.
"Jeano sialan! Sadar bego!"
Jeano berusaha untuk menghilangkan pikiran-pikiran buruknya. Termasuk perasaannya sekarang. Bagaimana pun, ia harus mengabaikan perasaannya terhadap Reyna.
"Mau ngomong apa?" tanya Jeano, masih dengan wajah tidak berekspresinya.
"Gue cuma mau minta tolong, lo jangan bersikap kayak gitu sama gue" mendengar hal itu, Jeano pun tersenyum miris.
"Terus mau lo apa?"
"Bisa gak kayak biasa aja Je? Apa karena udah gak ada apa-apa, kita ga bisa bersikap biasa aja? Gue ga mau kita selalu canggung kalo ketemu, kita bukan anak kecil yang perlu ungkit masa lalu lagi kan?"
"Gini rasanya" ucapan Jean itu justru membuat Reyna bingung sekarang.
"Apa?"
"Gini rasanya setiap gue bareng sama lo, gue selalu jadi kayak orang bodoh yang terus dengerin semua yang lo bilang. Lo beneran balik. Reyna yang gue tau, Reyna yang selalu perlakuin gue seolah gue ga bisa apa-apa, beneran balik"
"Kok lo tiba-tiba ngomongin itu sih?"
"Gue selalu dengerin apa yang lo bilang selama ini, tapi kenapa lo seolah ga bisa denger pertanyaan gue terakhir kali. Lo pergi gitu aja ninggalin gue. Gue cuma nanya 1 pertanyaan, tapi bahkan buat noleh ke belakang aja lo ngga lakuin itu, Rey" ucap Jeano panjang lebar. Jantungnya berdetak tidak karuan. Matanya terasa panas, namun Jeano berusaha mati-matian menahannya.
"Dan sekarang, lo sampe dateng ke sini cuma buat minta gue bersikap biasa aja. Udah keliatan jelas kan? Gue selalu harus jadi penurut sesuai apa yang lo bilang" seolah merasa sudah cukup mengeluarkan semua yang Jeano pendam selama ini, ia pun langsung memilih pergi meninggalkan Reyna yang kini tengah mematung. Tentu saja Reyna terkejut setelah mendengar hal itu, Reyna tidak pernah menyangka Jeano merasakan hal itu saat bersamanya.
Jeano yang selalu menebarkan senyum. Jeano yang jarang menolak permintaan Reyna, ternyata selama ini ia memendamnya. Jeano selalu menyembunyikan jika ia sedang marah atau tidak baik-baik saja, tapi kini Jeano mengungkapkan semuanya. Semuanya, sampai Reyna yang merasa bersalah sekarang.
Jeano berjalan menuju tempat Jena duduk. Wajahnya tidak bisa dideskripsikan. Jena yang melihat itu bertanya-tanya, apalagi ekspresi Jean berubah ketika selesai mengobrol dengan perempuan tadi.
Jeano pun mengambil jaket dan tasnya yang berada di sebelah Jena, lalu pergi begitu saja. Teman-temannya sontak memanggil Jean. Sikap Jean yang tiba-tiba berubah, tentu membuat mereka bingung.
"Je!" panggil Dinar. Jeano pun menoleh. Dengan ekspresi yang tetap sama, Jeano menatap Dinar dan teman-temannya yang lain cukup lama. Tidak ada yang berani menanyakan apa yang terjadi, setelah mereka melihat Jeano dan Reyna mengobrol. Jeano pun kini menatap Jena yang juga tengah menatapnya.
Akhirnya, Jeano berjalan kembali menghampiri Jena lalu menarik tangannya, pergi dari sana. Meninggalka teman-temannya yang masih bertanya-tanya akan sikap Jean. Suasana di sana terasa benar-benar aneh.
°°°
Jeano membawa Jena ke suatu tempat. Lebih tepatnya, sebuah taman yang di sana terdapat danau kecil. Jena tidak tahu mengapa Jeano membawanya ke sini. Bahkan, sepanjang jalan tadi pun, Jeano tidak mengatakan apa-apa, dan Jena tidak berani untuk bertanya. Karena sepertinya, suasana hati Jean sedang tidak baik-baik saja. Namun, karena itu pula, Jena menjadi penasaran dengan perempuan yang mengobrol bersama Jean tadi. Siapa dia?
Jeano berjalan ke arah rerumputan di dekat danau. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, Jena mengikuti Jean di belakang. Mereka berdua pun duduk di rumput, menghadap ke danau. Malam ini tidak begitu ramai, hanya ada beberapa orang yang sedang menghabiskan waktu di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double J || Haechan ✔
RandomIntinya, Jeano bingung memilih antara yang baru atau masa lalunya. So, enjoy to my story and happy reading all! August 28'23 May 19'24