10. Jin Masjid?

377 36 1
                                    


Vote sebelum baca! Happy reading!

~*~

Embun menempel di kaca-kaca rumah, membuat kaca rumah Pak Joko buram tertutupnya. Udara semakin dingin saja. Perkiraan udara hari ini sekitar 23 derajat celcius.

Dusyan merapatkan selimutnya. Ia merasa menggigil. Badannya memang terasa tak enak semenjak salat subuh tadi. Bahkan ia merasa air wudu seakan jadi es. Ia mencoba tahan saja, jika tak salat maka ia tak menjalankan perintah agama.

Rahman, Nina, Aisyah, dan Arif melihat Dusyan yang sedari tadi masih tertidur. Biasanya maksimal pukul 07.00 dia sudah merapikan tempat tidurnya.

Rahman menggoyangkan tubuh sahabatnya. Perlahan mata Dusyan yang masih buram menatap Rahman dengan jelas. Baru ia menyadari bahwa Rahman dan ketiga temannya yang lain ingin membangunkannya.

Dusyan langsung duduk. Semakin menggigil saja rasanya ketika bangun tidur. Namun ada alasan mengapa keempat temannya membangunkan Dusyan. Salah satunya memang karena hari ini bertepatan dengan hari janji kepala desa untuk merenovasi musala.

"Syan, kamu enggak apa?" tanya Nina khawatir.

"Tau lo! Hari ini hari penting, lo gak boleh sakit. Awas aja lo kalau sakit!" celoteh Rahman.

"Rahman, Dusyan sakit bukan karena keinginannya," sahut Aisyah.

Dusyan menarik napas panjang. Terdengar suara mengi tipis dari hidung mancung kearab-arabannya. "A-aku enggak apa kok! Ngomong-ngomong apakah hari ini ada hari penting?"

Dusyan masih belum sadar. Matanya melirik Rahman, berharap Rahman menjawab pertanyaan itu. Terkadang memang orang yang sedang sakit lupa bahwa ternyata masih ada tugas yang belum diselesaikannya.

"Hari kita waktunya renovasi musala goblok!" sahut Rahman.

Dusyan menggaruk kepalanya yang tak gatal, ia tak ingat tanggal berapa sekarang. Well, sebelum beberapa detik kemudian ia baru ingat. "OH YA ALLAH, AKU HARUS SIAP-SIAP SEKARANG!'

Dusyan langsung berdiri, mengambil pakaian dan handuknya. Langsung saja pria itu pergi ke kamar mandi. Renovasi akan dimulai pukul 08.00. Sebagai imam yang baru, seharusnya Dusyan tidak boleh absen.

Kelimanya sudah bersiap, segera mereka berangkat menuju musala. Beberapa menit kemudian mereka sampai, Pak Joko menyambut mereka dengan senyuman kecil. Pria yang hampir tua itu memang sudah berangkat duluan karena ia harus membantu kepala desa mengurus administrasi dan mempersiapkan bahan-bahannya.

Musala ini mungkin tak akan ada banyak perubahan. Kepala Desa hanya ingin merenovasi bagian yang rusak saja. Contohnya tembok bagian luar yang hampir rusak parah dan tembok musala bagian dalam yang rusak ringan. Setidaknya ini akan membuat warga desa lebih nyaman untuk beribadah.

"Gaji elit renovasi sulit!" pekik Nina.

Dusyan melirik mata Nina tajam. "Hush!"

"Jujur aja kan? Apa ini namanya renovasi? Yang namanya renovasi itu ya dibongkar semua, bukannya dicat doang! Mereka itu pada niat renovasi musala enggak, sih? Dari kerja mereka saja tampaknya tak niat. Ada rencana aneh yang disembunyikan," jelas panjang lebar Nina.

"Nina, kau membahas itu lagi? Sudah, aku enggak enak sama kepala desa. Mendingan kita skip aja pembicaraan ini," saran Dusyan.

Segera Pak Kepala Desa dan warga yang lain melancarkan aksinya. Mereka saling bergotong royong membuat musala itu bersih kembali. Dari mulai mengecat, menyapu, dan membuat musala memiliki fasilitas lebih seperti microfon dan plafon.

Hantu Musala: Imam (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang