Pagi berganti siang, siang berganti sore, sore berganti malam, dari ketiga waktu itu pasti nya ada banyak kisah baik suka maupun duka, namun tidak dengan Nindi. Hari-hari selalu dilaluinya tanpa ada suka maupun duka, bisa diibaratkan seperti sayur tanpa gula garam, hidupnya hambar tanpa ada tawa riang maupun tangis. Apalagi isak.
Malam ini Nindi sudah selesai dengan pekerjaan paruh waktunya yaitu di sebuah restoran yang menyediakan makanan ringan hingga berat, dan aneka minuman kopi kekinian. Hari ini gadis itu pulang lebih awal.
Dalam perjalanan pulang, Nindi memelankan langkah kakinya ketika ia melihat sebuah toko buku yang bangunan nya cukup besar, mayoritas nya dipenuhi oleh anak-anak remaja hingga dewasa. Karena rasa penasaran akhirnya Nindi membuka pintu toko itu, pintu yang dirangkai menggunakan kaca itu akan mengeluarkan suara decitan yang melengking ketika seseorang membuka nya dengan kasar, sebagian pengunjung di sana mengalihkan pandangannya ke arah Nindi karena suara decitan tadi. Gadis itu tengah memfokuskan penglihatannya ke satu titik yang rupa nya di sana sedang diselenggarakan acara peluncuran karya buku seorang penulis yang cukup terkenal. Aroma buku-buku dan aroma kertas-kertas baru seakan menjadi kesan pertama ketika menginjakkan kaki di sana.
Nindi melihat ke sekeliling toko lalu menggerakkan kakinya perlahan ke sebuah pemandangan buku novel dan buku komik yang tersusun rapi memadati rak. Ia meraih salah satu dari buku itu, lembar demi lembar ia melihat-lihat tanpa membaca isi cerita di dalam buku nya. Nindi penasaran namun tampak begitu acuh, ia pun sampai di halaman tengah tanpa membacanya sedetik pun. Seketika jemarinya terhenti karena teringat dengan seseorang yang membuatnya mulai membenci buku sastra jenis apapun. Ia pun menaruh kembali buku itu ke rak lalu berbalik dan berjalan keluar dari toko.
***
Sesampainya di rumah,
"Nindi, apa kau tidak lelah, nak?" tutur seorang wanita paruh baya dengan suara yang terbata dan artikulasi yang kurang jelas. Ia adalah Ani.
Tangannya bergerak dengan sangat pelan sambil gemetar, berusaha ingin meraih pipi dari putrinya itu, Nindi. Ia kini tengah duduk disamping ranjang Ani, memandang dengan tatapan tidak menentu, entah apa yang tengah memenuhi pikirannya, tidak ada seorang pun yang bisa memahami Nindi.
Nindi hanya membalas nya dengan gelengan kepala yang dibarengi senyuman tipis. Ia memberikan suapan demi suapan kepada ibunya, mengusap kening hingga ke ubun-ubun kepalanya, sentuhannya begitu hangat menandakan kasih sayang sekaligus iba yang memenuhi batinnya. Lalu gadis itu tertidur pulas dengan posisi kepala menyanggah di kedua lutut, diiringi tangannya yang masih berada di pucuk kepala ibunya itu.
Keesokan pagi nya,
Sang mentari yang masih jengah bertegur sapa membuat suasana pagi ini masih terasa sangat dingin, dingin nya hingga menusuk ke tulang, dibarengi kabut tebal yang mengitari sudut jalan tempat Nindi dan orang tuanya bersinggah dari panas nya mentari juga kuyup nya hujan. Kicauan indah burung-burung yang kini sudah memadati pemandangan udara kala itu seakan tengah bersenandung bergembira menyambut hari.
Pesona alam di pagi hari yang begitu indah itu tidak membuat hari-hari Nindi terasa sama menyenangkan nya seperti burung pagi hari. Hari ini, ia kembali bekerja dan membawa sepotong roti dan susu stroberi untuk bekal sarapannya. Gadis cantik itu selalu melakukan pekerjaannya dengan baik, tidak sedikit yang memuji kinerjanya, tetapi tidak dengan Ratna. Masih ingat kan dengan sosok Ratna ini yang pernah bahkan sering beradu mulut dengan Nindi. Usia Ratna terpaut empat tahun lebih tua dari Nindi, ia sangat ingin dihormati oleh Nindi, terlebih jabatan Ratna di Blue Mart merupakan Assistant Head Store.
Siang itu, shift Nindi telah usai tepat pada pukul dua lebih tiga puluh menit. Setiap pergantian shift, shift yang pertama harus menghitung total penjualan sesuai dengan jam kerja nya, sekaligus men-sinkronkan uang modal, pengeluaran, dan pendapatan penjualan. Ratna ikut membantu Nindi untuk menghitung ulang uang kasir dan memastikan uang nya pas, serta membuat laporan kepada Head Store.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Menuju Pulih
RomanceBerdamai dengan masa lalu merupakan proses paling berpengaruh dalam membentuk masa depan, ingatan pahit itu sama seperti luka, merobek permukaan kulit, berdarah, dan membekas. Nindi harus berkawan dengan sepi, ia menutupi kisah menyakitkan itu hingg...