26. Kilas Balik 4

309 26 2
                                    

Vote sebelum baca!

~•~

"Hari berikutnya, Naryo makin menjadi. Dia benar-benar menjalankan misi itu. Dia mencari tumbal pertamanya. Namanya Pak Ahmad. Pak Ahmad menjadi korban kebengisan Naryo. Kasihan sekali. Nasibnya sama seperti Dusyan. Dia dipenggal, direbus, dan dikuliti. Begitu pula di tahun-tahun selanjutnya, banyak kematian misterius para alim ulama atau imam masjid yang benar-benar bertakwa kepada-Nya. Hal itu semata-mata karena ingin menghilangkan kutukan bencana yang ditimbulkan iblis itu," lanjut Pak Joko bercerita.

~*~

Pak Naryo dan Pak Suryo berkumpul bersama warga lainnya di desa dan tak mengajak mereka-mereka yang berada di jalan benar. Di balai desa dengan diskusi bisik-bisiknya, mereka mampu mendapatkan satu rencana apik yang akan dieksekusi hari ini.

"Hari ini kita mulai rencana. Rencana pertama, kita perlu datang ke rumah Pak Ahmad, kemudian ketuk saja pintunya. Jika tak ada yang buka, gedor saja. Saya ingin Pak Suryo dan Pak Adi datang menjemput dia hidup atau mati. Kalau bisa hidup-hidup, lalu siksa dia. Kasih sebuah hukuman karena dia sudah berani menyembah sosok yang bahkan tak membantu kita dalam keadaan sulit begini," perintah Pak Naryo, kemudian tersenyum licik.

Pak Suryo dan Pak Adi mengangguk. "Baik, kami akan melaksanakan perintah itu. Setelah ini kami akan pergi untuk menjemput Pak Ahmad dan kita bawa ke tempat eksekusi."

Pak Naryo menutup diskusi tertutup itu dengan beberapa anggukan mengerti. Segera setelahnya mereka bubar. Beberapa warga yang lewat menaruh curiga kepada mereka bahkan bertanya beberapa pertanyaan krusial. Namun kaki tangan Pak Naryo begitu kuat, tak akan ada yang berani mengungkap keadaan sebenarnya.

Segera Pak Suryo dan Pak Adi melakukan perjalan ke rumah Pak Ahmad. Rumah Pak Ahmad hanya berjarak 50 meter dari balai desa. Perjalan itu tak terasa karena mereka menggunakan masing-masing motor agar bisa membonceng Pak Ahmad.

Mereka kini sampai di depan rumah Pak Ahmad. Mereka turun dari motornya, melepas helm, dan segera berjalan ke arah pintu rumah itu.

Sesampainya di depan rumah, Pak Suryo mengetuk pintu. Dengan cepat, Pak Suryo mengetuk pintu itu sekaligus lima kali. Ketukannya agak keras, cukup terdengar dari dalam.

Suara tapak kaki berjalan semakin mendekat, kini Pak Ahmad memegang gagang pintu itu. Perlahan, pintunya terbuka. Decit pintu itu terdengar nyaring.

Pak Ahmad melihat wajah-wajah itu. Wajah yang dipolos-poloskan agar tak ketahuan. Pak Ahmad sampai dibuat garuk-garuk kepala.

"Mengapa kalian datang ke mari, Pak?" tanya Pak Ahmad kemudian tersenyum hangat kepada keduanya.

"Ada panggilan dari Bapak Kepala Desa. Jika tak ada halangan, bolehkah Bapak hadir hari ini saja? Yakin saja, besok-besok Bapak pasti sudah bahagia, enggak bakal ke sana lagi kok!" balas Pak Suryo.

Pak Ahmad tersenyum kikuk. "Bahagia? Emangnya ada apa, Pak?"

Pak Suryo tertawa kecil. "Itu Pak, ada kabar bahagia buat Bapak. Kabar itu ingin disampaikan langsung oleh Bapak Kepala Desa."

Pak Ahmad mengangkat satu alisnya. "Emm, baiklah kalau gitu saya ambil sepeda dulu, ya?"

Pak Suryo menggelayuti lengan Pak Ahmad, kemudian menahannya berjalan. "Eh jangan-jangan, Pak! Saya sudah siapkan sepeda, Bapak tinggal kami bonceng saja!"

Pak Ahmad tersenyum kecil. "Ah, merepotkan saja."

"Tidak kok, Pak!" balas Pak Adi.

"Baik, jika kalian memaksa saya bareng Pak Suryo saja," putus Pak Ahmad.

Hantu Musala: Imam (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang