Vote sebelum baca!
~•~
Semakin keras saja Nina mengetuk pintu itu. Dari dalam memang Pak Joko sudah mengunci pintu karena takut ada hewan peliharaan tetangga yang masuk rumah.
Pak Joko yang ada di dalam langsung keluar mencolokkan kunci ke dalam colokannya dan membuka pintu tersebut. Pak Joko agak terkesiap melihat muka Nina yang berantakan seperti itu.
Pak Joko mempersilakan Nina masuk. Pria itu langsung menutup pintunya.
"Pak, tolong pintunya di kunci!" seru Nina.
"Kenapa, Nduk?" tanya Pak Joko mengernyit heran.
Nina makin tak tahu arah. "Kunci saja, Pak. Nanti saya jelaskan!"
Pak Joko segera mencolokkan kunci itu dari dalam. Kini pintu itu sudah terkunci. Nina mengembuskan napas lega. Gadis itu berharap warga tidak mengejarnya sampai rumah.
Teman-teman Nina yang lain keluar. Menatap heran Nina yang basah kuyup karena keringatnya sendiri. Mereka keluar sebab mendengar Nina mengetuk pintu dengan keras.
Arif terkekeh. "Haha, kamu kenapa basah kuyup kayak gitu? Kamu habis mandi di kali?"
Nina mengembuskan napas panas. "Arif, ini serius. Warga …."
Tiba-tiba ada seseorang mengetuk pintu. Dari luar terdengar keramaian. Terdengar pula suara kentongan yang amat keras sehingga membuat semua yang ada di dalam terheran-heran.
"ITU WARGA?!" pekik Nina.
"Kenapa dengan warga? Kok kamu ketakutan banget?!" tanya Aisyah heran.
Nina menggelengkan kepalanya. "Akan aku ceritakan nanti, sekarang …."
"WOI! NINA, CEPAT KELUAR!" teriak Pak Naryo dari luar.
Nina menatap Pak Joko, matanya berbinar dan berkaca-kaca, seakan berharap sesuatu kepadanya. "Saya mohon, Pak. Bilang kepada mereka saya tidak di rumah, saya mohon. Please!"
Pak Joko mengernyit heran. "Ta-tapi mengapa?"
Nina menyatukan kedua tangannya, ia tak bisa banyak berbicara lagi. Situasinya sangat genting. Matanya semakin berbinar menatap mata Pak Joko yang linglung.
Pak Joko mulai peka. Jari-jarinya meraba sakunya yang dalam saku terdapat kunci pintu rumah. Pak Joko langsung mencolokkan kunci itu, kemudian menyentuh gagang pintu, dan membukanya. Sementara itu, Nina bersembunyi di balik pintu.
Pak Joko langsung menatap mereka yang kurang lebih berjumlah sepuluh orang. Dari sepuluh orang tadi, salah satunya Pak Naryo adalah yang paling depan. Mereka terlihat tak baik-baik saja. Wajahnya memerah, napasnya memburu, dan tatapannya tajam.
"Ada apa, Naryo kau meramaikan rumahku seperti ini?" tanya Pak Joko.
"Tenang Sahabatku, aku di sini hanya ingin mencari salah satu mahasiswimu …," jawab Pak Naryo, kemudian tersenyum kecil padanya.
"Kau mencari siapa? Di sini hanya ada dua mahasiswi. Aisyah dan Nina," balas Pak Joko.
Pak Naryo tersenyum licik. "Kau adalah sahabatku yang paling baik. Dari dulu, kaulah yang selalu membantuku, Joko. Saya hanya ingin mencari Nina. Apakah Nina ada di rumah?"
Pak Joko menumpahkan satu persatu keringatnya. Kali ini pria itu merasa gugup. "Ni-Nina tidak ada di rumah!"
Pak Naryo menatap Pak Joko curiga. Matanya jelalatan mengintip sedikit pintu rumah yang terbuka. "Baiklah, Joko! Kau tidak mungkin berbohong kepada sahabatmu. Bolehkah aku tahu di mana Nina sekarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hantu Musala: Imam (SELESAI)
Horror(BILA PLAGIAT DIKENAKAN PIDANA PENJARA) (#1 Paranormal 30/7/23) (#45 Setan 3/8/23) (#26 Hantu 1/10/23) (#4 Novelislami 30/7/23) (#10 Horror 14/11/23) Kisah Urban Legend di salah satu desa di Surabaya. Hantu Musala (Musholla) sering meneror korbannya...