11

16 4 0
                                    

.

Malam ini rencananya Jena diajak oleh Jean lagi, keluar untuk makan malam dengan teman-temannya dan yang pastinya juga Reyna. Bahkan katanya kini akan ada Renasa. Ya, Renasanya Dinar.

Jena yang sudah siap pun, mulai berpamitan pada orang tuanya. Seperti biasa, setelah selesai dengan pidato papanya, Jena pun berjalan ke luar rumahnya. Jeano bilang dia akan menjemputnya menggunakan mobil.

Beberapa menit menunggu, akhirnya mobil Jeano pun tiba di hadapan Jena. Baru saja akan membuka pintu depan, tiba-tiba jendela pintu itu turun, menampilkan Reyna yang ternyata duduk di sana. Pantas saja tidak menggunakan motor, ternyata bersama Reyna, batin Jena.

"Eh, bentar Jen, gue pindah dulu ke belakang" ucapan Reyna itu seketika menyadarkan Jena dari lamunannya.

"Ngapain pindah? Di sini juga gapapa kok" jawab Jean. Reyna pun menoleh bingung ke arah Jean.

"Lo gimana sih, Je? Masa cewek lo di belakang? Gue juga harus tau diri lah"

"Em, gapapa kok kak, Jena di belakang aja, biar cepet" Jena akhirnya menengahi.

"Tuh, Jena aja gapapa, kok lo ribet sih, ga berubah dari dulu" ucap Jeano sambil terkekeh.

Dengan cepat Jena pun membuka pintu belakang. Lebih tepatnya, tidak ingin menyaksikan lebih lanjut perbincangan bersama masa lalu itu. Padahal jika Jena masuk pun, ia malah akan menyaksikan hal itu lebih jelas.

Jena cemburu? Ya! Dia sudah tidak bisa membohongi dirinya sendiri lagi sekarang. Situasi seperti ini menjadi semakin sering dialaminya, namun Jena tidak bisa melakukan apa-apa. Ia akan terus menjalaninya. Sampai kapan? Mungkin sampai Jena sudah benar-benar tidak kuat.

Di situasi seperti ini, rasa-rasanya Reyna lah kekasih Jean, bukan Jena. Jena malah seperti adik yang mengikuti kakaknya kemana-mana.

Dan jika Jena lihat, kepribadian Reyna itu sangat bagus dibandingkan dirinya. Reyna itu sosok perempuan yang kalem. Dia selalu menyelesaikan masalah dengan tenang. Berbeda dengan Jena, baru masalah kecil saja dia sudah panik bukan main. Reyna juga punya pendirian kuat dan tentunya lebih dewasa, sangat cocok untuk Jeano. Pantas saja laki-laki itu sulit melupakannya. Lalu, mengapa Jean mengajak Jena untuk menjadi pacarnya?

"Jen!" Jena terkejut saat seseorang memanggilnya. Ternyata itu Jean.

"Kenapa ngelamun mulu? Ayok, udah sampe nih" Jena baru sadar. Ternyata sepanjang jalan ia terus melamun.

"O-ohh iya kak"

"Kamu gapapa kan?" tanya Jean karena Jena terlihat linglung.

"Hah? Gapapa kok" Jena pun tersenyum lalu turun dari mobil meninggalkan Jeano yang masih menatap bingung.

Mereka bertiga pun jalan masuk ke sebuah restoran yang memiliki nuansa sederhana. Ya, karena ini bukan acara formal. Hanya sekedar berkumpul saja.

"Woii! Langsung bawa gandengan dua nih, Gino aja kalah kalo begini" celetuk Arsa saat melihat kedatangan mereka bertiga.

"Ahh, Gino mah cetek" balas Jean lalu duduk, disusul Jena dan Reyna. Dinar dan Gino seketika menatap Jeano tajam. Jelas mereka tidak suka jika Jean bertingkah seperti itu. Masalahnya itu melibatkan dua orang perempuan.

Double J || Haechan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang