14

25 5 0
                                    

.

Waktu terus berjalan seperti biasanya. Kegiatan yang Jeano lakukan beberapa minggu ini, hanya sibuk dengan tugas kuliah. Dia memilih untuk berhenti memikirkan hal lain, selain tugas kuliahnya.

Setiap Jeano akan memejamkan mata untuk tidur, entah mengapa bayangan-bayangan kejadian yang lalu, tiba-tiba datang. Kepergian Jena, hingga penolakan Reyna, Jeano terus terbebani. Dia menyalahkan diri sendiri, karena akibat perbuatnya, ia kehilangan semuanya. Dan Jeano, memang pantas mendapatkan itu. Ia harus kehilangan agar sadar apa yang telah ia perbuat.

Apa yang Gino ucapkan itu benar. Reyna sudah tidak memiliki rasa apa pun untuk Jeano. Dari cara Reyna menolak, bahkan ketika Jeano belum mengatakan apa pun, itu terlihat jelas. Jika Reyna bisa melupakan Jean begitu cepat, mengapa Jean tidak bisa?

Reyna bersikap seakan tidak ada yang terjadi diantara keduanya, Jeano bersyukur untuk itu, ia jadi tidak harus repot dengan segala kecanggungan yang terjadi. Namun Jena, untuk yang satu itu Jeano tidak bisa melakukan apa pun. Bahkan hanya sekedar kabar saja, Jeano tidak tahu. Jeano dan Jena benar-benar sudah tidak berhubungan sama sekali. Pertemuan tanpa sengaja di sekolah itu, adalah yang terakhir.

Bagaimana dengan medsos? Setiap Jena membuat insta story, Jeano tidak pernah berniat untuk melihatnya, begitu pula sebaliknya.

"WOI! Bengong mulu lo, awas gila!" Arsa menepuk pundak Jeano yang sedari tadi hanya melamun.

"Tau tuh! Mau ikut ga kegiatan baksos? Lumayan biar pikiran lo fresh juga. Liat noh, mata lo udah kayak panda. Berapa minggu lo ga tidur?" ucap Dinar, lebih tepatnya mengomel.

"Baksos? Ke mana?" tanya Jeano, nadanya lesu.

"Panti. Sekali-kali ikut lo! Peduli sesama, jangan peduli cewek mulu"

"Dih, cewek juga manusia"

"Jadi ikut kagak?!" Dinar sudah kehabisan stok sabar.

"IYE IYEE, gua ikut!"

"Nah gitu dong. Awas, pake baju yang bener jangan kek mau begal" titah Gino.

"Ya gua juga mikir lah anjir!" balas Jeano sedikit tidak terima dengan ucapan Gino. Karena dia juga pasti tahu tempat. Masa ketemu anak kecil, pake baju sobek-sobek, yang ada mereka kabur.

"Ini acara dari mana dah?" tanya Arsa sembari mengambil sepotong pisang goreng ibu warung.

"Dari SMA" jawab Dinar seadanya.

"SMA, sekolah kita maksud lo?"

"Ya iyalah!"

"Lah, emang kita boleh ikut?" kini Gino yang bertanya.

"Siapa yang bakal ngelarang kalo mau buat kebaikan?"

"Ya aneh aja gitu, kita kan udah alumni"

"Lo lupa gue siapa?" pertanyaan itu membuat Gino, Arsa dan Jeano menatap Dinar.

"Iyaaaaa, mantan wakil ketua osis yang paling teladannn" ucap Arsa dengan nada sedikit menekan.

"Sungkem dulu dong!" ucap Dinar lalu tertawa. Yang lainnya pun hanya menatap malas. Memang Dinar yang paling aktif berorganisasi diantara yang lainnya.

"Pagi jam 9 ya! Awas kebo lu pada!" ancam Dinar.

"Iyaaa pak waketuuuu" ucap ketiganya bersamaan, yang langsung diiringi tawa.

°°°

Pagi ini sesuai rencana, Arsa, Gino dan Jean akan ikut kegiatan baksos ke panti asuhan. Kini mereka sedang menunggu Dinar yang katanya masih di jalan.

Double J || Haechan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang