"Yas, kenapa kamu tidak angkat telepon Abi? Bukannya dari kemarin kamu menunggu telepon dari mereka?" tanya Haura ketika melihat ponsel Yasmin berdering sejak tadi tapi tak kunjung dijawab olehnya.
"Biarlah. Biar mereka rasakan bagaimana lelahnya menunggu kabar." Ujar Yasmin dengan nada dinginnya.
"Yas, bukan seperti itu caranya. Mungkin kemarin Abi dan Umi sedang lelah selama perjalanan. Kamu harus mengerti mereka." Haura mencoba untuk menasihati sahabatnya itu dengan lembut.
"Mereka saja tak mengerti perasaanku Ra, kenapa aku juga harus mengerti perasaan mereka?"
Yasmin bersikeras mempertahankan egonya itu. memang emosinya sedang labil sekarang, jadi dia harus banyak bersabar menghadapi Yasmin. Untung saja sudah kenal betul karakter sahabatnya itu, jadi dia tahu bagaimana harus menyikapinya.
"kamu juga tak mengangkat telepon dari abangmu?" tanya Haura yang dijawab gelengan kepala oleh Yasmin.
"Yasmin, jangan sampai nantinya kamu menyesal karena mengabaikan telepon mereka." pesan Haura membuat Yasmin tertohok.
Haura meninggalkan Yasmin seorang diri. biarlah perempuan itu berpikir sendiri. dia hanya perlu menurunkan egonya dan menanyakan kabar mereka. Haura tahu, Sahabatnya itu begitu khawatir, tetapi dia begitu egois karena masih kesal dengan mereka.
From: Abiiii
Lusa kami pulang nak. Jaga diri baik- baik ya.
Abi tahu kamu anak yang kuat.
Pesan dari abinya yang membuat Yasmin tak kuasa menahan air matanya. dia begitu merindukan mereka. dia mengkhawatirkan mereka juga. Tapi dia juga kesal dengan mereka. rasanya campur aduk. Hingga Yasmin sendiri tak tahu apa yang membuatnya menangis saat ini. dia tak tahu apa yang sebenarnya membuat hatinya sesedih ini.
Rasanya tubuh Yasmin saat ini malas untuk digerakkan, dia hanya bersandar di sofa sejak tadi. tak ada niatan untuk pergi ke kampus maupun keluar dari rumahnya. dia hanya ingin bermalas-malasan disana.
Sampai, Haura datang dan memberikan makanan pada Yasmin. Sedari tadi dia tak makan, bahkan minum pun tidak. Untung saja Haura yang selalu perhatian kepada dirinya.
"Yas, makan dulu. Kamu dari tadi gak makan apapun loh." Haura menyodorkan piring berisi makanan kepada sahabatnya itu.
"Aku males Ra, aku males ngunyah, aku males ngapa-ngapain." Bukannya makan, Yasmin malah membenamkan wajahnya dibawah bantal sofa.
Haura harus ekstra sabar menghadapi Yasmin dengan mode childish nya. Apalagi mode GTM seperti ini. dia sudah diberi amanah untuk menjaga Yasmin, maka dia harus memenuhi janjinya itu.
"Yas, ayolah sedikit saja. aku suapin nih. Aaa..." Yasmin melirik sebentar sendok yang sudah bersiap masuk ke mulutnya itu, dia pun melahapnya dengan cepat. Haura tersenyum simpul melihatnya.
"Duduk yang benar Yas, jangan makan sambil tiduran seperti itu." peringat Haura. Yasmin pun langsung duduk dan menerima suapan dari sahabatnya itu.
Walaupun Yasmin mengatakan malas untuk makan tapi pada akhirnya dia bisa menghabiskan sepiring penuh. Haura merasa senang Yasmin bisa makan walaupun harus dibujuk-bujuk terlebih dahulu.
"Yas, abis ini kamu mandi gih, terus kita ke pesantren. Nanti malam ada pengajian. Kamu ikut ya?" tawar Haura yang dijawab gelengan kepala oleh Yasmin.
"Yas, please, kali ini saja. lagipula nanti kamu di rumah sendirian, memangnya tidak bosan?" tanya Haura lagi, dia mencoba membujuk Yasmin agar mau ikut dengannya.
"Yasminn...Ikut yuuuk." Bujuk Haura sambil mengeluarkan puppy eyesnya.
"Oke,,oke Ra. aku ikut." Jawab Yasmin pada akhirnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/345443282-288-k22688.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Destiny Of Us ( END ✅️ )
RomanceKehilangan seorang kakak yang paling ia sayangi adalah mimpi terburuk yang tak pernah Yasmina bayangkan sebelumnya. Dia sudah berjauhan dengan sang kakak selama bertahun-tahun karena kakaknya menempuh pendidikan di Kairo Mesir dan sekarang dia harus...