27. Pengkhianatan

316 26 0
                                    

Vote sebelum baca!

~•~

Keempat mahasiswa itu masih di rumah Pak Joko. Mereka termenung, membuat hening seisi rumah karena cerita yang tak kunjung habis itu. Begitu banyak sejarah desa ini yang belum terungkap. Mereka lega akhirnya mengetahui cerita asal usul di balik Hantu Musala yang menerornya akhir-akhir ini.

Nina duduk memeluk kedua lututnya sambil gemetaran. Ia tak menyangka cerita-cerita itu akan seseram ini. Nina membayangkan bagaimana itu terjadi oleh Dusyan. Pasti Dusyan merasakan sakit yang amat pedih. Dipenggal, direbus, digantung, dan dikuliti. Apalagi sampai dagingnya dimakan manusia dan para jin. Nina tak habis pikir. Tatapannya kosong sampai sekarang.

"Pak Joko, kenapa lo tega banget melakukan ini?! Apa salah mereka sehingga mereka mati sia-sia. Bahkan hantu itu mengeluarkan sinar yang indah dan menyilaukan. Pasti kematiannya indah dan sedikit dosa. Yang membuat mereka bertahan sampai saat ini adalah karena mereka—sampai hari ini dijadikan budak raja hantu," ungkap Rahman dengan napas mulai panas.

Arif mengusap-usap tengkuknya. "Benar kata Rahman. Setidaknya Bapak mau memberi tahu kami sejak kami datang KKN di sini. Kalau tahu kejadian akan menjadi parah seperti ini, seharusnya kami membatalkan KKN kami dan akan mengulang semester depan. Kami tidak ingin mengorbankan teman kami!"

Pak Joko hanya menunduk, pria itu tak dapat mengucapkan satu kata pun.

Aisyah perlahan meneteskan air matanya, membuat kedua pipinya basah. "Manusia seperti apa kau, Bapak? Kau sudah kami anggap Bapak sendiri. Kami selalu berusaha memberikan pelayanan terbaik selama di sini. Kami memasak, mencuci, mendirikan pendidikan. Kau kira untuk apa? Untuk kemajuan desa ini! Tapi apa? Ternyata sia-sia saja kita datang ke sini. Hanya kematian yang akan membawa kita pulang!"

Pak Joko menarik napasnya, kemudian mulai menenangkan diri. "Maafkan saya anak-anak. Saya sengaja tidak memberitahu karena memang ini rahasia desa. Saya takut dibunuh. Satu desa mengancam saya jika saya memberitahukan ini kepada siapapun, saya akan digorok. Mereka akan menawur saya, membakar rumah saya, dan menghancurkan semua. Ini saja saya sudah tak tahan maka dari itu saya memberitahukan informasi ini kepada kalian. Saya takut kalian kenapa-napa. Kalian sudah sangat baik kepada saya selama ini. Saya tak mau kalian jadi korban selanjutnya. Terakhir kali ada mahasiswa datang ke mari untuk KKN, mereka semua tak ada yang selamat. Mereka pasti tak kembali ke desa asalnya lagi. Mereka semua mati. Mati digorok untuk menghilangkan bukti dan jejak."

"Jika saja kau mengatakan semua ini dari awal … ah sudahlah tiada guna kita menyesali!" seru Nina. "Sekarang lebih baik kita pergi dari sini. Dari awal memang firasatku sudah tak enak. Malahan kalian tahan-tahan buat di sini. Sampai ada yang mati baru semua sadar!"

Ketiga mahasiswa lainnya menunduk. Mereka merasa bersalah. Memang mereka tak pernah menganggap omongan Nina. Sahabatnya itu hanya mengira Nina penakut sehingga tak mempedulikan omongan Nina yang sedari awal sudah memprediksi adanya kejadian ini.

"Tak ada gunanya lagi kalian menunduk seperti ini. Lebih baik kita cepat pergi sebelum warga menangkap kita!" lanjut Nina.

Teman-temannya yang lain mengangguk. Mereka tersenyum kepada Nina. Kali ini Nina benar, mereka harus cepat pergi.

"Cepatlah pergi, Nak! Hati-hati karena Bapak mengarahkan mereka keluar desa untuk mencari kalian!" seru Pak Joko.

Keempat mahasiswa itu mengangguk. Memberikan senyuman manis ke pria itu. Apapun itu, Pak Joko juga berjasa. Jika saja Pak Joko tak mengatakan ini sekarang, pasti mereka tak akan pernah tahu asal usul Hantu Musala ini.

Ada suara tapak kaki dari luar disusul suara warga yang kian dekat semakin kencang. Warga balik lagi ke rumah Pak Joko.

"JOKO! KELUAR KAU! TUNJUKKAN DI MANA MEREKA?!" seru Pak Naryo.

Hantu Musala: Imam (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang