.
"S-sayang?"
"Kenapa gak bilang mau ke sini hm? Mau bikin aku kaget?" tanya perempuan itu lagi, masih dengan tangan yang melingkar di perut Jean.
"Iyaa, biar kamu jantungan"
"Ihh, lucu deh!" ia pun melepaskan pelukannya dari Jean, lalu menatap ke arah Jena. Jena yang menyadari itu, hanya bisa tersenyum kikuk.
"Kirain teh, aa ke sini bareng teh Reyna" bisik perempuan itu kemudian. Dan Jena, dapat mendengarnya.
"Kenapa? Iri ya lo jomblo mulu?" tanya balik Jean membuat perempuan itu cemberut.
"Gak sopan, gue nanya, lo nanya balik"
"Gak sopan! Dateng-dateng gak salaman!"
"Ck, serah!" Seketika Jeano pun tertawa, eyang yang menyaksikan itu juga ikut tertawa.
"Ya udah, gue bawain minum dulu" perempuan itu pun kemudian pergi dari sana. Tentu saja meninggalkan tanda tanya bagi Jena. Dia siapa?
"Jen, barusan itu sepupu aku. Namanya Kania, kamu sama dia seumuran" jelas Jean tiba-tiba, tanpa diminta. Seolah Jean mengetahui apa yang sedang Jena pikirkan. Jena pun hanya meng-oh-kan ucapan Jean.
Tidak lama kemudian, Kania pun datang membawa nampan berisi dua gelas air putih. Ia meletakkan kedua gelas itu di meja. Keempat orang itu kembali berbincang santai. Lebih tepatnya, Jena seperti sedang diwawancara.
°°°
Hari sudah semakin siang. Atau mungkin, sudah lewat tengah hari saat Jeano dan Jena berbincang dengan warga di sana. Meskipun, hanya Jean yang berbincang, sementara Jena hanya tersenyum menanggapi perkataan kerabat Jean.
Tentu saja, sampai sekarang Jena belum mengetahui apa tujuan Jean mengajaknya ke sini. Tiba-tiba.
"Kenapa ngajak Jena ke sini kak?" tanya Jena untuk yang kesekian kalinya.
"Hm, nanti juga tau"
"Kak Jean... Jena nanya lohhh!" Jena mulai kesal.
"Ya makanya jangan nanya"
"Ih! Nyebelin banget sih!" entah mengapa, Jena sudah sangat kesal sekarang. Dan Jeano, dia hanya tersenyum.
Tanpa mengeluarkan sepetah kata pun lagi, Jeano berjalan mendekati sepeda yang terparkir di depan rumah. "Kan! Gue pinjem sepeda lo!" teriak Jean.
"Iya! Jangan lupa 100rebu ya!" jawab Kania dari dalam rumah.
Jean pun menaiki sepeda itu. Kemudian ia menoleh ke arah Jena yang sedang menatapnya, masih dengan tatapan kesal.
"Ayok! Mau berdiri aja di situ?" tanya Jean. Jena berdecak sebal, sampai akhirnya ia menghampiri Jean lalu ikut naik ke sepeda.
"Eh bentar" baru saja Jean menginjak pedal, ia langsung menahannya. Jelas itu membuat Jena penasaran. "Bisa naik sepeda ga, Jen?" tanya Jeano.
"Ini udah naik kak" jawab Jena polos. Jean pun menghela nafasnya. "Maksudnya ngendarainnya, bisa ga?"
"Bisa lah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Double J || Haechan ✔
RandomIntinya, Jeano bingung memilih antara yang baru atau masa lalunya. So, enjoy to my story and happy reading all! August 28'23 May 19'24