keluarnya. Jaeden ini yang bantu Janez temukan hobi, temukan genre film atau musik favorit, temukan alasan kalau diri sendiri juga harus disenangkan bukan hanya menyenangkan orang lain bahkan hal paling remeh sekalipun. Seperti Jaeden yang harus selalu beli satu gelas Setarbaks setiap habis gajian sebagai self reward, maka self reward versi Janez adalah memperpanjang masa membership di gym langganannya.
Jaeden juga yang mengenalkan Janez dengan 'olahraga' loh, terutama bersepeda dan nge-gym yang kini memang sangat membantu Janez menyalurkan kejenuhannya.
Eh, tapi sekarang malah jadi Janez yang lebih kecanduan olahraga dari pada Jaeden.
Dah, menurut Janez hal tersebut sudah cukup membuatnya yakin untuk menaruh hati pada lelaki santuy tersebut.
.
.
.
TBC
A/N : Open-faced sandwich generation itu generasi yang berisi orang-orang dewasa yang belum memiliki anak. Jadi, mereka hanya harus menanggung beban orang tuanya saja atau bisa juga saudara-saudara kandungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CONTRAST | MarkHyuck
FanficHaechan dan Mark. Kalau kata orang sekitar, mereka itu bagai Air dan Minyak, enggak bisa nyatu soalnya sangat kontras. Haechan galak dan Mark kalem. Haechan banyak bacot dan Mark minim bicara. Haechan ditakuti dan Mark disenangi. Walau begitu, kedua...