Happy reading.
.
.
.
.
."Maafin gue.." ucap lirih Bara duduk di kursi disamping ranjang pasien Veli.
Bara menggenggam tangan Veli yang dingin dan berucap dengan lirih.
"Vel..seharusnya dari awal.. d-dari awal gue ketemu lo.. g-gue seharusnya ngomong tentang Oliv dan Dante.. Vel.. lo mau maafin gue kan?"Bara terkekeh sedih dan menunduk, tangannya menggenggam tangan Veli erat "Gue bodoh banget ya.. Vel.. gue minta maaf"
Hening... ruangan itu hening, Bara diam dan menangkupkan kepalanya di pinggir ranjang Veli, ia tertidur dengan tangan masih menggenggam tangan Veli.
Veli membuka mata dan menoleh ke arah Bara dan tersenyum, ia menarik tangannya dan mengelus kepala Bara.
Bara membuka mata dan mengangkat kepalanya ia melihat ke arah Veli yang masih menutup mata dan alat bantu pernafasan yang masih digunakan dan tangan Veli yang masih ia genggam.
"Ternyata cuma khayalan gue.." ucap Bara terkekeh sedih dan melepaskan tangannya.
Bara bangun dan berjalan ke arah pintu dan membukanya.
Cklekk
Devan dan yang lain menoleh ke arah bara, mereka diam tidak membuka suara dan kembali menunduk hingga berselang beberapa menit ponsel mereka berbunyi.
Mereka (- bara) melihat ke arah ponsel mereka dan berbarengan bangun, mereka saling pandang
"Kayaknya kita harus balik lagi ketempat acara sekarang" ucap AlaskaBara memiringkan kepalanya dan menatap Zifa dan mengangkat alisnya.
"Bokap lo dan bokap gue nyariin kita dan kayaknya bokap mereka juga sama" ucap Zifa
Mereka diam, disisi lain mereka harus pulang tapi Veli sendiri disini.
"Sana.. biar Veli gue yang jaga" ucap Devan yang membuat semua orang kaget apalagi Keira
Devan menghela nafas dan mengelus kepala Keira
"Itu acara bokap gue jadi kalo gue engga balik kesana engga apa-apa jadi biarin Veli gue yang jaga disini" ucap Devan menjelaskanMereka semua mengangguk, walau sedikit terkejut karena Devan berbicara panjang tapi mereka menuruti permintaan Devan.
"Besok kita kesini lagi" ucap Rehan menyentuh bahu Devan lalu pergi
Mereka bersama-sama meninggalkan rumah sakit menyisakan Devan sendiri.
2 jam berlalu atau pukul 10 malam.
Dokter kembali dan melihat Devan yang duduk sendiri seraya memainkan ponselnya.
"Kamu sendirian,Dimana yang lain?" tanya Dokter yang membuat Devan medongak dan menyimpan ponselnya, ia bangun dan menghampiri dokter itu
"Sudah pulang" jawab Devan.
Dokter mengangguk dan membuka pintu ruangan Veli, mereka berdua masuk... sesaat kemudiam mereka diam dan terus menatap kedepan.
Veli menoleh kearah mereka, menatap dokter dan Devan dengan wajah tanpa ekspresi keadaan dirinya yang berantakan dengan tangan yang berdarah akibat melepas paksa infus dan rambut berantakan.
Dokter dan Devan menghampiri Veli yang sedang berdiri di depan jendela. Dokter membawa Veli dan mendudukkannya di tepi ranjang, dokter diam dan memfokuskan diri mengobati luka ditangan Veli.
"Maaf.." cicit Veli
Dokter tersenyum dan selesai mengobati Veli.
"Tidak masalah.. itu tugas saya""Sudah selesai... sekarang saya akan pergi, jangan lukain dirimu sendiri" pesan Dokter lalu pergi.
Hening hingga Devan membuka suara
"Karena lo udah sadar.. gue mau pamit pulang dan Vell.. cepet sembuh" ucap Devan lalu pergi pulang.Untuk sekian kalinya Veli melepas infus di tangannya dengan paksa dan membiarkan darah kembali menetes dari tangannya. Veli bangun dan berjalan ke arah jendela melihat keluar.
Saat sedang menatap keluar kejadian di tempat perjamuan terlintas di kepalanya.. Veli meremas kuat tangannya dan meninju dinding.
