18. Khawatir

124 2 0
                                    

Perempuan itu duduk termenung di ranjangnya. Dia tak tahu harus melakukan apa. pikirannya terus tertuju pada kejadian tadi. Dia jadi berpikir bahwa bu Laras sebenarnya tak merestui dirinya. dia jelas-jelas menginginkan orang lain menjadi menantunya.

Ya, Yasmin sadar, dirinya tidak sebaik Haura. sudah terlihat dari penampilannya, Haura lebih cocok menjadi menantu mereka. perempuan anggun, sholehah dan paham agama. mungkin Haura adalah menantu idaman semua orang, bukan seperti dirinya itu.

Tak sadar Yasmin menitikan air matanya. entahlah, perasaannya campur aduk saat itu juga.

Tak lama suara ketukan pintu terdengar, kemudian disusul suara salam oleh seorang gadis yang sepertinya ia kenali. Dia menghapus air matanya perlahan dan membuka pintunya.

"Apa Ara mengganggu kak Yasmin?" tanya Ara yang dijawab gelengan kepala oleh Yasmin.

"Kakak kira kamu ikut ke masjid Ra. sini masuk." Ajak Yasmin kepada gadis itu.

Ara pun masuk Ke kamar Yasmin yang begitu menarik di matanya. gadis itu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Semuanya begitu rapi dan aesthetic. Itu adalah kamar idaman Ara selama ini.

"Kamar kakak cantik sekali. Ara pengen deh nantinya kamarku dibuat seperti ini." ujar Kinara bersemangat.

"Ihh boleh banget. Nanti kakak carikan aksesoris kamarnya deh. biar tambah cantik kamar kamu." ujar Yasmin yang dijawab seruan gembira oleh gadis itu.

"Kak, sebenarnya aku kesini disuruh Mas Zayyan. Dia ingin aku memastikan bahwa kakak baik-baik saja." ujar gadis itu membuat Yasmina tak percaya.

"Benarkah? Memang dimana dia sekarang?" tanya yasmin penasaran.

"Dia di bawah. Menunggu kabar dariku. Tapi katanya tidak boleh bilang-bilang sama Kak Yasmin." Ujar Ara berbisik. Yasmin pun tertawa kecil mendengarnya. ternyata lelaki itu memperdulikannya.

"Terus kenapa kamu bilang ke kakak?" tanya Yasmin lagi membuat gadis itu tersenyum lebar.

"Biar aja tuh Mas Zayyan ketahuan kalau dia tuh peduli tapi gengsi." Ujar Kinara membuat Yasmin tertawa.

"Ya sudah, kita ke bawah aja yuk. Biar dia gak penasaran." Ajak Yasmin yang dijawab anggukan oleh Kinara.

Mereka pun turun ke ruang tamu. benar saja lelaki itu masih duduk disana. dia cukup terkejut karena Ara turun bersama dengan Yasmin.

"Eh Yasmin, Ara gak ngomong macam-macam kan sama kamu?" tanya lelaki itu sembari melancarkan lirikan mautnya pada Ara. Dia nampak kesal karena adiknya tidak amanah pada perintahnya. Tapi gadis itu hanya tertawa kecil. dia puas menjahili Kakaknya itu.

"Nggak kok bang, dia hanya menyampaikan amanah abang. Dan alhamdulillah aku baik-baik saja." jawab Yasmin membuat Zayyan salah tingkah.

"Alhamdulillah kalau begitu. Maaf atas sikap ibuku tadi." ujarnya membuat Yasmin tersenyum simpul.

"Tidak papa bang. Tidak ada yang salah dengan sikap beliau. Sudah sewajarnya seorang ibu kagum dengan Haura, aku saja yang sudah bertahun-tahun bersamanya, tetap kagum dengan betapa solehahnya dia." jawab Yasmina dengan tenang.

"Syukurlah kalau kamu berpikir begitu." Ujar lelaki itu lagi. kemudian keheningan menyelimuti suasana itu.

"Huaah... Ara ngantuk nih. Aku ke kamar dulu ya." gadis itu hendak pergi namun ditahan oleh Zayyan.

"Bentar Ra. kamu biasanya tidur larut malam juga. Jangan alasan ya untuk kabur." Bisik Zayyan membuat Ara merengut kesal karena rencanannya gagal. Yasmin hanya tersenyum simpul melihat interaksi mereka.

"tentang rencana pernikahan, apakah kamu tidak keberatan dengan semuanya?" tanya Zayyan mencoba membuka percakapan.

"Aku tidak keberatan dengan apapun bang. lagipula aku juga tak suka berinteraksi banyak orang. Lebih baik sederhana tetapi khidmat." Jawabnya membuat Zayyan mengangguk mengerti.

"Mm.. kalau sudah menikah nanti apakah aku masih boleh bekerja. Abang tahu, aku baru lulus kuliah dan baru akan memasuki dunia kerja. aku ingin mengabdi menjadi pengajar ataupun mungkin bisa bekerja di perusahaan." Tanya Yasmin pada calon suaminya itu.

"Selama itu tidak keberatan melakukannya dan tidak mengganggu kewajibanmu sebagai seorang istri, aku izinkan. Kamu bisa bekerja dan melakukan apapun yang kamu sukai asalkan itu bermanfaat bagimu." Jawabnya dengan bijaksana. Yasmin mengangguk mengerti.

"Mas, tapi kalau kakak nanti digodain temen kerjanya gimana? Kan kak Yasmin cantik banget nih. Pasti ya nanti banyak banget cowok yang naksir sama kak Yas." Tanya Ara yang membuat abangnya itu mencubit pinggangnya.

"Ya tentu saja lelaki itu hanya bisa berharap, karena nantinya kak Yasmin sudah menjadi milik Mas. Jika ada yang berani mengganggunya berarti sudah siap berhadapan sama Mas." jawab lelaki itu membuat Yasmin tersipu malu. Roh di dalam tubuh Yasmin sudah siap berjungkir balik tapi dia harus stay calm, karena menjaga image di depan calon suaminya itu.

"Aduh, Mas ini bisa aja deh." Ara tak henti-hentinya menggoda kakaknya itu. tapi lelaki itu berusaha keras memasang wajah datarnya.

"Besok pokoknya abis nikah, buatin ponakan yang lucu-lucu yak. Semuanya biar mirip kak Yasmin biar cakep gitu." Ujar Ara yang membuat keduanya jadi salah tingkah. Zayyan tak habis pikir dengan ucapan adiknya yang semakin sembrono.

"Ahh, sepertinya kamu benar-benar sudah mengantuk. Yuk Mas anter ke kamar. biar kak Yasmin juga istirahat." Ujar Zayyan sembari menarik tangan adiknya untuk pergi dari sana dan mengakhiri percakapan mereka.

"Nggak, aku belum ngantuk. Kak Yasmin tolong kak." Teriak Ara yang membuat Yasmin Tertawa puas.

Walaupun dia cukup terkejut dengan pernyataan tiba-tiba Ara mengenai anak, tapi Yasmin juga terhibur dengan interaksi kakak beradik itu yang lucu.

***

Terimakasih sudah membaca ceritaku...

Jangan lupa vote dan komentarnya yaa..

See you to the next part ==>

The Destiny Of Us ( END ✅️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang