.
Hari ini, Jena memutuskan untuk bertemu dengan Alma. Tidak kemana-mana, hanya berdiam diri di rumah Jena sembari berbincang dan menonton.
Terdengar suara pintu diketuk dari luar, Abina yang kebetulan sedang menonton tv di tengah rumah, langsung membukakan pintu.
"Halo, kak Abin" sapa Alma ramah.
"Ehh, Alma. Ayok masuk, langsung ke atas aja, Jena nya ada di kamar kok" ucap Abina yang diangguki langsung oleh Alma.
Alma pun berjalan menaiki tangga, lalu menuju kamar Jena. Ia mengetuk pintu kamar Jena, lalu membukanya karena ternyata tidak dikunci. Saat pintu terbuka, Alma terkejut melihat kamar Jena yang sangat berantakan. Selimut dan bantal guling, berserakan di lantai. Ada beberapa sampah bekas camilan juga. Sementara Jena, dia rebahan secara terlentang di atas kasurnya.
"Ya ampun Jen! Kamar lo kayak kapal pecah, berantakan banget!" Alma mengomel. Ia menaruh tasnya di sofa yang ada di sana, kemudian mengambil sampah-sampah serta membereskan yang lainnya. Dan Jena, masih setia di posisinya.
Setelah selesai membereskan semuanya. Alma pun duduk di sebelah Jena, ia menatap Jena yang sedang memejamkan matanya.
"Kenapa? Ayok cerita!" perintah Alma kepada Jena. Alma seolah sudah tahu apa yang sedang terjadi, meskipun Jena belum memberitahunya.
Jena pun membuka mata, menatap Alma lekat, lalu matanya berair. "Almaaaaa" rengeknya. "Gue lebay banget yaa"
"Iya kenapa? Gue ga tau lo lebay atau ngga, kalo ga tau masalahnya" Jena pun bangun dari tidurnya, lalu duduk menghadap Alma.
"Gue kemarin... ketemu mantannya kak Jean"
"Hah?! Mantannya yang dateng ke tempat futsal itu?" Alma benar-benar terkejut mendengar ucapan Jena barusan. "Bentar-bentar, jangan langsung to the point, coba cerita dari awal"
Jena menghela nafasnya panjang. Lalu ia pun mulai bercerita secara detail tentang kejadian kemarin.
"Serius???" Jena mengangguk menanggapi Alma. "Terus gue harus gimana, Al?" tanyanya kemudian.
"Inget! Jangan negatif thinking dulu. Liat ke depannya deh Jen. Lo jalani aja, kalo misal malah makin buruk, lo boleh kok... mundur. Tapi lo harus usaha dulu, jangan nyerah gitu aja. Gue yakin kak Jean mulai hubungan sama lo itu bukan cuma sebatas omongan. Meskipun gue akui, kelakuan dia kemarin itu agak keterlaluan" ucapan Alma itu berhasil membuat Jena termenung kembali. Alma yang melihat Jena terus saja melamun, langsung menyadarkannya.
"Ck! Udah lah, ga usah dipikirin terus! Mandi dulu gih sana!" perintah Alma. Karena memang Jena saat ini masih mengenakan baju tidurnya. Dengan lemas, Jena pun menuruti perkataan Alma.
"Gak usah lemes-lemes gitu, lebay!"
°°°
Jeano meminum air segelas penuh dengan sekali tegukan. Dia baru saja bangun, dan merasa tenggorokannya sangat kering. Kepalanya juga pusing, akibat bergadang semalaman bersama teman-temannya.
"Je, baru bangun?" tanya mama Jean yang baru saja memasuki dapur. Jean pun duduk di depan meja makan. "Iya" jawabnya singkat.
"Temen-temen kamu udah pada bangun juga belum? Ajakin sarapan gih!" mamanya bertanya lagi.
"Belum kayaknya"
"Pagi tante" sapa Arsa ramah, disusul Gino dan Dinar di belakangnya.
"Belum gimana! Itu udah lengkap semua" ucap mamanya, lalu mempersilahkan teman-teman Jean untuk sarapan. Arsa membantu mamanya Jean untuk mengambil alat-alat makan. Semenyebalkan apa pun itu, Arsa sebenarnya baik. Hanya kalau baterainya sedang full, dia cukup sulit untuk diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double J || Haechan ✔
RandomIntinya, Jeano bingung memilih antara yang baru atau masa lalunya. So, enjoy to my story and happy reading all! August 28'23 May 19'24