"Umi, rasanya Yasmin mau disini saja sama Ummi. Yasmin masih kangen, gak mau balik kesana." Ujar Yasmin di pelukan ibunya itu. sejak kemarin dia mulai menunjukkan sisi manjanya pada abi dan ummi. Ya, itu karena dia juga merindukan mereka.
"Yasudah, kalau mau disini juga gak papa. tapi bilang dulu sama suami kamu. jika dia mengizinkan kamu boleh deh nginep lebih lama disini. malah Ummi senang." Ujarnya pada sang putri.
Yasmin terdiam. Dia menoleh kearah Zayyan yang duduk tak jauh darinya. Lelaki itu sedang mengobrol dengan Abi Hasan.
"Gak jadi deh Ummi. Aku gak bisa jauh dari abang. Nanti kalo kangen aku repot lagi harus balik kesana sendirian." ujarnya sembari memberikan senyum lebarnya pada sang Ummi. Ummi Ratna hanya menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah putrinya itu.
Yasmina menghabiskan waktunya disana untuk terus menempel pada Abi dan Umminya itu. dia berubah menjadi putri kecil yang manja. Mungkin dia juga lupa sudah menikah dan sedang berbadan dua.
"Mi, kayaknya aku bakalan gendutan deh pulang dari sini. aku makan mulu. Abis masakan umi enak semua." Curhatnya pada sang ibu.
"gak papa lah Yas. Itu baik untuk kandunganmu. Kalo lagi hamil jangan mikir mau kurus, pokoknya yang harus kamu prioritaskan itu kesehatan bayimu." Nasihat beliau yang dijawab anggukan mengerti oleh Yasmin.
"Oh iya Mi, abang kemana? Kok dari tadi gak ada?" tanya Yasmina yang menyadari kalau sedari tadi dia tak melihat suaminya.
"Zayyan itu bantuin abah mempersiapkan pengajian akbar buat nanti malam. soalnya ada acara wisuda hafalan quran untuk santriwan santriwati yang sudah menamatkan 30 juznya. Suamimu juga bakalan ngisi disana, banyak yang request agar Zayyan bisa mengisi acaranya." Jelas Ummi Ratna.
"Pasti yang request cewe-cewe ya bu?" tanyanya dengan nada curiga.
"Baik santriwan maupun santriwati itu semua pengen mendengar ceramahnya Zayyan, nak." Ummi Ratna mencoba memberikan pengertian pada putrinya itu. Yasmin pun akhirnya mengerti dan kembali melanjutkan makannya.
Malam pun tiba, mereka bersama-sama berangkat ke pengajian akbar itu. Yasmin duduk di kursi paling depan dekat dengan Umminya. Dia menyaksikan acara yang begitu khidmat dan penuh haru itu. dia bahkan menangis ketika melihat para wisudawan yang telah menamatkan hafalan 30 juznya memberikan mahkota kepada orangtuanya. sungguh membuat Yasmin tersentuh.
Dia jadi merasa bersalah karena dulu tidak menuruti orangtuanya. dia tidak mau menyelesaikan hafalannya. Pasti Abi dan Umminya sangat sedih tapi mereka tak pernah menyalahkan Yasmin. Coba saja dulu dia taat pada orangtuanya pasti dia bisa memberikan mahkota itu pada mereka.
Acara wisuda telah selesai, kini acara ceramah yang akan diisi oleh Zayyan dan juga ustadz Arifin. Yasmin melihat ke sekelilingnya. Mereka begitu fokus mendengarkan ceramah dari suaminya itu. bahkan dia melihat beberapa santriwati terpana melihat suaminya. Memang tak bisa dipungkiri suaminya itu memang tampan sekali. apalagi dia memakai setelan koko putih dipadukan dengan sarung hitamnya.
Yasmin merasa cemburu tapi dia menahannya. Dia kembali fokus mendengarkan suaminya itu berceramah. Tiba-tiba saja perutnya terasa sakit. tapi sakit ini sangat umum dia rasakan. Dia memegangi perutnya dan ekspresi wajahnya yang kesakitan. Dia pun izin umminya untuk ke belakang. tapi sepertinya Umminya tidak mendengar karena sedang mengobrol dengan salah satu wali santri disana.
Yasmin langsung masuk ke kamar mandi dan menyelesaikan hajatnya. Pasti ini efek karena dia kebanyakan makan. apalagi sambal. Suami dan Umminya telah memperingatkan untuk tidak terlalu banyak makan sambal tapi dia keras kepala.
Yasmin keluar dari kamar mandi dan terkejut mendapati suaminya ada disana dengan raut wajah khawatirnya. "Abang kenapa kesini? bukannya tadi lagi ceramah." Tanya Yasmin kebingungan.
"YaAllah sayang, aku khawatir kamu kenapa-napa. Tadi aku lihat kamu kesakitan dan memegangi perutmu." Jelasnya dengan nada cemas.
"Iya bang, sakit perut kebanyakan makan doang kok. aku gak papa." ujarnya sembari nyengir tanpa dosa.
"Syukurlah kalau begitu. Aku khawatir sayang." Ujarnya sembari merangkul sang istri.
Yasmin tersenyum dalam diam. Dia benar-benar merasa diratukan oleh sang suami. Bagaimana mungkin dia bisa berjauhan dari Zayyan jika setiap menit tidak melihatnya saja dia sudah sangat merindukannya.
Dia kembali duduk di tempatnya dan Zayyan melanjutkan ceramahnya. Walaupun sedang berceramah tetapi pandangan Zayyan hanya tertuju pada sang istri. tak ada tempat lain untuk melihat selain istrinya itu.
Acara pun selesai sekitar pukul sebelas malam. Yasmin masih menunggu Zayyan turun dari panggung. Dia sepertinya masih asik mengobrol dengan ustadz Arifin dan juga Abinya. Dia pun memutuskan untuk kembali sendirian ke rumahnya.
"Yaampun ganteng banget ya Kak Zayyan. Udah ganteng, soleh, perhatian lagi sama istrinya. so sweet banget deh tadi pas dia izin jeda dulu untuk mencari istrinya." ujar salah satu santriwati yang berjalan di depan Yasmin. Perempuan itu sengaja memperlambat langkahnya untuk mendengarkan obrolan para santriwati.
"Iya ih. Jangan-jangan istrinya lagi yang caper pengen dicariin suaminya." Ujar temannya memberikan tanggapannya yang membuat Yasmin kesal sendiri.
"Ya enggaklah. Mana mungkin istrinya caper. Itu karena istrinya lagi hamil, jadi dia takut kenapa-napa." Jelas yang lainnya memberikan pengertian.
"Pengen deh jadi istrinya kak Zayyan, jadi yang kedua, ketiga dan keempat pun gak masalah." Ujar santriwati itu dengan entengnya membuat salah satu temannya menepuk bahunya.
"Heh sadar neng, jangan kebanyakan halu." Ujarnya seakan menyadarkan temannya itu.
Sampai di kamarnya Yasmin sudah merengut kesal. mendengar bagaimana perempuan-perempuan tadi begitu mengagumi suaminya membuat moodnya jadi berantakan.
"Assalamualaikum sayang." Salam Zayyan begitu masuk ke kamar mereka. Yasmin hanya menjawab pelan lalu tak menghiraukan kehadiran suaminya itu.
"Hey, kenapa? Suaminya datang malah dicuekin gini. Abang salah apa?" tanya lelaki itu sembari membelai lembut rambut istrinya.
"Anakku sayang, ibumu kenapa seperti ini nak? Baba ada salah ya?" tanya Zayyan ke perut Yasmina seolah-olah dia berbicara pada bayi di kandungan Yasmin itu.
"Nak, bilangin baba kamu tuh, kalo keluar jangan ganteng-ganteng, kan pada dilirik ama cewek. Mama kan gak mau dapet saingan." Ujar Yasmina membuat Zayyan tertawa.
Ternyata itu alasan istrinya tiba-tiba kesal padanya. tapi Zayyan tak mersa kesal karena hal itu. dia malah gemas pada tingkah istrinya itu yang terkadang seperti anak kecil. Zayyan tahu itu semua karena hormon ibu hamil yang suka berubah-ubah.
"Nak, bilang sama mama kamu kalau Baba Cuma sayang sama Mama. Walaupun ada ribuan bidadari pun tetap mama kamu yang baba pilih." Ujarnya membuat Yasmin merona seketika. Rasa kesalnya pun menguap entah kemana.
"Nak, kamu harus lihat betapa cantiknya mamamu sekarang kalau tersenyum." Ujar Zayyan lagi membuat Yasmina tersenyum semakin lebar. lalu disusul dengan tawa kecilnya.
"Abang nih. Bikin salting aja." Ujar perempuan itu sembari menepuk pelan lengan suaminya.
"Nah kalau udah gak kesel lagi tidur ya. istirahat ini sudah malam." ujarnya sambil mengusap lembut perut sang istri. Yasmina mengangguk pelan menuruti ucapan suaminya.
Zayyan memegang perut Yasmina sejenak dan mendoakannya. Dia berdoa agar Allah menjaga anak dan istrinya dari segala godaan setan dan marabahaya. Setelah itu dia menyelimuti istrinya dan mengecup dahinya lembut.
"Goodnight sayang." Ucapnya, lalu beranjak dari sana untuk berganti pakaian.
***
Terimakasih yang sudah membaca ceritaku
Jangan lupa vote dan komentarnya ya agar aku semakin semangat berkarya
Sehat-sehat kalian semua dan semoga dilancarkan selalu rejekinya.. Aamiin :)
![](https://img.wattpad.com/cover/345443282-288-k22688.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Destiny Of Us ( END ✅️ )
RomanceKehilangan seorang kakak yang paling ia sayangi adalah mimpi terburuk yang tak pernah Yasmina bayangkan sebelumnya. Dia sudah berjauhan dengan sang kakak selama bertahun-tahun karena kakaknya menempuh pendidikan di Kairo Mesir dan sekarang dia harus...