🏍️ Bad Wife | New Version

303 43 13
                                    

🏍️ Bad Wife

"Kenapa? Lo nyari Gazza ya?"

Jisoo terdiam ketika ia baru sadar namun sudah mendapati Jeno yang berada disampingnya. Terlebih memang apa yang dikatakan oleh Jeno itu memang benar, Jisoo mencari Gazza. Bukan apa-apa, pasalnya terakhir kali sebelum Jisoo kecelakaan karena balapan pada malam itu, yang Jisoo terakhir kali lihat sebelum ia tak sadarkan diri adalah Gazza yang berlari menghampirinya dengan sangat panik. Lantas mengapa sekarang yang berada disini adalah Jeno? Apakah Jeno tahu dari Gazza? Mereka berdua bertemu?

Melihat Jisoo yang nampak tidak menjawab dan malah menunjukkan ekspresi bingung, membuat Jeno menghela nafas. Kemudian ia pun segera menggenggam tangan kanan Jisoo yang terbalut infus itu dengan kedua tangannya. Jeno mengecupnya sebentar.

"Gue khawatir sama lo, Jis." Ujar Jeno dengan tulus. "Gue udah kabarin Mami kalau lo kecelakaan, dan Mami yang lagi di Singapura sempet pengen langsung balik ke sini, gue juga udah ngabarin Bang Samuel."

"Mami kan di Singapura lagi ngurusin pekerjaan penting. Kenapa malah lo kasih tau?"

"Udah seharusnya Mami tau, kan?" Jeno meletakkan kembali tangan Jisoo hingga berada di posisi awal. Kini tangan Jeno terulur untuk merapihkan rambut Jisoo. "Tapi lo tenang aja, Mami udah gue kabarin kalau lo cuma kecelakaan biasa dan bakalan baik-baik aja. Gue juga minta Mami buat tetep di Singapura dan enggak perlu balik ke Indonesia." Diikuti helaan nafas lega dari Jisoo.

"Terus lo tau gue disini itu karena siapa? Apa dari Gazza?" Jeno menggeleng sebagai jawaban. Membuat Jisoo mengernyit heran. "Terus dari siapa lo tau gue kecelakaan?"

"Gue ngikutin lo waktu lo pergi pas malam itu. Tapi gue ngikutin lo diem-diem, dari situ gue tau kalau lo kecelakaan."

"Ngapain lo ngikutin gue?"

"Salah? Lo istri gue, udah seharusnya gue mengkhawatirkan kondisi lo. Kalau soal perasaan itu emang gue bebasin lo dalam memilih dan gue enggak maksa, tapi ini tentang kewajiban. Kewajiban gue sebagai suami lo, yang emang udah sakral dan harus gue laksanain."

Mendengar hal tersebut keluar dari mulut Jeno, lantas membuat Jisoo sedikit tertegun. Ia baru menyadari bahwa perasaan yang dimiliki Jeno olehnya memang setulus itu, bahkan setelah Jeno tahu kalau Jisoo masih sulit memberikan hatinya sepenuhnya kepada Jeno, Jeno tetap ingin bersamanya. Tapi kalau ngomongin soal ketulusan, bukan hanya Jeno saja yang tulus disini. Melainkan juga Gazza, Gazza juga tulus menerima Jisoo bahkan setelah tahu pengkhianatan dari Jisoo untuknya.

Entah Gazza maupun Jeno, keduanya sama-sama laki-laki baik dan tulus yang mau memperjuangkan Jisoo dan menerima Jisoo apa adanya. Justru disini yang jahat adalah Jisoo, yang egois adalah Jisoo, yang menginginkan kedua laki-laki itu adalah Jisoo. Jisoo tahu itu salah tapi Jisoo tetap melakukannya. Ia merasa menjadi perempuan paling brengsek yang ada di dunia ini.

Kalau memang Jisoo adalah perempuan yang memiliki value harusnya ia bisa lebih tegas terhadap perasaannya sendiri. Sebenarnya yang terbaik untuknya itu apa? Yang memang seharusnya ia pilih itu siapa? Hatinya juga untuk siapa? Harusnya Jisoo mengetahui semua itu dan dapat menjadi gadis yang tegas dalam mengambil sebuah keputusan.

Hal ini membuat Jisoo tersadar kalau setelah ini dirinya tidak boleh menjadi egois. Jisoo harus bisa memilih salah satu diantara Jeno dan Gazza, setelah ini Jisoo harus memikirkan matang-matang. Dengan memiliki keduanya itu bukanlah yang terbaik untuknya, justru akan membuat kedua belah pihak—dari pihak Jeno maupun pihak Gazza tersakiti. Mungkin memang iya dengan sikap egoisnya itu Jisoo bisa mendapatkan mereka berdua tanpa harus melepas salah satunya, tapi jika memang Jisoo masih memiliki hati maka ia harus memilih salah satu dari Jeno maupun Gazza.

Bad Wife | New VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang