29. Kabur (Under 18)

301 11 0
                                    

Vote sebelum baca!

~•~

Aisyah, Nina, Arif, dan Rahman masih mencoba berlari menjauhi rumah Pak Joko. Kali ini mereka sudah sampai di ujung desa. Mereka hampir saja selamat.

Dua orang menunggu di depan. Nina menghentikan langkahnya, disusul yang lain. Nina dan yang lainnya mengernyit tajam melihat kedua pria berbadan besar itu.

"I-itu siapa?! Mereka mengarah ke arah kita!" seru Nina, badannya kini bergetar hebat.

Rahman mencoba melihatnya lebih jelas lagi. "Ka-kayaknya kita harus putar balik deh! Mereka agak mencurigakan."

"Tapi enggak mungkin mereka utusannya Pak Naryo, siapa tahu mereka niat menolong kita karena tahu desa ini angker!" seru Arif.

"Lagi-lagi aku takut pikiran positif kita membawa kita ke jalan yang salah," sahut Nina.

"Ba-bagaimana kalau kita lari saja? Putar balik, terus sembunyi di mana pun?!" saran Rahman.

"Ayo, kita balik saja dulu sampai orang itu tak melihat kita!" Nina setuju.

Keempatnya mulai membalikkan badan, kemudian berjalan agak cepat untuk mencari persembunyian. Tiba-tiba ada suara dari belakangnya. Nina tahu, suara itu pasti bersumber dari salah satu pria besar itu.

"Eh tunggu-tunggu!" ucap Pak Dendi.

Nina dan yang lainnya berhenti berjalan. Mereka saling menatap. Kali ini mereka bingung apakah harus mempedulikan orang-orang itu atau kabur dari mereka. Keempat mahasiswa itu tak tahu niat kedua pria tersebut.

Nina kemudian menoleh, menatap orang-orang itu yang berkeringat. "Mau apa kau?"

Pak Dendi tersenyum, kemudian melangkah lebih dekat. "Saya ingin membantu kalian. Saya tidak ada niat jahat!"

Nina menatap Rahman. Rahman hanya geleng-geleng saja, ia masih takut orang yang diajak bicaranya ini adalah penjahat.

"Lebih baik kita mempercayai mereka. Tak ada gunanya berlari seperti ini. Yang ada malah jadi incaran Pak Naryo dan para warga jika kita berbalik arah!" seru Aisyah.

Nina mulai tersenyum, matanya masih terfokus ke arah dua pria besar itu tadi. "Baiklah, saya mempercayai kalian. Lagi pula kalian hanya berdua. Kami berempat. Jika kalian macam-macam, kami tak akan segan membuat kalian dalam bahaya!"

Nina mulai mendekat ke arah Pak Dendi. "Tolong kami, Pak. Kami dikejar oleh orang-orang jahat di desa ini. Mereka ingin membunuh kita semua!"

Pak Dendi melihat mereka dengan wajah kasihan. "Mari ikut saya! Saya akan ajak kalian ke rumah kami, kemudian kalian istirahatlah sebentar. Rumah kami tidak jauh dari sini. Masih di desa ini, tapi tak mungkin ada yang curiga karena kami orang luar desa. Saya dan Adik saya, Aden akan senang bisa membantu."

"Oh terima kasih, Pak. Tapi kami sudah nanggung akan keluar desa—" Nina menghentikan kalimatnya karena Aisyah menyahut.

"Tidak masalah, Pak. Kami akan ke sana!" seru Aisyah, kemudian berbisik menatap ketiga mahasiswa lainnya. "Sudah, ikut saja! Mereka baik sama kita."

"Tapi Aisyah, kita udah hampir ke luar desa!" balas Nina.

"Kita keluar desa? Perjalanan masih panjang, Nina. Kalau tiba-tiba anak buah Pak Naryo datang bagaimana? Orang ini sudah baik memberikan tumpangan kepada kita. Kita harus istirahat dulu, tenangkan pikiran, dan rehatkan tubuh kita. Setelah semua tenang, besok pagi kita lanjut perjalanan. Pasti Pak Naryo dan lainnya sudah mengira kita jalan jauh sekarang. Dan besok saat kita sudah pergi, suasana sudah kondusif lagi. Pak Naryo tak akan mencari kita lagi!" jelas Aisyah panjang lebar.

Hantu Musala: Imam (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang