Nindi berjalan melewati lorong sekolah, melewati beberapa kelas yang sudah ramai oleh murid. Saat memasuki kelas, semua mata menatap Nindi, terkekeh dan saling berbisik. Nindi ingat sekali dengan senyuman-senyuman itu, senyum yang terpasang seperti merendahkan. Nindi menuju kursinya. Akan tetapi, ia tidak menemukan mejanya di sana, yang tersisa hanya dua kursi kosong. Kedua mata itu mengitari setiap sudut kelas berharap ada satu buah meja yang tidak bertuan, tetapi semua murid sudah menempati mejanya masing-masing. Mereka masih berbisik sambil tertawa pelan seakan mereka telah merencanakan itu. Nindi pun menyadari bahwa ini merupakan ulah murid-murid di kelasnya.
Jam pelajaran pertama sudah hampir dimulai, sedangkan ia harus segera menemukan mejanya, harus segera mendapatkan meja, kalau tidak, guru akan menegurnya. Nindi pun keluar untuk mencari meja di suatu tempat, ia menuju kelas-kelas lain tetapi hasilnya nihil, ia belum menemukan meja yang kosong. Nindi berlari ke arah gudang penyimpanan meja-meja dan kursi-kursi yang sudah tidak terpakai karena rusak atau karena jumlah nya lebih, ia membuka pintu gudang itu, dan akhirnya ia pun menemukan satu meja yang masih layak untuk dipakai.
Nindi mengangkat meja itu dari tumpukan meja, mengeluarkan nya dari gudang, lalu menggotong sendiri menuju kelas. Setelah sampai di kelas, Nindi menaruh meja itu tepat di tempat duduknya. Semua murid berbisik membicarakan Nindi, mengejek dan menghinanya. Nindi mendengar kalimat yang mereka ucapkan, jika ditanya sakit atau tidak, jawaban nya adalah Ya. Bohong sekali jika Nindi menganggap itu adalah hal yang biasa.
Tidak ada hal lain yang bisa seseorang lakukan selain bertahan sedikit lagi atau lebih lama, ia percaya ini akan segera berakhir.
***
Menjelang ujian akhir semester, Nindi mempersiapkan ujian itu dengan sangat matang, ia benar-benar memfokuskan diri di setiap jam pelajaran sekolahnya, selalu memanfaatkan waktu istirahat untuk belajar dan mengulang kembali materi yang diajarkan oleh guru sebelumnya. Ketika malam hari, ia tidak lagi tidur lebih awal, ia mengubah jam tidurnya, tidur jam 23:00 dan bangun tidur jam 04:30. Nindi mengabaikan pola tidur dan pola makannya, mengesampingkan isi perut dan mengutamakan isi otak. Yang ada di pikirannya adalah, ia harus mendapatkan nilai terbaik agar buku rapor di jenjang SMP nya tercatat sempurna.
Akhirnya, tiba di saat-saat menegangkan itu, seluruh murid banyak sekali yang mengeluh, mereka kesulitan belajar dan menghapal materi yang akan diuji. Hari pertama ujian akhir semester dimulai, suasana di ruang ujian sangat hening, tidak ada suara apapun yang terdengar, hanya ada suara gesekan lembar kertas, dan suara tutup pulpen yang sengaja dimainkan karena seseorang yang tampak putus asa menghadapi soal ujian. Mereka tidak bisa berbisik karena guru penguji berkeliling tanpa henti di ruangan ini. Jangankan untuk berbisik, menoleh ke kanan dan ke kiri saja akan langsung ditegur.
Nindi duduk di meja baris ketiga, berada di tengah-tengah. Ia sangat menyukai suasana hening seperti ini, otaknya dapat bekerja lebih baik, dan hatinya menjadi damai. Mata pelajaran pertama yang diuji adalah Bahasa Indonesia, meskipun pelajaran itu adalah bahasa yang digunakan sehari-hari, tetapi jika tidak mempelajari nya dengan sungguh-sungguh dan teliti maka sama saja seperti mata pelajaran yang dianggap sulit. Nindi melihat ada banyak sekali soal cerita di lembar ujiannya, ia harus teliti jika ada narasi panjang, dan soal yang dianggap remeh biasanya banyak orang yang terkecoh. Itulah Bahasa Indonesia, memang tidak ada rumus nya, tetapi ia juga termasuk ilmu yang wajib dipelajari.
Lima belas menit lagi bel istirahat berbunyi, arti nya waktu ujian di jam pertama akan usai. Nindi sudah selesai dalam menjawab semua soal nya, ia memanfaatkan sisa waktu yang ada untuk memeriksa kembali jawaban-jawabannya. Setelah bel berbunyi, semua murid menyerahkan kertas ujian di atas meja guru penguji secara bergiliran. Mereka menghela napas pasrah karena ujian mata pelajaran Bahasa Indonesia yang dianggap remeh itu justru sama sulit nya. Semua murid berhamburan ke luar untuk mengisi perutnya di kantin. Istirahat hanya berlangsung dua puluh menit, tetapi Nindi memutuskan untuk belajar saja di kelas, mempersiapkan ujian mata pelajaran selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Menuju Pulih
RomanceBerdamai dengan masa lalu merupakan proses paling berpengaruh dalam membentuk masa depan, ingatan pahit itu sama seperti luka, merobek permukaan kulit, berdarah, dan membekas. Nindi harus berkawan dengan sepi, ia menutupi kisah menyakitkan itu hingg...