"AAAA SIALAN!" teriak Veli frustasi dan jatuh ke lantai
"Hiks.. mama papa.. aku mau kalian.. hiks disini aku sendiri.. hiks" tangis Veli pecah ia memukul-mukul kepalanya berharap semua kenangan dan kejadian di tempat perjamuan tidak pernah ada.
Tes.. tes..
Darah mengalir dari hidung Veli akibat terus memukul kepalanya, ia berhenti memukul dan memejamkan mata, membiarkan darah terus keluar dari hidungnya lalu menyandarkan kepalanya di dinding.
Cklekk
Pintu terbuka dan muncul anak laki-laki berumur 5 tahun, ia berjalan dan mendekat ke arah Veli
"Kakak kenapa?"Veli membuka mata dan menggelengkan kepalanya
"Gapapa""Bohong.. itu kakak beldalah, Zyan panggil doktel oke" ucap Anak itu atau Zyan tapi ditahan Veli dengan menggenggam tangan Zyan.
"Jangan ya.. kakak gapapa kok.. nanti juga berhenti darahnya" ucap Veli tersenyum
Zyan diam beberapa saat lalu menyentak tangan Veli
"Kenapa sih.. olang dewasa itu pula-pula kuat.."Veli menyeka darahnya dengan baju rumah sakit yang membuat baju itu penuh dengan darah.
"Kamu akan tau saat kamu dewasa nanti" ucap Veli tersenyum hingga menyipitkan matanya
"Zyan gamau jadi olang dewasaa!"
Veli hanya tersenyum dan tiba-tiba kepalanya sakit dan pandangannya mulai buram dan brukk.. Veli jatuh pingsan.
Zyan terkejut dan menguncang-guncang tubuh Veli
"Kakak bangun.. kakak..""Zyan.." panggil seorang pria dari arah pintu
Zyan menoleh dan menangis
"Daddy hiks.. daddy.."Pria itu masuk dan menghampiri putranya, ia terkejut melihat gadis berlumuran darah di sisi anaknya/ Veli dan manatap Zyan meminta jawaban
"Bukan Zyan.. " ucap Zyan menggelengkan kepalanya.
Pria itu menghela nafas dan menggendong Veli dan menaruhnya di ranjang lalu menekan tombol memanggil dokter.
Tidak berselang lama dokter masuk dengan suster dibelakangnya mereka terkejut melihat keadaan veli.
"Bisa kalian menunggu diluar" ucap salah satu suster dan di setujui oleh pria itu, ia menggendong Zyan dan keluar.
"Jelaskan." pinta Pria itu saat sudah diluar, ia menurunkan Zyan dan menyilangkan tangannya didada dan menatap Zyan dingin.
"Tadi saat zyan pelgi kelual kalena ga mau minum obat, Zyan dengel suala dali luangan kakak inii.. Daddy tau kakak tadi menangis dan mengelualkan dalah dali hidungnya.. " ucap Zyan menjelaskan, Pria itu mengangguk dan menggendong Zyan kembali
"Ayo kita kembali.. Kakak tadi sedang di periksa dan kamu butuh tidur" ucap Pria itu dan dibalas gelengan dari Zyan
"Engga mau dad.. Zyan mau disini nemenin kakak"
"Mau sakitmu tambah parah? Sekarang kamu masih demam Zyan"
Zyan diam dan mengangguk pelan "tapi kakak sendirian disini"
Pria itu berfikir sejenak dan tersenyum
"Daddy akan menemaninya.. kau senang?"Zyan tersenyum bahagia dan memeluk Ayahnya itu lalu tertidur, Pria itu terkekeh kecil melihat anaknya dan pergi ke ruangan putranya.
Saat sampai di dalam ruangan itu sudah ada Ibunya/ nenek Zyan.
"Ibu.."Wanita paruh baya itu tersenyum, Pria itu menaruh Zyan di ranjang dan menyelimutinya.
"Darimana kalian?" tanya wanita paruh baya itu
"Tidak ada.. " jawab Pria itu ia menatap ibunya "aku pamit dan ibu bisa jaga Zyan?"
Wanita paruh baya itu mengangguk dan pria itu keluar dan pergi keruangan Veli, sesuai permintaan putranya.
Kita pelan-pelan aja ya.. nanti ada waktunya semua rekomendasi/ saran alur dari kalian² bakal Saya tulis..
See you next time.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protagonis < Figuran
HumorKisah Kinan putri yang bertransmigrasi ke tubuh Velice Anindya G. Tokoh Figuran di Novel 24 jam Always You