3. Sendiri

195 6 0
                                    

"Ummi...Miii!" panggil Yasmin setelah ia bangun dari tidurnya.

Biasanya Ummi sudah ada di dapur dan menyiapkan sarapan untuknya tapi dia tak menemukan siapapun disana. dia juga tak mendapati abinya.

"Yas, Umi dan abi sedang pergi. Dia ke Kairo untuk menghadiri acara wisuda Bang Saddam." Jelas Haura pada sahabatnya itu.

"Hah? Kenapa mereka gak bilang Ra? kenapa aku gak diajak?" tanya Yasmin dengan nada kesalnya.

Dia sudah berjanji pada abangnya akan menghadiri wisudanya. Abangnya juga setuju dan bilang bahwa wisudanya masih seminggu lagi. tapi kenapa kini dia ditinggalkan oleh orangtuanya?

Yasmin langsung ke kamarnya dan mengambil ponsel miliknya. Dia mencoba untuk menghubungi kedua orangtuanya tapi tak ada satupun yang menjawabnya. Yasmin benar-benar kesal dibuatnya.

"Kapan mereka pergi Ra? kenapa aku gak tahu?" tanya Yasmin dengan raut wajah kesalnya.

"sekitar jam 3 tadi Yas. Kamu sudah tertidur pulas jadi mereka tak enak hati membangunkan kamu." Jawab Haura dengan lembutnya.

Haura berusaha untuk menenangkan sahabatnya yang sedang diliputi rasa kesal itu. dia tak ingin Yasmin larut dalam amarahnya.

"Yas, Abi sama Umi juga kasihan sama kamu. Sebentar lagi kamu juga akan sidang skripsi, jadi mereka tak ingin mengganggumu. Lagipula nanti kamu akan bertemu dengan abangmu kan. jika dia pulang nanti." Ujar Haura mencoba untuk menenangkan sahabatnya itu.

"Bisa-bisanya aku gak diajak. Aku kan juga keluarganya. Pasti ini ide bang Saddam deh biar aku gak ikut. Pasti dia pengen bikin aku kesel." Oceh Yasmin dengan wajah yang memerah karena marah.

Dia langsung menelpon abangnya berulang kali. Dia sudah siap untuk mengeluarkan semua kata-kata untuk abangnya. Tapi tak kunjung ada jawaban.

"Ish, ini pasti sengaja nih. Dia tahu kalau aku bakalan marah-marah sama dia makanya gak dijawab. Ngeselin banget. Awas aja ya, kalau dia telpon gak akan aku jawab!" ujar Yasmin tak terkondisikan lagi. dia sudah benar-benar marah dengan mereka. Haura tak tahu lagi bagaimana menenangkan sahabatnya itu.

"Yas, sudah ya. sarapan dulu. Nih aku tadi buat sandwich untukmu." Yasmin langsung melahap roti isi buatan Haura tanpa lama. walaupun hatinya kesal tetapi mulut harus tetap produktif mengunyah makanan.

Makanan adalah obat mujarab agar Yasmin tidak marah-marah lagi. Ya, setidaknya dia bisa sedikit melupakan amarahnya itu.

"Abis ini aku mau pergi jalan-jalan sesukaku. Aku pengen pergi ampe tengah malem sekalian, pumpung gak ada abi ama umi di rumah." ujarnya ketika ia tengah mengunyah makanannya.

"Yas, gak baik seperti itu. habiskan dulu makanannya, jangan sambil berbicara." Nasihatnya pada Yasmin. Perempuan itupun diam seketika.

Setelah menyelesaikan sarapannya, Yasmin benar-benar pergi keluar. dia sudah mandi dan berdandan cantik. Untung saja Haura melihatnya. dia pun mencegah Yasmin agar tidak pergi kemanapun.

"Yas, aku diamanahi oleh Abi dan Umi untuk menjaga kamu. Aku tidak bisa membiarkan kamu pergi begitu saja." ujar Haura sembari menggenggam tangan Yasmin.

"Aku Cuma pengen hangout sama temen-temenku Ra. aku ga bakal main ke tempat yang aneh-aneh kok." ujar Yasmin dengan santainya.

"Aku temani ya Yas. Aku ikut kemanapun kamu pergi." Haura menawarkan diri.

"tidak usah Ra. aku ingin pergi sendiri." Ujar Yasmin bersikeras.

"Aku ingin ikut Yas. Please!" pinta Haura dengan penuh kesungguhan. Akhirnya Yasmin pun mengizinkan Haura untuk ikut.

The Destiny Of Us ( END ✅️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang