Hari-hari berikutnya mereka sudah disibukkan dengan pekerjaan. Yasmina akhirnya diterima di tempat yang sama dengan Haura. mereka akhirnya bisa bekerja sama lagi. tak disangka dimanapun mereka berada mereka pasti ditakdirkan untuk bersama-sama.
Madrasah itu memang sedang membutuhkan guru baru karena banyak yang sudah pensiun di tahun itu. jadi mungkin itu sudah jalan dari Allah untuk mereka. bisa bekerja di tempat yang sama.
Karena bekerja di sebuah madrasah yang memang menyatu dengan pesantren, maka pakaian Yasmina juga harus dijaga. Dia sudah mulai memakai kerudung yang menutupi dadanya. Itu juga merupakan peraturan berpakaian disana. Yasmina pun mengikutinya. Dia tak bermasalah dengan hal itu. suaminya malah senang karena sedikit demi sedikit perempuan itu mau menunjukkan perubahannya kearah yang lebih baik. bahan tanpa paksaan sedikitpun.
Walaupun begitu sikap bu Laras tak pernah berubah. Malah dia semakin menunjukkan rasa tak sukanya ketika Yasmina bekerja. Dia berpikir bahwa perempuan yang sudah menikah itu kodratnya di rumah dan melayani suami saja. Padahal di zaman sekarang juga masih banyak perempuan yang bekerja asalkan masih menjaga marwahnya sebagai seorang istri.
Sepulang mengajar Yasmina juga tetap membantu pekerjaan rumah. Dia mencuci pakaian, membereskan rumah dan melakukan pekerjaan yang sekiranya belum dikerjakan. Yasmina tak keberatan dengan hal itu walaupun bu Laras tak pernah menganggapnya ada.
Di waktu luangnya, Yasmina juga mencoba untuk belajar memasak ditemani oleh Kinara. Mereka melihat tutorial youtube kemudian mencoba mendemostrasikannya. Mereka begitu bersenang-senang memasak di dapur. Yasmin senang dengan hasil karyanya walaupun masih jauh dari ekspektasi.
"Mas, lihat hasil masakan kak Yasmin. Cobain deh mas, enak banget tau." Ujar Kinara memberitahu kakaknya itu ketika mereka sedang makan malam bersama..
"Eumm.. enak. Hanya kurang garam sedikit lagi. Tapi begini saja juga sudah lezat. Selamat Yasmina kamu berhasil." Ujar Zayyan mengapresiasi hasil kerja keras istrinya.
Yasmina merasa bahagia dengan masakan pertamanya ini. ya walaupun belum sempurna tapi masakannya masih bisa dimakan.
"Hmm.. bagus Yasmin. Sekarang sudah bisa masak makanan enak ini." puji pak Abimana pada menantunya itu. kebahagiaan Yasmin semakin bertambah. Dia akan semakin semangat belajar memasak lain waktu.
"Terimakasih pak. Saya akan belajar yang lainnya lain waktu." ujarnya dengan raut wajah bahagia yang tak bisa ia sembunyikan.
"Gimana bu, sekarang kak Yasmin udah pintar masak kan? masakannya enak kan bu?" tanya Kinara mencecar ibunya. Tapi ekspresi bu Laras begitu datar.
"Biasa saja." ujarnya membuat Yasmin memudarkan senyum di wajahnya.
Zayyan melihat ekspresi istrinya yang berubah, dia menggenggam tangan istrinya dan membisikkan sesuatu padanya. "Ini enak banget. Aku akan menghabiskannya sampai tak bersisa."
Tentu saja hal itu membuat Yasmin tersenyum kembali. Zayyan memang selalu bisa membuatnya bahagia. Dia selalu tahu cara membahagiakan hati Yasmin yang sedang bersedih.
"Mas ngalah ih, ini buat aku." ujar Kinara mengambil ayam terakhir di mangkok itu. tapi Zayyan juga menginginkannya.
"Enak aja, ini buat Mas. lagian yang masak kan istri aku." ujarnya tak mau kalah.
"Dia juga kakak iparku." Kinara tak mau menyerah begitu saja.
Yasmin sampai lelah tertawa melihat kelakuan mereka berdua. Dia tahu mereka melakukan itu untuk menghibur hatinya. dia bersyukur memiliki mereka di hidupnya. Orang-orang yang selalu menyayangi dirinya.
"Sudah-sudah, dibagi dua saja. Sini biar aku bagi." Ujar Yasmina menengahi mereka. akhirnya perdebatan pun usai dengan damai.
Yasmin membereskan meja makan itu. Zayyan pun juga ikut membantunya. Bahkan lelaki itu menawarkan diri untuk mencuci piring tapi Yasmin sudah berusaha menolaknya. Tetap saja Zayyan bersikeras untuk melakukannya.
"Zayyan, bantu bapakmu di depan. Biar istrimu yang melakukannya." Ujar bu Laras yang tiba-tiba datang diantara mereka.
"Bentar lagi bu nanggung." Ujar Zayyan bersikeras untuk melakukannya. Bu Laras menatap tajam kearah Yasmina.
"Abang, udah sini biar aku saja. cepat itu bantu bapak di depan." Ujar Yasmina lalu merebut spons dari tangan suaminya.
Setelah Zayyan pergi, tinggalah mereka berdua disana. bu Laras tampak melayangkan tatapan tak sukanya pada Yasmina.
"Jangan besar kepala kamu karena dipuji oleh keluargaku. Mereka hanya menghargai kamu saja, bukan berarti kamu bisa berbangga diri. Cuma masak begitu saja sudah bangga, bahkan orang lain sudah bisa melakukan banyak hal." sindirnya dengan nada yang sinis.
"Anakku itu memang meratukan dirimu. Tapi jangan pernah berpikir untuk merebut perhatiannya dariku. Aku tetaplah ibunya dan dia akan selalu berbakti padaku." tambahnya lagi membuat Yasmin menghela napasnya pelan.
"Sebenarnya apa salah saya sehingga ibu bisa sebenci ini dengan saya?" tanya Yasmin dengan beraninya.
Dia tak mampu lagi menahannya. Sudah sekian lama ia memendamnya sendiri tapi kini sudah semakin keterlaluan.
"Seharusnya kamu sadar diri kenapa aku tak menyukaimu. Lihatlah dirimu. Tidak ada hal yang bisa kamu banggakan bukan?" ucapnya dengan senyum miring meremehkan.
"Maaf ya bu, saya sudah berusaha sebaik mungkin untuk menjadi yang ibu mau. Saya sudah membantu pekerjaan rumah, saya sudah belajar memasak, saya melakukan apapun itu. saya tidak bermalas-malasan disini. jadi apa masalahnya?" tanya Yasmin dengan wajah kesalnya.
"masalahnya kamu bukan menantu yang aku mau." Jawabnya kemudian pergi dari sana meninggalkan Yasmin seorang diri.
Perempuan itu mengepalkan kedua tangannya. Amarahnya hendak menguasai dirinya tapi dia berusaha keras menahannya. Yasmin memejamkan matanya lalu menghembuskan napasnya panjang.
Yasmin tak mampu lagi berkata-kata. Tak ada yang bisa ia sangkal. Mau berbuat apapun pasti dia selalu terlihat salah dimata mertuanya itu. dia jadi ingin segera pergi dari sana. dia ingin tinggal sendiri bersama suaminya. Rumah itu semakin hari terasa seperti neraka baginya.
"Hey, Are you okay?" tanya Zayyan yang entah sejak kapan sudah berada di samping Yasmin.
"Sini biar aku saja yang mengerjakan." Ujarnya menawarkan diri karena melihat tumpukan cucian yang belum juga berkurang.
"Tidak perlu. Kamu duduk saja." ujarnya dengan nada dingin. Ini pertama kalinya Yasmina berkata dingin pada sang suami.
Zayyan menggendong istrinya lalu mendudukannya di kursi yang tak jauh dari sana. "Duduklah. Kamu pasti sedang lelah." Yasmin hendak protes namun ditahan oleh sang suami.
"Udah, nurut ama suami." Ujarnya yang tak bisa dibantah lagi oleh Yasmina. Kekesalannya pun menguap seketika.
Melihat suaminya dari belakang membuatnya merasa sangat bersyukur. Dia tak pernah sedikitpun membiarkan Yasmin bersedih. Dia benar-benar menepati janjinya untuk menjaga Yasmina.
"Abang, terimakasih telah memperkenalkan lelaki baik ini padaku." gumamnya dalam hati.
***
Terimakasih sudah membaca ceritaku
Jangan lupa vote dan komennya ya
Have a great day all !
KAMU SEDANG MEMBACA
The Destiny Of Us ( END ✅️ )
RomantizmKehilangan seorang kakak yang paling ia sayangi adalah mimpi terburuk yang tak pernah Yasmina bayangkan sebelumnya. Dia sudah berjauhan dengan sang kakak selama bertahun-tahun karena kakaknya menempuh pendidikan di Kairo Mesir dan sekarang dia harus...