14. Perjodohan

136 5 0
                                    

"Jadi begini pak, Zayyan ingin meminta restu bapak dan ibu untuk melamar seorang wanita yang kelak akan menjadi istri Zayyan."

Sontak saja, mereka saling tatap. Mereka tak pernah mendengar putranya itu dekat dengan wanita tapi tiba-tiba saja dia meminta izin untuk melamar seorang wanita.

"Alhamdulillah, bapak turut senang nak jika kamu sudah menemukan perempuan yang tepat untukmu. Siapa perempuan itu dan dimana kamu bertemu dengannya?" tanya bapaknya dengan senyum lembut di bibirnya.

Zayyan menjelaskan tentang Yasmin dan keluarganya serta dimana dia bertemu dengannya. dia menceritakan dengan sangat jelas. Namun dia tak mengatakan bahwa ini adalah pesan dari mendiang Saddam. Dia tak ingin orangtuanya berpikir bahwa dia terpaksa melakukannya.

"Kamu sudah benar-benar yakin le sama dia? jangan sampai kamu salah pilih lho ya. nanti kamu yang repot sendiri." ujar bu Laras yang nampak tak suka dengan perempuan yang diceritakan oleh Zayyan.

"Bu, pilihan Zayyan sudah pasti baik. ibu jangan suka begitu. Biar saja Zayyan memilih sendiri calon istrinya." Pak Abimana mencoba membantu membela sang putra.

"Bukan begitu loh pak, tapi aku sudah terlanjur menjodohkan Zayyan dengan putrinya Zubaidah. Anaknya pintar, sholehah, cantik pula. Sekarang anaknya itu di kota jadi guru pesantren. Dia pasti akan jadi istri yang baik buat Zayyan." Jelas bu Laras membuat kedua lelaki itu saling tatap kebingungan.

"Menjodohkan gimana bu? kamu tuh asal jodohkan anak orang saja tapi gak bilang dulu ke anakmu." Tentu saja pak Abimana protes karena hal itu. dia juga tak habis pikir dengan istrinya yang selalu memiliki rencana lain yang tidak dibicarakan terlebih dahulu dengan mereka.

"Iya bu, lagipula belum tentu Zayyan cocok dengannya." Zayyan pun ikut menambahi.

"Ibu itu melakukan ini demi kebaikanmu le, ibu Cuma ingin kamu mendapat istri yang solehah, yang bisa menjagamu, bukan istri yang nantinya membangkang dan malah menyusahkanmu." Bu Laras bersikeras mempertahankan opininya. Dia tetap kekeuh dengan pilihannya itu.

"bu, Zayyan mengerti maksud ibu. tapi ini sudah keputusanku. Aku sudah yakin untuk memilihnya."ujar lelaki itu dengan penuh kesungguhan.

"Lha terus ibu gimana? Malu dong sama bu zubaidah. Ibu sudah terlanjur ngomong mau menjodohkan kamu dengan putrinya. mau ditaruh dimana muka ibu nantinya."

"Urusan itu biar bapak yang ngomong sama Zubaidah. Kalo malu itu udah resiko kamu bu. siapa suruh main jodoh-jodohin anak orang saja." pak Abimana turun tangan sendiri membuat bu Laras panik.

"Duh pak, yo jangan sampean. Biar ibu saja yang ngomong." Putusnya.

"tapi ibu masih berharap lho le kamu jadi sama anaknya Zubaidah itu. biar ibu lega gitu lho le." Bu Laras tetap mencoba membujuk Zayyan, membuat lelaki itu kebingungan dibuatnya.

"Ibu itu loh, jangan bikin anaknya bingung. Dia itu sudah punya calon sendiri. kita dukung saja apa yang jadi pilihan dia. anakmu ini udah gede, udah bisa mikir mana yang baik mana yang engga buat dia." pak Abimana menjelaskan dengan nada sedikit kesal membuat bu Laras bungkam.

"Bu, maaf nggih. Zayyan sudah yakin dengan keputusanku. Ibu dan bapak doakan saja semoga ini adalah pilihan terbaik untukku."ujar lelaki itu dengan lembutnya.

"Yasudah mau gimana lagi. mau dipaksa pun gak bisa. Tapi jangan nyesel loh kalo nanti perempuan itu gak sebaik pilihan ibu." sindirnya membuat kedua lelaki itu geleng-geleng kepala.

"Terus kamu rencananya kapan mau kesana Le? Bapak sarankan kalau sudah ada niat baik jangan lama-lama. kamu bilang saja tanggalnya nanti kita persiapkan semuanya untuk datang ke tempat calon istrimu itu." ujar sang bapak memberikan usulnya.

"Bagaimana kalau lusa kita kesana pak? Nanti keluarga kita saja yang berangkat lamaran. Kalau pas akad baru kita ajak keluarga besar." usul Zayyan yang langsung dijawab anggukan setuju oleh bapaknya. Sedangkan bu Laras hanya diam seribu bahasa dengan rasa dongkol di hatinya.

Walaupun belum cocok dengan pilihan hati putranya, tapi bu Laras tetap membantu menyiapkan apa-apa saja yang akan dibawa kesana. Sudah menjadi tradisi dan kebiasaan orang jawa jika berkunjung melamar membawa seserahan atau sekedar oleh-oleh untuk calon mantu.

Seharian itu bu Laras menyiapkan segalanya seorang diri. Beliau menyiapkan oleh-oleh khas jawa agar mereka bisa merasakannya. Ada lemper, gethuk, tiwul dan rempeyek. Sedangkan Zayyan dan Ara bertugas untuk mencari cincin lamarannya.

"Mas beneran mau nikah?" Zayyan mengangguk sebagai jawaban.

"kalau mas nikah aku sama siapa? Nanti pasti Mas lebih sayang sama istri mas kan?" Zayyan tersenyum mendengar pertanyaan itu. dia mengusap pelan puncak kepala Ara.

"Gak akan dik, Mas akan tetap sayang sama kamu. kamu kan jadi punya teman baru nantinya. Kamu bisa main sama Kak Yasmin." Lelaki itu berusaha menghibur adiknya agar tidak sedih lagi.

"Emang kak Yasmin tuh orangnya gimana Mas? dia bakal baik gak sama aku?" tanya perempuan itu lagi.

Zayyan berpikir sejenak. Dia pun bingung tentang personalitasnya Yasmin. Dia hanya tahu bahwa Yasmin itu manja, kekanakan, suka ngambek tapi dia cukup menggemaskan. Itulah deskripsi yang dijelaskan oleh Saddam waktu itu padanya. tapi dia tak yakin harus mengatakan itu pada Ara.

"Mmm.. dia baik." jawabnya setelah sekian purnama berpikir.

***

Kamsahamnida Yeorobunn...

Jangan lupa vote dan komentarnya yaa

See you to the next part :)

The Destiny Of Us ( END ✅️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang