7. Ingatan

22 15 5
                                    

Ya, lelaki itu merupakan orang yang saat itu sedang menggelayut di pikiran Nindi, penulis dari buku novel berjudul 'Bebas'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ya, lelaki itu merupakan orang yang saat itu sedang menggelayut di pikiran Nindi, penulis dari buku novel berjudul 'Bebas'.

Nindi tampak terkejut melihat keberadaan lelaki yang belum diketahui namanya itu, ia memalingkan sorot matanya ke arah lain karena merasa kurang nyaman jika ada yang mendekatinya.

"Kau ini yang tadi pagi, kan?" tanya lelaki itu. Ia mendekatkan wajahnya mendekati Nindi, ada senyum yang terukir di wajah, senyuman itu sangat manis hingga gigi-gigi rapinya terlihat.

Nindi si gadis kaku itu merasa bingung harus mengatakan apa, ia melihat sorot mata yang begitu indah, mata itu berbinar hingga menyilaukan mata. Nindi tidak sadar kalau ia sudah diam cukup lama. Ia langsung merapikan kursi yang sedari tadi menjadi tempat ia bertumpu untuk membaca inti cerita buku itu, menaruh kembali buku novel pada rak, dan bergegas beranjak meninggalkan lelaki yang tidak dikenalnya itu.

Tidak disangka lelaki dengan tubuh tinggi semampai itu langsung mengejar Nindi, dan tanpa ragu memegang tangannya. Kulit mereka saling bersentuhan. Bagi Nindi, ini merupakan sesuatu yang asing, selama ini ia belum pernah diperlakukan seperti ini oleh seorang lelaki, selain dipukuli. Seketika Nindi menepis tangan lelaki itu, keduanya saling bertatap. Sorot mata Nindi dipenuhi rasa risih. Namun berbeda dengan sorot mata lelaki itu, ia sangat menyukai situasi ini.

Lelaki itu bernama Bagas Widiantara, seorang penulis buku novel yang karyanya sangat dicintai oleh banyak orang karena ide ceritanya amat motivatif, dan inspiratif. Ia menyampaikan pesan yang tertoreh dengan begitu lembut dan alami. Banyak nilai-nilai kehidupan yang ia ke depankan.

"Boleh aku tahu namamu?"

Nindi tidak menjawab pertanyaan yang di lontarkan Bagas, ia langsung pergi begitu saja meninggalkan Bagas yang masih terpaku pada posisinya.

Bagas telah menerbitkan karya baru, bukunya sudah terjual ratusan eksemplar hanya dalam waktu satu minggu. Karya yang diciptakannya memang tidak pernah gagal, selalu terselip pesan moral yang berusaha ia sampaikan melalui cerita dan ilustrasi yang ia selipkan di setiap Bab. Bagas juga memberikan ilustrasi di setiap adegan penting dalam setiap Bab dalam novelnya, pembaca jadi bisa lebih meresapi cerita yang disampaikan. Dalam beberapa minggu ini Bagas sedang disibukkan dengan agenda peluncuran buku barunya, ia juga menggelar pertemuan dengan para pembaca setia, sekaligus mengadakan acara bedah buku.

Bagas memiliki banyak penggemar mulai dari kalangan remaja hingga dewasa. Sebagian besar dari penggemarnya adalah wanita, bukan hanya karena kisah haru dari novel yang ia terbitkan, melainkan juga karena kerupawanan Bagas yang membuat hampir semua wanita menyukainya. Ia merupakan sosok yang periang, ciri khas yang melekat pada wajahnya yaitu mata sipit ketika ia mengukir senyum, dan lesung pipit yang terukir di sisi kanan dan kiri bibirnya. Ia juga memiliki karakter yang supel, mudah bergaul, dan mudah menyeimbangi setiap kepribadian seseorang.

'Karena menjadi seorang penulis bukan hanya andal di atas kertas, namun seorang penulis juga harus memiliki daya tarik tersendiri untuk bisa menyejukkan pembacanya. Setiap orang memiliki daya tarik yang berbeda-beda, tidak bisa disamakan, dan setiap orang pasti memiliki daya tarik.'

Jalan Menuju PulihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang