"Abang, Semua sudah siap." Ujar Yasmin dengan senyum lebarnya ketika dia sudah selesai mengemasi baju-baju mereka ke dalam koper.
Sebenarnya tadi mereka mengemasi barang bersama-sama tapi tiba-tiba Kinara memanggilnya. Entah apa yang mereka bicarakan. Zayyan juga nampak tak bersemangat ketika dari luar.
"Abang, kenapa? Kok diam saja?" tanya Yasmina penasaran dengan sikap suaminya yang tiba-tiba berubah.
Lelaki itu tampak menatap istrinya dengan tatapan bingungnya. Dia tak tahu harus bagaimana bicara dengan sang istri.
"Eumm... Yasmina, boleh tidak kalau kita pindahannya lusa atau minggu depan?" mendengar pertanyaan itu senyum Yasmina tiba-tiba redup.
"Kenapa bang? ada masalah apa?" tanya perempuan itu tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Ibu sakit. dia ingin kita tetap disini untuk beberapa waktu. aku juga tidak tega meninggalkan beliau dalam keadaan sakit."
Yasmin hanya menghela napasnya panjang. Lagi-lagi dia yang akan mengalah. Lagi-lagi dia yang akan berkorban. Mau bagaimana lagi, Yasmina hanya bisa menyetujuinya. dia bisa saja egois memaksa suaminya untuk pindah sekarang, tapi dia juga tak mau semakin membebani pikirannya.
"Baiklah." Hanya itu yang keluar dari mulut Yasmina.
Zayyan merasa bersalah. Dia tahu bahwa Yasmina sudah lama menginginkan hal itu tapi Zayyan berkali-kali menundanya. Lelaki itu meraih tangan sang istri dan meminta maaf dengan setulusnya.
"Yasmina, kali ini aku minta maaf karena belum jadi mewujudkan apa yang kamu inginkan. aku tahu kamu kecewa tapi tolong maafkan aku." ujar lelaki itu dengan tulus.
"Tidak papa, mau bagaimana lagi." ujarnya dengan nada yang tak seperti biasanya.
Jujur saja Yasmina sudah lelah di posisinya sekarang. dengan segala ketidak adilan yang ia terima. Tapi dia harus berkali-kali mengucapkan tidak papa padahal hatinya yang paling terluka. Berulang kali dia berusaha baik-baik saja walaupun dia sedang merasakan lara di hatinya.
Zayyan mengajak istrinya menemui sang ibu. Yasmina membawakan sup buatannya ke kamar ibu mertuanya itu. dia ingin ibu mertuanya segera sembuh. Entah apa sakit yang dia derita. Padahal kemarin dia baik-baik saja.
"Makan dulu bu, biar enakan badannya." Ujar Yasmin dengan nada lembutnya. Dia menaruh makanan itu di meja nakas kamar beliau.
"Tidak, aku tidak nafsu makan. apalagi masakanmu." Ujarnya dengan nada sinis. Yasmina hanya menghela napasnya pelan. Dia rasanya sudah terbiasa mendapat perlakuan seperti itu. hatinya sudah lebih kebal sekarang.
"Bu, Yasmina sudah membuatkan ini susah payah. Tolong hargai usahanya." Zayyan ikut membantu istrinya itu.
"Siapa yang tahu kalau dia memasukkan sesuatu disana. apalagi dia juga tidak suka dengan ibu." ujarnya membuat mereka mengucap istighfar. Yasmina hanya menggelengkan kepalanya pelan. Sungguh tuduhan itu membuatnya sangat tersinggung.
"Bu, saya..."
"Duhh.. udah deh jangan banyak bicara. Nambah pusing nih kepalaku." Ujarnya tak mau mendengar penjelasan dari Yasmina.
Tak lama, seseorang datang mengucapkan salamnya. Dia adalah Haura. perempuan itu datang membawakan makanan untuk bu Laras. Entah darimana dia tahu kalau bu Laras sedang sakit.
"Haura, kemari nak." Ujar bu Laras berubah seratus delapan puluh derajat.
Perempuan itu tampak bingung dan mendekat dengan ragu kearah bu Laras. Dia melihat ada sup di meja nakas bu Laras, perempuan itu pun merasa tak enak hati.
"kamu bawa apa Haura? kebetulan sekali ibu belum makan. tolong suapi ibu ya nak." Ujarnya begitu manja pada Haura.
Yasmina pun mengambil kembali makanannya dan hendak pergi dari sana. untung saja Zayyan ada disana. dia melihat raut wajah kecewa dari Yasmina. Dia langsung mengambil alih makanan itu dari tangan sang istri.
"Makanan ini biar aku yang makan, kebetulan aku sedang lapar sekali. aku yakin masakan istriku pasti sangat lezat." Ujar Zayyan membuat Yasmina mengulas sebuah senyuman di wajahnya.
"Ayo temani aku makan." ujarnya pada sang istri.
Yasmina duduk disamping suaminya yang dengan lahap menghabiskan masakannya. Rasa sakit hati itu masih ada, saat ibu mertuanya selalu mengatakan hal-hal buruk kepadanya. Tapi suaminya selalu ada untuknya. Dia selalu bisa menghapuskan luka itu.
"Yasmin, Maafkan ibu ya. Aku akan berbicara kepadanya agar tak bersikap seperti itu lagi kepadamu." ujar lelaki itu usai menghabiskan makanannya.
"Tidak apa-apa bang. suatu saat nanti pasti ibu juga akan berubah."ujarnya berusaha untuk tegar.
"Terimakasih kamu selalu mengerti dan tak membalas ibu. terimakasih kamu selalu sabar walaupun aku tahu kamu pasti sakit hati dengan perkataan beliau." Lelaki itu berujar dengan tulus sambil menatap suaminya dalam.
Yasmina mengangguk pelan. Lelaki itupun menarik istrinya ke dalam pelukan hangatnya. Yasmina merasa lebih tenang disana. hanya dengan suaminya dia bisa merasa aman.
"Yasmin, maaf sepertinya aku datang di waktu yang tidak tepat. Tadi aku hanya diminta oleh Kinara untuk kesini. katanya ibu yang menyuruhnya. Dia mengatakan kalau ibu sakit dan belum sarapan, makanya aku datang membawakan sarapan untuknya. Aku tidak bermaksud untuk..."
Belum usai Haura menjelaskannya, Yasmin sudah lebih dulu menginterupsinya. Perempuan itu memengang tangan Haura menenangkan.
"Aku ngerti Haura, kamu tak perlu jelaskan apapun. Terimakasih ya sudah jenguk ibu dan membawakan sarapan untuknya." Ujar Yasmina dengan nada lembutnya.
Haura mengangguk pelan, "kalau begitu aku pamit dulu ya. Assalamualaikum." Pamitnya yang dijawab salam pula oleh mereka berdua.
***
Bacanya sambil istighfar yaa gaiss, biar ga dapet mertua kayak bu Laras 🤣
Terimakasih sudah membaca ceritaku
Jangan lupa vote dan komennya ya
Have a great day all
![](https://img.wattpad.com/cover/345443282-288-k22688.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Destiny Of Us ( END ✅️ )
RomanceKehilangan seorang kakak yang paling ia sayangi adalah mimpi terburuk yang tak pernah Yasmina bayangkan sebelumnya. Dia sudah berjauhan dengan sang kakak selama bertahun-tahun karena kakaknya menempuh pendidikan di Kairo Mesir dan sekarang dia harus...