"Ra, tau gak sih, dari kemarin bikin skripsi revisi mulu. Capek hayati!" keluh Yasmin ketika baru saja sampai di kamarnya.
Haura yang sedang asyik membaca buku mengenai hadist wanita pun menutupnya sekejap dan menyambut kedatangan sahabatnya itu.
"Istighfar Yas, coba minum dulu terus duduk. Baru deh kamu cerita." Nasihat perempuan dengan wajah teduhnya itu.
Yasmin pun menuruti perkataan Haura. dia meletakkan tasnya di meja nakas lalu mengambil air putih disana dan meminumnya sembari duduk di sebelah Haura. perempuan itu menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Setelah tenang baru lah dia menceritakan keluh kesahnya mengenai skripsinya itu.
"Ra, ini udah ketiga kalinya ya dosen pembimbingku bilang kalo aku harus revisi lagi. Awalnya judul, nah pas judulnya udah oke sekarang nih katanya masih ada bagian abstrak, bagian ini itu ahh pokoknya ribet deh. emang tuh dosen nyusahin aja kerjaannya." Keluhnya lagi dengan raut wajah kesalnya.
"Yasmin, dosen itu tidak mungkin berniat mempersulit mahasiswinya. Mereka ingin yang terbaik untuk kita. Skripsi itu juga bukan semata-mata untuk melengkapi tugas kuliah Yas, nantinya itu akan kamu pertanggungjawabkan pelaksanaannya di kehidupan nyata. Jadi jika masih salah berarti memang kamu harus memperbaikinya lagi. pelan-pelan Yas, minta tolong sama Allah biar dimudahkan kamu saat mengerjakan skripsi." Nasihat Haura bagaikan air di tengah padang pasir. Begitu menyejukkan dan menenangkan hati.
Perempuan itu memang lembut tutur katanya dan bijaksana dalam menghadapi sesuatu. Cocok sekali dengan Haura yang memang masih kekanakan dan tidak bisa memutuskan sesuatu sendirian. apalagi Yasmin sering sekali mengeluh tentang ini itu. untung saja ada Haura yang walaupun sebaya dengan Yasmin namun sikapnya selalu dewasa dalam menghadapi sahabatnya itu. Haura seakan menjadi kakak perempuan bagi Yasmin.
"Yaudah deh, nanti aku perbaiki lagi. tapi kamu bantuin ya Ra?" pinta Yasmin yang dijawab anggukan setuju oleh sahabatnya itu.
Yasmin sudah lebih tenang sekarang. dia bergegas ke kamar mandi dan membersihkan dirinya. Dia sudah lelah memikirkan revisian yang tak kunjung kelar itu.
Setelah merasa segar dia beranjak keluar kamar untuk makan malam. Perutnya kerocongan sejak tadi. ditambah lagi harus berpikir keras yang membuatnya semakin keroncongan.
"Yas, mau kemana?" tanya Haura pada sahabatnya itu.
"Ambil makan Ra, laper." Jawabnya dengan cuek.
"Ganti pakaian dulu Yas, di luar ada santrinya Abi sedang mengobrol." Peringat Haura kepada Yasmin yang hanya memakai dress tidur selutut.
Namanya juga Yasmin, dia bukanlah orang yang mudah diperingatkan. Sampai Haura geleng-geleng kepala sendiri melihat kelakuan sahabatnya itu yang jauh sekali dengan keluarganya yang hampir semuanya pemuka agama.
Ayah Yasmin adalah seorang pendakwah juga guru agama. Ibu Yasmin juga seorang ustadzah dan guru agama, bahkan kakak lelaki Yasmin sekarang sedang menempuh pendidikan di Kairo dan akan menjadi calon pendakwah muda. Sedangkan Yasmin sendiri yang mengambil jalur berbeda.
Berulangkali orangtuanya menasihati putrinya itu, namun tak kunjung didengar. Yasmin tetap menjadi dirinya sendiri dan cuek saja dengan penampilannya itu. bahkan kakaknya yang ada di kairo juga sudah sering menelpon Yasmin dan menasihati dengan galaknya namun dia juga tidak menggubrisnya.
"Males Ra, udah gak bakal liat juga." Ujarnya dengan acuh tak acuh.
"Yas, aku saja yang ambilkan. Kamu duduk disini." Haura menarik tangan Yasmin untuk menjauh dari pintu keluar itu dan membiarkan dia menunggu disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Destiny Of Us ( END ✅️ )
RomanceKehilangan seorang kakak yang paling ia sayangi adalah mimpi terburuk yang tak pernah Yasmina bayangkan sebelumnya. Dia sudah berjauhan dengan sang kakak selama bertahun-tahun karena kakaknya menempuh pendidikan di Kairo Mesir dan sekarang dia harus...