chapter 5+

407 34 3
                                    

Vegas terus menatap arah pintu yang ada dihadapannya. Apa yang dikatakan dokter yu jiying hanya ngomong kosong. Pete tak akan pernah meninggal Vegas begitu ajh.

Sekarang Vegas jengkel mendengar semua orang menangis kepergian pete, rasanya Vegas inggin membunuh siapa saja yang mengatakan Pete telah pergi.







Kenapa Pete...kenapa pergi meninggalkan ku dengan vanice...




Bahkan kau pergi ketempat yang aku dan vanice tak bisa gapai...


Pete! Kau bodoh! Mana aku bisa menjalani ini tanpamu hah!...





Vegas membuka pintu dengan kedua lengannya hal pertama yang ia rasakan suara teriak kesakitan Pete.

Melangkah demi langkah menuju ranjang namun langkahnya terhenti ia melihat Pete yang menggendong vanice, Pete memainkan pipi vanice yang sedikit gembul. Mata yang bulat.

" Aku lebih percaya padamu " Pete menongak menatap Vegas yang mendekatinya.

" Semua orang aneh, diluar sana semua orang menangisi mu, bahkan ibumu juga menangis padahal aku melihat mu disini"

" Kau bersamaku " Vegas mengelus pipi pete.

" Kenapa kamu tak menangis? " Tanya Pete membuat vegas terdiam, namun Pete tersenyum lalu mengangkat vanice yang terlelap dengan senyum manisnya bahkan vanice memiliki lesung pipi.

" Lihat lah vanice begitu menggemaskan bukan? " Pete tak henti tersenyum.

" Seperti diriku" Vegas bermanja pada pete. Namun Pete terdiam. " Aku berharap vanice ada kemiripan denganku juga " Pete mengelus pipi gembul vanice seketika vanice tersenyum.

" Iya, iya aku akan membaginya 25 % dari kemiripanku " sekarang ia menatap Vegas.

" Terimakasih, bolehkah gendong vanice sebentar?" Vegas pun mengambil alih vanice dari tangan Pete.

" Boleh aku mengutarakan keinginanku? " Pete mengenggam jemari Vegas.

" Heum kenapa tidak, karna kamu udah berusaha melahirkan vanice aku akan mengujutkan keinginanmu. Hmm katakanlah "

" Dengar Vegas, untuk kali ini kau tak bisa mengabulkannya " Pete menahan rasa sakit di dadanya. Namun Vegas seakan ngestak. Ia tak bisa menggerakkan tubuhnya bahkan berbicara pun tak kuasa. Ada apa dengan dirinya.

" Dari dulu...aku inggin melihat vanice tumbuh jadi anak yang kuat"



" Aku inggin lihat vanice berjalan padaku untuk pertama kalinya "


" Mengantarkannya sekolah "


" Melihat kamu dan vanice bermain di taman belakang "

" Aku menginginkan itu Vegas...."

Pete meneteskan air matanya menatap sang keluarga kecilnya dihadapannya. Lagi-lagi Pete menahan rasa sakit di dadanya.

" Dan kamu sayang.... Jangan terlalu keras pada vanice, jangan terlalu melarang hobinya nanti "

" Dan jika vanice menginginkan seorang adik... Berilah, cari wanita yang bisa mencintai mu dan vanice "

" Aku lelah vegas....pete inggin beristirahat sejenak " Pete mengenggam erat jemari suaminya meski menyakitkan Pete tersenyum, merebahkan tubuhnya tanpa memutuskan tatapannya.

" Hiks...aku mencintaimu Vegas " Pete perlahan menutup matanya. Namun tiba-tiba vanice menangis membaut Vegas berdiri menenangkan anaknya yang semakin menangis.

Badasa[END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang