21

26 5 0
                                    

.

Hampir satu tahun berlalu. Jeano sudah menginjak semester 3 sekarang. Tidak terasa bukan? Siapa sangka waktu berjalan begitu cepat, hingga Jeano sendiri pun tanpa sadar mulai melupakan Jena.

Tidak seperti sebelumnya, saat Jeano dan Jena selalu bertemu tanpa sengaja, kali ini tidak. Jeano benar-benar sudah tidak tahu bagaimana kabar Jena saat ini. Mereka memang masih mempunyai kontak masing-masing, tapi... percuma saja karena keduanya tidak pernah bertukar kabar. Jena seperti hilang begitu saja. Hilang, hingga rasanya ia tidak pernah ada di hidup Jean.

Mama Jean, yang katanya bertemu Jena tanpa sengaja dan Jena sering membantunya, ia ikut bertanya-tanya mengenai keberadaan gadis itu. Namun apa daya Jean? Ia sendiri tidak tahu, bahkan tidak berniat untuk mencari tahu. Mungkin ini lebih baik untuk dirinya dan juga Jena, tidak perlu mengusik lagi kehidupan masing-masing.

Meskipun begitu, meskipun ingatan tentang Jena mulai memudar, Jeano merasa perasaannya terhadap Jena masih sama. Pasti memang butuh proses yang lama. Mungkin juga ini adalah hukuman untuk dirinya.

"DUAR!"

Jeano yang sedang memejamkan matanya dengan tenang, langsung terlonjak kaget mendengar suara seseorang tepat di telinga kirinya.

"SETAN YA LO? Teriak di telinga kiri gue, kebiasaan!" omel Jean sembari mengusap-usap telinganya.

"Hehe, biasalah. Btw, kenapa sendiri?" tanya Arsa yang langsung duduk di kursi kantin dan memakan makanan yang ia bawa.

"Lo ngejek gue?"

"Lah kok ngejek? Gue kan nanya"

"Ck, gak tau dah pada kemana. Ngedate kali"

"Lo gak ikut?"

"Ngapain anjir ikut orang ngedate? Kayak setan, jadi orang ketiga"

"Yehhh, maksud gue bukan ikut mereka. Lo gak ngedate juga?" pertanyaan polos Arsa itu sontak membuat Jeano menoleh dengan tatapan tajam. Rasa-rasanya ingin menampar wajah itu, namun orangnya sedang makan, sebaiknya jangan.

Di tengah perbincangan itu, tiba-tiba saja seseorang datang dan langsung duduk di hadapan mereka berdua.

"Kayaknya... gue pindah meja aja" ucap Arsa dengan membawa piringnya, namun langsung ditahan oleh Jean.

"Di sini aja"

"Iya, di sini aja" Reyna ikut berbicara.

Mereka bertiga pun diam, tanpa saling menatap. Lebih tepatnya menghindari agar tidak saling menatap.

"Gue mau minta maaf sebelumnya" ucap Reyna akhirnya memulai pembicaraan. Karena tidak mungkin Reyna menghampiri begitu saja tanpa ada yang ingin dibicarakan.

"Gue gak tau ini salah siapa, tapi gue minta maaf"

"Apa sih lo! Dari tadi minta maaf mulu gak ada alesannya. Kayak lagi lebaran aja" Arsa akhirnya mengomel kesal karena Reyna terus saja mengucapkan kata maaf.

Reyna pun menghela nafas panjang. Jeano dan Arsa seketika tahu, ini pasti pembahasan yang tidak baik.

"Inget kebakaran di SMA kemarin? Huft... itu ulah Shella"

"Kebakaran?... HAH?!" Arsa terlonjak kaget, begitu pun dengan Jeano.

"Maksud lo... yang Jena-"

"Iya" Reyna memotong ucapan Jean.

"Gue gak bisa jelasin alesannya sendiri. Kalo kalian mau tau, lebih baik tanya Shella langs-" ucapan Reyna terhenti ketika Jeano tiba-tiba berdiri dan mengambil tasnya dengan kasar. Reyna yang melihat itu, langsung ikut berdiri dan menahan langkah Jean.

Double J || Haechan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang