Happy reading
.
.
.
.Siang yang berisik memudar menjadi senja yang damai. Semua perlu waktu jadi jangan salahkan hati jika masih mencintai:)
.
.
.
.
."Dante.." panggil Oliv
Dante menoleh dan menaikkan sebelah alisnya "Apa" jawab Dante dengan datar.
Oliv menghampiri Dante dan menutup Laptop yang berada dipangkuannnya.
"Kenapa kamu bisa setenang ini, sedangkan Veli sampai sekarang gaada kabar dan aku sudah meneleponnya beberapa kali tapi tidak ada jawaban" ucap Oliv dengan nada panik dan frustasi
Dante terkekeh kecil dan menarik tangan tangan Oliv mendudukkannya di samping Dante.
"Kenapa panik gitu sih..." Dante menggenggam lembut tangan Oliv "nanti dia juga bakal datang kesini minta penjelasan" ucap Dante dengan entengnya.Oliv menghempaskan tangan Dante lalu bangun dari duduknya " Gila!..Ga punya hati!..Veli itu sahabat aku Dante, sahabat aku!" ucap Oliv dengan penuh penekanan di akhir kata.
"Hahahaha.." tawa Dante memenuhi kamar Apartemen milik Dante, ya mereka sekarang sedang berada di Apartemen Dante.
Oliv melototkan matanya dan menatap tajam Dante "kenapa, kenapa kamu tertawa!'
"Kamu tahu... kamu sangat lucu, apa tadi yang kamu bilang? Veli sahabat kamu? lalu kenapa kamu menyuruhku untuk pacaran dengannya hm," tanya Dante menyandarkan kepalanya di sofa dan melipat kedua tangannya di dada.
Oliv menegang, ia mengepalkan tangannya "karena balas budi " jawab Oliv cepat
"Kamu yakin?" tanya dante ber smirk
"Dante.. kamu.. kamu kenapa sih.." ucap Oliv tidak tenang
Dante menggelengkan kepalanya dan tersenyum manis hingga menyipitkan kedua matanya.
"Terserah kamu.. aku pulang!" ucap Oliv mengambil tas miliknya dan keluar kamar dengan membanting pintu.
Brakkk
Dante mendatarkan wajahnya dan kembali mengerjakan pekerjaannya
"Bodoh" batin Dante****
"Kami pamit ya tante.. om " ucap Keira menyalami Mama Windi dan Papa Al diikuti yang lain dibelakangnya.
"Makasih yaa.. udah jaga Veli dan hmm hati-hati dijalan jangan kebut-kebutan" ucap Mama Windi berterimakasih dan memperingatkan.
"Nah iya maa... mereka harus hati-hati karena besok mereka harus lari keliling lapangan 3 kali" ucap Felix dengan tampang mengejek miliknya.
Keira dkk menoleh ke arah Felix dan menatapnya tajam " ga takut " ucap keira, Zifa dan Clara bersamaan.
Mama Windi dan Felix tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya.
"Kami pamit," ucap Bara tersenyum lalu keluar ruangan dengan menyeret lengan Zifa
"Lepasinnn.. gue bisa jalan sendiri.." ucap Zifa memberontak dan sesekali memukul tangan Bara.
"Lepasinn.. huaaa... lepasinn.. tolong.. tolong" Zifa berteriak dan menoleh kebelakang seperti memang orang yang kena culik.
Brakk
Pintu ruangan itu tertutup dan tidak lagi terdengar teriakan Zifa, keira dan clara menutup wajah mereka karena malu.
"Malu gue.. punya temenen modelan zifaa" bisik keira pada clara
"Samaa.." balas clara
"Pulang" ucap Devan dan diangguki yang lain, mereka semua meninggalkan ruangan Veli.
Sunyi... ruangan Veli sekarang hanya terdengar suar monitor.
"Bicaralah... aku tau kamu ingin mengatakan sesuatu" ucap Papa Al memecah keheningan.
Mama Windi tersentak dan langsung menoleh ke arah suaminya, Papa Al tersenyum dan menganggukkan kepala.
Mama windi menunduk dan memilin tangannya
"Aku sudah menemukan putriku..""HAH!" teriak Felix dan Ernald bersamaan sedangkan Papa Al tersenyum sambil menunggu kelanjutan ucapan istrinya.
"D-dimana.." ucap Felix terbata-bata
Felix dan Ernald bangun bersamaan dari duduk mereka dan menghampiri Mama windi yang duduk di kursi dekat Veli.
Mereka jongkok dan menggenggam tangan Mama Windi,Felix tangan Kiri dan Ernald tangan kanan.
"Siapa ma.. dan dimana adik kita?" tanya Ernald yang di angguki Felix
Mama Windi tersenyum dan menarik tangannya lalu mengelus kepala kedua putranya.
"Kalian sudah kenal dengannya..."Mama windi mengarahkan kepala Felix dan Ernald menoleh ke arah Veli.
"Veli?.." ucap Ernald bingung tapi lain halnya dengan Felix ia bangun dan memeluk tubuh Veli.
"Hiks.. adek kakak..." tangis Felix saat memeluk Veli erat.
Ernald tersadarkan dari pikirannya yang kacau, ia bangun dan menarik Felix lalu gantian ia yang memeluk Veli.
"Sayang... adek abangg yang cantikk" ucap Ernald mencium pipi Veli.
Felix yang di singkirkan tiba-tiba menyeka air matanya lalu menarik Ernald kembali dan begitu seterusnya.. mereka berrebutan untuk memeluk Veli.
Papa Al bangun dan menarik kerah baju kedua putranya dan menariknya kebelakang lalu memukul kepalanya.
"Bodoh.. adik kalian sekarang sedang sakit dan kalian malah bermain-main seperti ini.." omel Papa Al
"Kan kami kangen banget sih paa.. sama adikk" ucap Ernald seraya mengelus kepalanya yang dipukul Papa Al tadi.
"Iya bener.. bang Ernald bener.. " ucap Felix mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Apasih lo.. ikut-ikut" ucap Ernald menatap julit adiknya
"Apasih bang.. siapa juga yang ikut-ikutan.." balas Felix menatap Ernald kesal
"Lo tu yang i-.." ucapan Ernald terpotong oleh bentakan dari Papa Al
"Diam!" ucap Papa Al menatap tajam kedua anaknya.
Ernald dan Felix diam dan menundukkan kepala mereka, mama Windi menggelengkan kepalanya lalu bangun dan mengelus kepala Felix dan Ernald
"Jangan terlalu keras pa... mereka begini karena senang" ucap Mama windi tersenyum manis
Ernald dan Felix mengangkat kepala mereka dan memeluk Mama Windi "Sayangg sama mama.."
Papa Al menghela nafas "Maaf.. aku kelepasan..." ucap Papa Al lalu ikut memeluk Mama Windi. Mereka ber empat berpelukan dengan rasa suka cita yang besar.
"A-air.."
Suara seseorang membuat mereka berempat menoleh dan melihat jika Veli sudah siuman.
Mama Windi menarik diri dan berlari mengambil Air di meja dan memberikan gelas yang berisi air kepada Veli.
Mama windi mengangkat pelan kepala Veli dan membantu Veli minum.
Veli minum air itu dengan pelan " makasih..." ucap Veli setelah selesai minum. Mama Windi mengangguk dan menaruh kembali gelas dimeja.
Felix dan Ernald terus menatap Veli dengan binar yang mana membuat Veli menyeringit bingung
"K-kenapa... a-ada yang salah?" ucap Veli pelan seraya melihat sekeliling.Felix ingin bicara tapi dihentikan oleh Papa al
"Tidak ada.. istirahatlah"Felix menoleh ke arah Papa Al protes tapi Papa Al menatap tajam Felix yang membuat Felix menundukkan kepalanya.
Next kak?
KAMU SEDANG MEMBACA
Protagonis < Figuran
HumorKisah Kinan putri yang bertransmigrasi ke tubuh Velice Anindya G. Tokoh Figuran di Novel 24 jam Always You