24. Kilas Balik 2

285 31 0
                                    

Vote sebelum baca!

~•~

"Tahun 2005, tahun-tahun ini adalah awal dari teror Hantu Musala sekaligus menjadi awal pembangunan musala .…" Pak Joko bercerita.

~*~

Pak Joko, Pak Naryo, dan Pak Suryo tampak berdiskusi di sebuah pos, tempat yang sama dengan pos yang telah berdiri saat ini. Untuk menunjang pendidikan, diperlukan sebuah bangunan yang bisa menjadi pondasi demi menegakkan nilai-nilai agama.

"Apakah kau tak pernah merasa desa ini kekurangan banyak sekali fasilitas untuk agama islam. Bisakah anggaran kita cairkan demi masa depan mereka agar mereka mengenal agamanya?" tanya Pak Joko, kemudian tersenyum ke arah Pak Naryo.

"Untuk anggaran pasti akan cair secepatnya. Namun, lahan mana yang akan kita pakai untuk pembangunan musala?" tanya balik Pak Naryo.

"Aku ada saran, Pak. Coba kita manfaatkan tanah kosong yang ditumbuhi beringin-beringin tua itu?" sahut Pak Suryo.

Pak Naryo mengernyit heran. "Tanah kosong itu? Tanah itu kan tanah keramat. Belum ada yang berani menebang beringin itu. Apalagi di sana pernah ada makam kuno peninggalan leluhur kita. Aku ragu akan membongkarnya!"

Pak Joko menghela, "Naryo, kamu terlalu khawatir. Jangan khawatir. Apa yang dikatakan Pak Suryo ada benarnya. Untuk apa kita memelihara pohon keramat itu hanya untuk dipajang dan dilewati? Lebih baik kita mempergunakannya untuk hal-hal yang bermanfaat."

Pak Naryo menatap Pak Joko dengan tatapan sedikit ragu. "Ba-baiklah. Akan aku cari tukang besok untuk memaksimalkan pembangunan musala baru."

Keesokan harinya Pak Joko, Pak Naryo, dan Pak Suryo memanggil beberapa tukang untuk merobohkan pohon besar beringin peninggalan leluhurnya itu. Sebelum membongkar, Pak Joko lupa untuk izin dulu bahkan berdoa saja tidak.

Tukang itu membawa satu alat penebang pohon dan beberapa yang lainnya membawa satu kapak berukuran besar. Ditebanglah pohon itu. Hanya selang beberapa menit pohon itu tersungkur dan jatuh ke tanah.

Pak Joko dan lainnya tersenyum sumringah. Ketiganya segera membeli bahan-bahan untuk pembangunan musala. Rencana musala ini akan jadi dalam waktu tiga bulan ke depan.

Pembangunan musala ini tanpa sadar membangkitkan penunggunya yang sudah bersemayam dan terjebak di pohon beringin itu selama bertahun-tahun.

Selang tiga bulan pembangunan musala selesai, anak-anak, bapak-bapak, dan ibu-ibu segera datang untuk sebuah syukuran musala yang telah berhasil dibangun. Rencana pembangunan ini akan ditujukan kepada anak-anak yang ingin belajar mengaji.

Ketika syukuran baru akan dimulai, Pak Joko melihat sesuatu. Seorang pria dengan tinggi 180 cm, tubuhnya besar, matanya merah, dan kulitnya seperti bekas kulit terbakar.

Pak Joko memegangi dadanya yang sesak. Pria itu sudah berpikiran macam-macam. Sepanjang wajahnya yang melepuh dan berdarah, membuat Pak Joko bergidik ngeri. Pria itu mengusap tengkuknya berkali-kali, kemudian mencoba menarik napas untuk menenangkan diri.

Semakin dilihat, tubuh pria itu semakin besar. Ukurannya yang semula 180 cm kini jadi 200 cm. Tingginya sudah hampir melampaui tinggi musala.

Seketika penghuni musala porak poranda. Semua warga kabur. Terutama anak-anak menjerit ketakutan. Anak-anak yang berniat ingin belajar malah jadi enggan untuk datang lagi.

~*~

Dug … dug … dug …

Suara bedug yang keras membuyarkan lamunan para warga. Sudah lama musala itu tak menabuh bedugnya. Beberapa warga yang sedang makan, termangu mendengarkannya, beberapa yang lainnya mulai meninggalkan pekerjaan.

Hantu Musala: Imam (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang