Mereka duduk diatas rerumputan hijau dan menyantap nasi uduk mereka. sungguh pas sekali dengan suasanannya. Yasmina begitu menikmati sarapannya, namun tidak untuk Zayyan. Setiap makan pasti lelaki itu merasakan mual. Dia tak bisa menghabiskan nasi uduk itu. alhasil, Yasmina lah yang menghabiskannya.
Perempuan itu sekarang kuat sekali makan. biasanya dia hanya makan sedikit saja tapi semenjak hamil, nafsu makannya bertambah. Dia juga bisa makan apapun sekarang tanpa merisaukan berat badannya lagi.
Karena hari itu semakin terik, mereka memutuskan untuk pulang. ternyata perjalanan pulang membuat Yasmina sedikit lelah. Dia berulangkali berhenti untuk beristirahat padahal tinggal sedikit lagi sampai.
Ketika berhenti, Yasmina tiba-tiba saja menangis. Zayyan pun bingung karena tiba-tiba saja istrinya itu menangis. Dia tak tahu apa penyebabnya.
"Sayang, kenapa?" tanya lelaki itu dengan nada khawatirnya. Dia takut jika istrinya kesakitan perutnya atau terjadi sesuatu dengan dirinya. tapi ternyata dugaannya salah.
"Liat abang, kasihan kakek-kakek itu." ujarnya sembari menunjuk seorang kakek berpakaian lusuh yang membawa karung berisi botol bekas di punggungnya.
Zayyan mengusap kepala istrinya lembut menenangkan. Selama hamil memang istrinya mudah menangis. Perasaannya sangat sensitif. Jadi melihat hal-hal yang awalnya biasa kini bisa saja membuatnya sedih ataupun trenyuh.
"Kita ajak bapaknya makan di rumah ya?" Yasmina langsung mengangguk dan mengusap air matanya.
Zayyan pun menghampiri kakek itu dan mengajaknya untuk makan di rumah. awalnya kakek itu menolak karena merasa tidak enak tapi akhirnya mau setelah Zayyan mengatakan bahwa ada banyak botol bekas di pondok itu. Kakek itupun bersedia ikut Zayyan.
Yasmina senang melihat kakek itu akhirnya bisa makan dengan lahap. Entah sudah berapa hari kakek itu tidak makan. badannya kurus dan wajahnya begitu lesu.
"Kakek tinggalnya dimana?" tanya Yasmina penasaran.
"Di jalanan. Kadang juga di bawah jembatan." Jawabnya membuat Yasmina menatap iba kearahnya. dia kembali menitikkan air matanya lagi.
"Kakek tinggal saja disini. kakek bisa tidur di pondok kami jika mau." Tawar Yasmina pada sang kakek.
Kakek itu tersenyum sejenak, "Terimakasih banyak neng. Tapi tidak apa. kakek tidak ingin merepotkan. Ditolong seperti ini saja saya sudah sangat bersyukur."
"Kakek masih bisa bersyukur disaat keadaan kakek seperti ini?" tanya Yasmina lagi.
"Tentu saja, Allah sudah banyak memberikan saya kenikmatan. Saya tidak cemas dengan apapun karena saya tahu Allah pasti akan memberikan pertolongannya. Setiap hari saya tidak khawatir akan kelaparan karena Allah akan selalu memberikan pertolongan makanan dengan bentuk apapun. Seperti sekarang ini contohnya. Kalian adalah perantara dari Allah untuk menolong kakek." jawabnya membuat Yasmina dan Zayyan begitu tersentuh.
"Bersyukur itu bukan hanya diwaktu lapang. Bukan hanya diwaktu senang. Juga bukan hanya diwaktu kita hidup bermewah-mewahan. Tapi bersyukur itu kita lakukan setiap saat. Nikmat dari Allah itu tidak ada hentinya. Oksigen yang kita hirup saat ini patut kita syukuri, masih diberi nikmat hidup, nikmat islam dan iman saja kita harus bersyukur. Ketika kita masih dekat dengan Allah dan selalu mengingat Allah itulah nikmat yang tak terkira harganya." Pesan kakek itu sangat menyentuh hati mereka.
"kakek sudah pernah merasakan hidup serba berkecukupan. Mau beli apapun tinggal gesek kartu. Anak dan istri selalu memperlakukanku dengan baik. Tapi kami tak pernah sedekah, tak pernah memberi makan anak yatim, bahkan tak pernah sekalipun kalimat syukur kami ucapkan. Kami terus berfoya-foya dan membanggakan harta itu. alhasil, Allah beri ujian, Allah cabut semua harta kami. Perusahaanku bangkrut waktu itu dan satu persatu meninggalkanku. Istri minta cerai, anak pergi entah kemana dan tinggalah kakek sendirian. luntang lantung di jalanan. Waktu itu kakek tidak terima tapi kakek bertemu salah satu ustadz yang menolong kakek juga saat kelaparan waktu itu. intinya, ustadz itu berkata bahwa sejatinya di dunia ini hanyalah titipan. Kita itu tak punya apa-apa. harta, tahta, jabatan,semua itu hanyalah titipan. Sudah sepatutunya ketika memiliki rejeki yang lebih kita tidak melupakan Dzat yang memberi yaitu Allah Subhanahuwata'ala. Bersyukur atas nikmat yang diberikan dan juga tetap bersedekah dengan harta kita tersebut. disitu kakek sadar dan mulai menerima keadaan."
Kakek itu memberi jeda sejenak. Beliau menghapus air mata yang sudah tertahan di pelupuk mata. Memang mengenang masa lalu yang kelam itu membuatnya merasa sedih.
"Kakek sadar bahwa semua orang bisa meninggalkan kita kapanpun, tapi Allah tidak. Ketika di titik terendah kakek saat ini, hanya Allah yang selalu menolongku. Istri dan anak-anak yang dulu sangat membangga-banggakanku sudah hilang entah kemana. Mereka hanya mampu menemaniku saat senang, bukan saat susah. Dulu kakek meninggalkan Allah saat hidup senang, tapi Allah tak pernah meninggalkan kakek saat susah maupun senang. Makanya itu, Kakek sekarang tidak merasa khawatir maupun merasa sendirian, karena kakek tahu, Allah selalu ada bersamaku."
Zayyan dan Yasmin terharu mendengar cerita yang begitu mendalam. Dibalik kehidupan kakek sekarang ini ternyata beliau sudah merasakan kenikmatan yang tak terhingga. Sampai sekarang pun ia masih diberi kenikmatan dan kesempatan oleh Allah menjadi insan yang lebih baik lagi.
"MasyaAllah. Takdir Allah memang begitu indah karena mempertemukan kami dengan Kakek. kami berterimakasih karena kakek sudi membagikan kisah yang sangat berharga itu. banyak hal baik yang bisa kami ambil." Ujar Zayyan yang terkesan dengan cerita sang kakek.
"Sama-sama nak. Ini sudah jalan Allah. kakek juga berterimakasih atas makanannya." Keduanya pun mengangguk sebagai jawaban.
"Kakek, sudah pasti Allah mempertemukan kita bukan tanpa alasan. Pasti Allah punya rencana indah untuk kakek dan juga untuk kita. jadi, kami berniat untuk meminta kakek tinggal di pondok ini, menjadi marbot masjid di pondok ini. apakah kakek bersedia?" tanya Zayyan dengan sopannya.
Kakek itu nampak terdiam sejenak. Beliau nampak menitikkan air matanya. "MasyaAllah, pertolongan Allah telah tiba. Semalam kakek berdoa, meminta agar diberikan tempat untuk beristirahat yang lebih layak dan nyaman. Ternyata inilah jawabannya. Alhamdulillahirrabilalamin."
"Jadi kakek bersedia?" tanya Yasmin lagi mencoba mengkonfirmasi.
"Tentu nak, kakek bersedia. Terimakasih, Terimakasih banyak." Ujarnya dengan penuh rasa syukur.
Zayyan dan Yasmin ikut tersenyum bahagia. Allah yang menggerakkan hati mereka untuk menolong kakek itu dan ternyata itu adalah hasil dari doa sang kakek. Masya Allah, tak henti-hentinya mereka kagum atas cara Allah menolong hamba-hamba yang berserah diri kepada-Nya.
***
Terimakasih sudah membaca
Jangan lupa tinggalkan jejak, berupa vote dan komentarnya yaa
Sehat-sehat dan semoga bahagia selalu gaiss :)
![](https://img.wattpad.com/cover/345443282-288-k22688.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Destiny Of Us ( END ✅️ )
RomanceKehilangan seorang kakak yang paling ia sayangi adalah mimpi terburuk yang tak pernah Yasmina bayangkan sebelumnya. Dia sudah berjauhan dengan sang kakak selama bertahun-tahun karena kakaknya menempuh pendidikan di Kairo Mesir dan sekarang dia harus...