SMP Bakti Mandiri, Kota Tangerang.
Nindita Wardani, memiliki satu teman yang menurutnya baik, ia selalu menemani Nindi kemana pun. Ia adalah anak yang periang dan mampu meluluhkan hati Nindi yang terlahir sebagai anak yang pendiam.
Teman anak itu bernama Lisa. Ia sangat manis dan ceria, wajahnya sungguh cantik. Ia memiliki flirting smile yaitu senyum yang terlihat bagian gigi atasnya saja, jarang sekali ada seseorang yang memiliki senyum khas seperti itu. Lisa terlahir dari keluarga kaya raya, berbeda jauh dengan Nindi yang terlahir dari keluarga sederhana, mereka berdua berteman baik selama semester awal di tahun pertama memasuki SMP Bakti Mandiri.
Lisa memiliki sifat perhatian dan mudah bergaul dengan siapapun, Nindi mulai terbuka hatinya. Mereka saling berbagi kisah satu sama lain, berbagi makan siang, belajar bersama sepulang sekolah, dan selalu terlibat dalam kelompok yang sama di kelas. Keduanya juga mengambil ekstra kurikuler yang sama.
Kedua orang tua Lisa jarang sekali pulang ke rumah, mereka sangat mengutamakan karir, hingga sedikit sekali waktu bersama anaknya. Bukan karena Lisa sudah terbiasa, akan tetapi karena ia terpaksa, terpaksa menerima ketentuan yang telah dibuat oleh orang tuanya. Ia tidak diperbolehkan bersikap kekanak-kanakan, ia dituntut untuk menerima bahwa ia memiliki orang tua yang sibuk, dan mementingkan karir. Di balik semua itu, Lisa mendapatkan hadiah yang tidak semua anak dapat memilikinya. Ia diberikan fasilitas rumah mewah, asisten rumah tangga, mobil mewah, supir, uang jajan dengan jumlah besar, dan kehidupan mewah lainnya. Lisa menikmati semua itu, ia merasa beruntung. Akan tetapi, hatinya berkata lain, ia ingin sekali seperti Nindi yang memiliki banyak waktu bersama ibunya, diberikan kehangatan, dan tinggal satu rumah bersama orang tuanya.
Nindi, ia tidak pernah merasa iri dengan kemewahan yang Lisa miliki, mungkin orang lain akan berkata bahwa Nindi adalah manusia yang munafik, mana mungkin ia tidak memiliki rasa iri ketika melihat temannya hidup bersanding dengan jutaan uang dan tumpukan emas berlian. Nindi tidak tahu, ia sama sekali tidak memikirkan hal itu. Memiliki teman yang asik seperti Lisa, adalah kemewahan yang tidak menyangka ia dapatkan.
Di suatu ketika, Lisa mengajak Nindi bermain ke rumahnya sepulang sekolah. Di rumah itu, Lisa memiliki banyak permainan anak-anak yang dibelikan orang tuanya. Salah satu mainan yang sangat disukai Nindi adalah boneka barbie. Gaun merah jambu, berambut lurus panjang warna cokelat, memakai aksesori rambut pita, juga pernak-pernik lainnya. Mainan pertama yang Nindi pilih adalah boneka barbie itu. Lisa tidak pernah hitung-hitungan, ia dengan sukarela meminjamkan semua mainan yang Nindi suka untuk bermain. Terkadang Nindi sampai lupa waktu, ia baru teringat waktu sudah menunjukkan pukul empat sore, alhasil Ani mendatangi rumah Lisa sambil mengomel dan menegur putrinya. Nindi tidak boleh mengulangi itu lagi, seharusnya ia memberitahu Ani terlebih dahulu jika dirinya ingin bermain ke rumah Lisa.
Lisa menaruh rasa iri di dalam hatinya, ia ingin memiliki ibu seperti Ani, ia juga ingin dimarahi seperti itu, Ani memarahi Nindi karena ia sungguh menyayangi putrinya, bukan karena hal lain. Berbeda dengan Ivana, ia adalah sosok ibu yang egois, apakah semua kekayaan ini belum cukup, tidakkah bekerja sewajarnya saja. Begitulah orang tua, ia selalu ingin didengar, ingin nya dimengerti, tidak suka dibantah, semua perkataannya adalah kebenaran. Terkadang, seorang anak yang keras kepala selalu tumbuh karena pengalaman, ia hanya belajar dari pengalaman, tidak ingin melakukan antisipasi, tidak ingin belajar terlebih dahulu sebelum itu terjadi, telinganya dungu.
***
Hadi sangat sibuk dengan karirnya, ia berangkat pagi buta dan pulang larut malam, bahkan ia tidak sempat untuk bercengkerama dengan putrinya. Di rumah, Nindi selalu menghabiskan waktu bersama ibunya, mereka selalu berbagi cerita, dan tenggelam dalam cerita itu. Nindi banyak bicara hanya kepada ibunya, ia lebih banyak diam ketika bersama orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Menuju Pulih
RomanceBerdamai dengan masa lalu merupakan proses paling berpengaruh dalam membentuk masa depan, ingatan pahit itu sama seperti luka, merobek permukaan kulit, berdarah, dan membekas. Nindi harus berkawan dengan sepi, ia menutupi kisah menyakitkan itu hingg...