28

19 4 0
                                    

.

___

"Gue gak bisa lupain lo, gue-"

"Kak! Kak Jean!!"

___

Perlahan dengungan di telinganya mereda. Suara hujan yang turun dengan sangat deras, mulai terdengar. Jeano membuka matanya. Air matanya jatuh begitu saja, menyatu dengan air hujan yang menerpa wajahnya. Jeano benar-benar sudah basah kuyup.

Ia masih diam di tempat yang sama, tanpa bergerak sedikit pun. Jeano ingat semuanya, semua yang selama ini dia lupakan. Hatinya terasa sakit seolah baru saja mengetahui hal yang menyesakan baginya. Kini Jean tahu, mengapa Jena sangat tidak ingin memberi tahunya. Cerita tentang dirinya dan Jena yang terlalu panjang untuk dijadikan kata-kata, dan terlalu sakit untuk dibahas, itu memang benar adanya.

Kini Jeano mengerti, bukan hanya Jena yang tidak ingin memberi tahunya, tapi semua orang. Karena kisahnya dengan Jena serumit itu, hingga Jeano sendiri merasa tidak akan percaya jika orang lain menceritakannya.

"Bego!" Jeano menyalahkan dirinya sendiri.

Ia kemudian menatap payung yang tergeletak di tanah. Kecelakaan itu terjadi ketika Jean bersama Jena, tepat di depan Jena ia terluka parah. Dan tanpa pernah Jeano tahu, bagaimana kondisi Jena setelah itu. Bahkan ia tidak pernah bertanya kabar Jena sekali pun.

Jeano pun memutuskan untuk pergi ke rumah Jena. Tidak peduli dengan hujan yang begitu deras malam ini, Jeano hanya ingin bertemu Jena. Jeano semakin merasa bersalah ketika ingat dirinya mencari-cari Jena, dan ketika Jena kembali, ia malah melupakannya. "Sialan Jeano!!" ucapnya sembari menancap gas motornya dengan kecepatan penuh.

Sesampainya di depan rumah Jena, Jeano turun dari motornya dan langsung menekan-nekan bel dengan tidak sabar. Sesekali ia juga meneriaki nama Jena, berharap seseorang atau bahkan Jena langsung yang mendengarnya.

Tidak lama seorang wanita yang memakai payung, menghampiri lalu membuka pagar rumahnya. Jeano langsung kecewa ketika tahu orang itu bukan yang ia cari. Tapi Jeano jelas mengingat siapa dia.

"Kak Abin" panggil Jean membuat Abina terkejut. Karina Abina juga tahu bagaimana kondisi Jeano akhir-akhir ini.

"Jean? Ada apa?" tanya Abina. Karena tidak mungkin Jean datang tanpa alasan mendesak ditengah hujan deras seperti ini.

"Jenanya ada, kak?" tanya Jeano dengan perasaan yang tidak sabar. Melihat hal itu, Abina jadi merasa tidak enak untuk memberi tahunya.

"Jena gak ada" jawab Abina dengan nada sedikit melemah, membuat antusias Jeano menurun.

"Ke mana?"

"Bandara... Jena mau pergi ke Korea" mendengar hal itu, Jeano langsung pergi dengan motornya tanpa bertanya alasan Jena pergi ke luar negeri. Dia tidak peduli. Jeano hanya ingin bertemu Jena. Meski hanya satu detik waktu yang tersisa untuknya, Jeano akan tetap menemui Jena.

°°°

Jena sedang duduk menunggu waktu untuk masuk ke pesawat. Setelah kedua orang tuanya pamit beberapa menit lalu, Jena kini sendirian. Moodnya sedang kurang baik hari ini. Mungkin karena ia akan meninggalkan keluarganya, bahkan negara kelahirannya.

Meskipun begitu, Jena tidak menyesal mengikuti program ini. Bagaimana pun juga ia punya rasa ingin mengetahui lebih dalam tentang dunia luar. Ia dapat belajar hal-hal baru di sana. Dan alasan lainnya, Jena dapat melupakan Jeano seiring berjalannya waktu.

Ternyata memang akhirnya harus seperti ini. Jena memang seharusnya tidak masuk ke dalam kehidupan Jeano dan mulai mengacaukan segalanya. Tapi dari semua kejadian ini, ia tidak akan pernah menyesali pemberian pertamanya untuk Jeano saat hari kelulusan itu. Ketika pertama kalinya Jena berbicara pada Jean, bahkan mereka foto bersama. Meskipun itu menjadi awal mula semua kejadian ini, Jena tidak akan pernah melupakannya.

Double J || Haechan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang