Yasmina berjalan dengan langkah gembira. Dia senang karena skripsinya sudah di ACC oleh dosen pembimbingnya. Berkat bantuan dari Haura semalaman dia jadi bisa menyelesaikan skripsi itu dan disetujui. Dia tak perlu lagi begadang semalaman untuk revisian. Akhirnya Malam ini dia bisa tidur nyenyak.
Untuk merayakan kebahagiaannya itu, Yasmin berencana untuk mengajak Haura makan siang bersama sebagai tanda terimakasih. Dia sudah mengirim pesan kepada sahabatnya itu dan dia setuju. Mereka akan bertemu di Kafe tempat mereka biasa bertemu.
Yasmin sudah sampai terlebih dahulu. Dia memesan minuman dan makanan untuk dirinya, juga untuk Haura. dia mengambil tempat duduk di dekat jendela lalu memainkan ponselnya sembari menunggu Haura datang.
Untung saja tak lama Haura datang dan disambut hangat oleh Yasmin. Perempuan itu tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya pada sahabat yang sudah ia anggap sebagai saudaranya itu.
"Ra, makasih banyak, berkat kamu skripsi aku di ACC sama Pak Ardan. Thanks a lot Ra, you're my savior." Ujarnya sembari menggenggam tangan Haura.
"No Yas, I'm not your savior. But Allah did. Allah yang bantu kamu, Dia yang sudah memudahkan urusan kamu." Ujar Haura dengan senyum lembut di wajahnya.
"Tapi kan kamu yang bantu aku kerjain Ra. sampe begadang gitu." Ujar Yasmin lagi bersikeras.
"Aku hanya perantara Allah untuk membantumu Yas. Semua kemudahan dan keberhasilan setiap hamba pasti selalu ada campur tangan dari-Nya. Jadi bersyukurlah dan berterimakasih kepada Allah ta'ala." Pesan Haura yang dijawab anggukan mengerti oleh Yasmin.
Ketika asyik mengobrol pesanan mereka pun datang. Mereka menikmati makanan mereka dahulu sebelum melanjutkan obrolan mereka yang mengalir begitu saja. apalagi Yasmin tipe orang yang cerewet dan banyak topik yang dia ceritakan sedangkan Haura biasanya menjadi pendengar sekaligus penasihat bagi Yasmin. Mereka melengkapi satu sama lainnya.
Usai merampungkan makannya, mereka bergegas untuk pulang karena hari sudah mulai gelap. Mereka shalat di masjid terlebih dahulu ketika adzan sudah berkumandang. Kalau menunggu di rumah pasti akan sangat mepet waktu isya.
"Ra, kamu nanti ada kegiatan apa?" tanya Yasmin setelah mereka sampai di rumah.
"Aku ada Tahsin ba'da isya Yas. Mau ikut?" tawar Haura yang dijawab gelengan pelan oleh Yasmin.
Haura tidak pernah memaksa Yasmin untuk mengikuti kegiatan-kegiatan di pesantren tapi dia selalu mengajak dengan cara yang lembut. Setiap kali ada kesempatan pasti Haura mengajak Yasmin, entah itu ke kajian atau kegiatan Tahsin di pesantren. Tapi Yasmin belum berminat untuk mengikutinya.
"Baiklah. Lain kali saja kamu ikut. Seru loh Yas, ada banyak santri putri yang bacaannya MasyaAllah." Ujar Haura bersemangat.
"Lain waktu ya Ra. sekarang aku capek mau istirahat." Ujar Yasmin dengan senyum tipisnya. Haura mengangguk mengerti.
Perempuan itu membersihkan dirinya sebentar lalu bergegas menuju pondok pesantren karena adzan isya sudah berkumandang.
Yasmin masih asyik rebahan sembari memainkan ponselnya itu. tak lama ada telepon dari seorang lelaki yang selama ini ditunggunya.
"Assalamualaikum adik abang yang cantik tapi nyebelin." Salam seorang lelaki dari seberang sana.
"Waalaikumsalam abang, kenapa telpon? Kangen ya?" tanya Yasmin menggoda abangnya itu.
"Tentu saja, abang kangen banget sama adik abang. Kamu sehat kan Dek?" Yasmin mengerutkan dahinya bingung karena mendengar suara abangnya yang begitu lembut ketika menanyakan hal itu. biasanya Saddam selalu menjahili adiknya namun sekarang dia terdengar serius.
"Sehat abang, tumben banget nanya." Balas Yasmin dengan santainya.
"Dek, jaga Umi dan abi untuk abang ya."
Deg.
Tiba-tiba saja Yasmin merasakan ada hal yang aneh. Matanya mulai berkaca-kaca. Perasaannya mulai tidak enak.
"Abang kenapa sih? Emangnya abang gak mau pulang ke Indonesia? kan abang udah lulus tinggal nunggu wisuda aja kan?" Tanya Yasmin dengan perasaan campur aduknya.
"InsyaAllah abang akan pulang, Maksud abang, selama abang tidak ada disana, tolong jagain Umi dan Abi. Kenapa kamu malah bingung gitu? Kan wajar dek, abang jauh dari rumah." jelas sang abang dengan sedikit nada bercanda tapi Yasmin tak bisa menganggap itu bercanda lagi.
"Abang aneh kalo ngomong serius gini. Abang gak kayak biasanya." Semprot Yasmin pada Saddam. Disana Saddam pun tertawa kecil.
"Dek, tau gak sih, abang sayang banget sama kamu. Walaupun abang sering jahilin kamu tapi itu bukti rasa sayang abang sama kamu." Ujar lelaki itu lagi semakin membuat Yasmin sedih. air mata sudah tak mampu ia bendung lagi. perasaan tak enak itu semakin menyeruak memenuhi hatinya.
"Abang ih, jangan begini dong. ini kayak bukan abang tau." Protes Yasmin dengan suara bergetarnya.
Ada jeda beberapa lama. entah apa yang terjadi di seberang sana. Yasmin panik lalu berkali-kali memanggil abangnya itu.
"Abang, Are u okay? kita vidcall yuk, aku pengen lihat abang." Pinta Yasmin karena rasa penasarannya.
"Ah, maaf Yas, abang harus pergi ke kampus. Persiapan untuk kelulusan. Kamu jaga diri baik-baik ya Dek. Assalamualaikum." Pamit lelaki itu. telepon langsung dimatikan sebelum Yasmin sempat menjawab salamnya.
Entah apa yang terjadi, tapi ini benar-benar aneh rasanya. Yasmin tak pernah tahu apa yang terjadi pada kakak lelakinya itu. dia hanya tahu bahwa abangnya baik-baik saja.
Yasmin tak tenang sampai tak bisa tidur rasanya. Rasanya tak nyaman sekali. dia mengirim pesan kepada abangnya tapi tak juga dibalas. Dia menunggu sampai abangnya bisa membalas pesannya.
Sampai jam 12 malam, ada pesan masuk dari sang abang. Yasmin begitu senang melihatnya.
From : Abang Jahil
I'm okay Dek.
Kamu tidur ya, sudah malam.
Doakan abang baik-baik saja disini.
Hanya itulah balasan dari Saddam yang sedikit menenangkan hati Yasmin. Walau memang nampak berbeda. Abangnya jarang sekali mengirim pesan dengan formal seperti itu. itu seperti bukan abangnya. Entahlah, itu hanya perasaan Yasmin saja ataukah memang ada sesuatu disebaliknya.
Yasmin dan Saddam sudah bertahun-tahun bersama. sejak kecil mereka terus melekat seperti perangko. Mereka menjaga satu sama lain. walaupun sering berantem, tapi mereka saling menyayangi.
Bahkan, ketika Saddam hendak ke Kairo, Yasmin menangisinya selama seminggu. Dia tak mau berbicara dengan Saddam selama itu karena merasa dikhianati. Dia tak ingin ditinggal pergi sendirian. namun setelah diberikan pengertian oleh kedua orangtuanya, akhirnya Yasmin bisa mengerti.
Itulah sebabnya, Yasmin seakan memiliki ikatan batin dengan sang abang. Walaupun abangnya mengatakan bahwa ia baik-baik saja, tapi nyatanya perasaannya mengatakan hal yang berbeda. Dia yakin ada sesuatu yang terjadi pada kakaknya itu.
***
Heyooo Gaiss...
Terimakasih banyak sudah membaca ceritaku..
Jangan lupa yaa vote dan komentarnya...
Thanks !
KAMU SEDANG MEMBACA
The Destiny Of Us ( END ✅️ )
RomanceKehilangan seorang kakak yang paling ia sayangi adalah mimpi terburuk yang tak pernah Yasmina bayangkan sebelumnya. Dia sudah berjauhan dengan sang kakak selama bertahun-tahun karena kakaknya menempuh pendidikan di Kairo Mesir dan sekarang dia harus...