21. Hantu Saleh

306 30 0
                                    

Vote sebelum baca!

~*~

Aisyah mematikan alarm itu. Ponsel Dusyan masih ada di samping ia tidur. Aisyah mencoba melebarkan matanya yang masih sepet. Wanita itu menguap, terasa lelah setelah kejadian akhir-akhir ini.

Sudah jam satu pagi. Aisyah tak ingat kapan ia tertidur semalam. Yang teringat hanyalah pertemuannya dengan Arwah Dusyan.

Matanya tersorot ke arah alarm itu. Ternyata panggilan i'tikaf dan tahajud. Dusyan memang sering pergi ke musala untuk i'tikaf di malam hari. Itu untuk membuatnya tenang dan merasa tak terganggu sehingga ibadahnya khusyuk.

Aisyah ingat momen di mana Dusyan ingin berdoa melalui i'tikaf di musala itu. Aisyah hanya tersenyum mengingatnya. Sebenarnya Aisyah ingin menangis, tapi air matanya sudah habis karena seharian ini matanya sudah cukup mengeluarkan banyak air.

Aisyah juga ingat bagaimana Dusyan datang dengan cara yang tak wajar. Menjadi imam salat. Aisyah ingin, setelah ia berdoa untuknya, Dusyan akan lebih tenang dan tak mengganggu warga yang lain.

Aisyah merotasikan matanya menatap Nina. Wanita itu sudah tertidur pulas. Ia tak ingin membangunkan Nina. Aisyah ingat terakhir kali ia mengajak Nina ke musala itu. Aisyah tak ingin merepotkan Nina lagi. Baginya, sudah cukup semua ini. Aisyah tak ingin membahayakan sahabat perempuan satu-satunya.

Aisyah berdiri, merapatkan pandangannya lurus, kemudian mulai berjalan mencari alat-alat salat. Setelah mengambilnya dari lemari, Aisyah segera bergegas membuka pintu kamar, kemudian pergi.

Aisyah sampai di musala itu. Musala yang tenang, tampak gelap dari luar, dan mulai berdebu lagi. Sebenarnya Aisyah sudah tak ingin berada di musala ini lagi, tapi Aisyah tak mau mengganggu teman-temannya, apalagi ia harus terganggu dengan mereka. Pada hakikatnya Aisyah hanya ingin menyelesaikan ibadah dengan khusyuk. 

Aisyah mulai masuk, kemudian menyalakan lampu musala. Kini musala sudah terang. Cahaya itu agak menyilaukan mata Aisyah karena lampu baru saja diganti.

Aisyah segera mencari tempat. Ia duduk di bagian paling depan tempat makmum biasanya salat. Ia duduk bersila sembari membersihkan beberapa debu yang ada di depannya.

Apakah Dusyan akan tenang setelah saya bacakan Surat Yasin? Saya harap Dusyan mendengar saya membaca ini. Saya sangat senang bila Dusyan senang. Aisyah sedari tadi bergumam. Ia datang ke sini dengan harapan Arwah Dusyan tenang.

Mendadak udara dingin. Angin menyapu dedaunan kering di luar. Kabut datang menyelimuti Aisyah, membuat matanya sedikit buram. Aisyah sadar, ada peristiwa aneh dengan suasana yang mendadak berubah seperti ini. Aisyah menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Mungkinkah hantu itu muncul lagi?"

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

قُلْ اُوْحِيَ اِلَيَّ اَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِّنَ الْجِنِّ فَقَالُوْٓا اِنَّا سَمِعْنَا قُرْاٰنًا عَجَبًاۙ

Aisyah sekilas mendengar bacaan itu. Seperti surat yang pernah dihafalkannya waktu berada di bangku SMA dulu. Itukan surat Al-Jin ayat 1?

Aisyah menggaruk kepalanya yang tak gatal. Pelan-pelan ia menoleh ke arah belakang. Tidak ditemukan apa-apa. Malahan cuma kabut tebal yang tak memperlihatkan luar ruangan.

Suara itu muncul lagi. Kabut mulai menjauh, pelan-pelan samar, dan hilang. Masih ada yang aneh sejauh ini.

Suara itu semakin keras. Kali ini surat Al-Jin ayat dua, kemudian dilanjutkan ayat tiga. Suara itu seperti bersumber dari arah belakang Aisyah.

Hantu Musala: Imam (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang