°°°
Hadian dan Reyan telah sampai di Lounge yang dulu sering mereka kunjungi, percakapan mereka dimulai dari basa-basi tidak penting sampai minuman mereka disajikan ke atas meja. Sepanjang pembicaraan mereka, Hadian sadar jikalau Reyan ini hanya mengulur-ulur waktu, lelaki berkemeja putih itu tak kunjung masuk ke inti pembicaraan. Tapi Hadian berusaha bersikap bijak, ia merasa Reyan belum siap untuk membahasnya dan membiarkan pengaruh alkohol saja yang akan membuat lelaki berkemeja putih di hadapannya berkata jujur dengan sendirinya.Benar saja, setelah menenggak dua gelas cocktail yang segar, senyuman Reyan perlahan pudar.
"Gimana hubungan lo sama Bang Markie?" tanya Reyan sambil menopang dagunya. Hadian di hadapannya mengangkat bahu sambil menyesap minumannya.
"So far so good."
"Halah, lo aja masih pake 'gue-lo' dan si Bang Markie masih kayak dosen filsafat cara ngomongnya," sindir Reyan, ia sendiri greget melihat hubungan kedua temannya itu terasa tidak jauh berbeda dari sebelum keduanya memutuskan untuk ganti status. Dari sudut pandang Reyan, ia masih kerap kali melihat keduanya bertengkar terkait pekerjaan. Hadian dengan mulut pedasnya dan Markie dengan keras kepalanya. "Gue rasa cipokan aja kalian belom pernah."
"Oh jangan meremehkan bapak Markie, bestie." Hadian memasang senyuman sombong, jari telunjuknya bergerak ke kanan dan ke kiri di depan wajah Reyan. "Tuh orang ya walaupun katanya zero experience, tapi beuh ... jago banget makan mulut gue. Bener-bener definisi kukira cupu ternyata suhu."
KAMU SEDANG MEMBACA
CONTRAST | MarkHyuck
Fiksi PenggemarHaechan dan Mark. Kalau kata orang sekitar, mereka itu bagai Air dan Minyak, enggak bisa nyatu soalnya sangat kontras. Haechan galak dan Mark kalem. Haechan banyak bacot dan Mark minim bicara. Haechan ditakuti dan Mark disenangi. Walau begitu, kedua...