Blue Mart akan mengadakan kegiatan Outing ke salah satu tempat rekreasi yang jarak nya cukup jauh. Taman Mata Air, terletak di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Kegiatan outing tersebut merupakan kegiatan kekompakan yang biasa diadakan setiap tahun nya, bukan hanya cabang Duri saja yang mengikuti, tetapi Blue Mart dari beberapa cabang juga ikut serta dalam mengikuti kegiatan tersebut.
Tahun lalu, Nindi menolak undangan dari perusahaan untuk ikut serta dalam outing, ia lebih memilih mengambil beberapa pekerjaan paruh waktu. Akan tetapi, tahun ini ia akan menerima undangan itu, entah apa sebab nya, ia hanya ingin menatap sinar mentari itu kembali, berada di bawah nya, bersama angin yang bertiup kencang, dan pelukan hangat dari seseorang. Asih. Nindi kembali teringat dengan sosok Asih, seseorang yang pernah memberikan pelukan hangat saat usianya 13 tahun.
Outing akan diadakan keesokan hari nya, berlangsung selama dua hari. Nindi meminta bantuan seseorang untuk merawat ayah dan ibunya di rumah, ia akan memberikan upah atas bantuan itu.
Seluruh pegawai Blue Mart dari berbagai cabang telah berkumpul di area parkir, titik pertemuan mereka yaitu di gerai cabang Duri. Semuanya berbaris sesuai dengan cabang nya masing-masing, mengisi data kehadiran secara bergilir, dan pemberian arahan dari pimpinan Blue Mart.
Lima bus sudah berjejer rapi di sana, ada nomor urut di setiap bus, guna nya untuk membedakan antara bus satu dengan yang lain nya. Nindi mendapatkan bus nomor satu, gerai cabang Duri semua nya akan menempati bus nomor urut satu. Termasuk Putra. Ia menjadi panitia dalam kegiatan itu, mendokumentasikan setiap moment lalu mengabadikan nya ke dalam kamera digital.
Nindi mengenakan ransel dan satu tote bag, ia membawa beberapa perlengkapan pribadi yang kemungkinan akan dibutuhkan. Nindi mulai memasuki bus, mendapatkan giliran masuk paling pertama. Ia memilih kursi nomor dua dari depan di sebelah kanan, mendudukkan tubuhnya di sana dan mulai mencari posisi yang nyaman. Nindi memilih duduk di dekat jendela, ia ingin menikmati pemandangan kebun teh dan perbukitan.
Pegawai-pegawai yang lain mulai berdatangan memasuki bus nomor urut satu, mereka saling berebut memilih kursi yang paling nyaman, kebanyakan dari mereka akan memilih kursi paling belakang, karena di area itu mereka bisa dengan bebas melakukan apapun untuk mengisi perjalanan panjang. Semua orang melintasi kursi Nindi, tidak ada yang melirik kursi kosong di sebelahnya, pandangannya melihat ke arah jendela, tetapi ekor matanya masih bekerja dengan baik, ia melihat dengan jelas ketidakinginan itu dari rekan-rekannya.
Tidak ada yang menginginkan duduk bersebelahan dengan Nindi.
Nindi merundukkan kepala, ia tahu betul apa yang pantas ia dapatkan, dan ini adalah jawaban nya. Perasaannya mengakui akan hal itu, tetapi ada perasaan lain yang belum ia akui, sebenarnya ada kesedihan yang selalu ditutupi, membohongi dirinya sendiri. Nindi kembali menatap ke luar jendela ketika bus kian melaju.
Ratna bersama dengan rekan-rekan yang lain sedang asyik bernyanyi-nyanyi di belakang, salah satu rekan lelaki telah menyiapkan satu gitar untuk ia mainkan di sana. Musik gitar mulai berdendang, alunan lagu indah mulai terdengar bersamaan dengan senandung rekan-rekan yang lain. Mereka semua bersenandung penuh semangat, ada yang berdiri untuk menambah keseruan, dan sesekali sembari bertepuk tangan. Ketika satu lagu telah selesai dinyanyikan, seseorang membuat sesi request lagu, jadi siapapun dapat dengan bebas mengajukan permintaan lagu yang akan mereka nyanyikan bersama-sama. Lagu kedua pun telah ditentukan, mereka kembali bersenandung dengan penuh gembira.
Dua jam perjalanan, kursi-kursi bagian belakang masih bising bersenandung dan bersorak ria, mereka sungguh menikmati perjalanan ini. Nindi merogoh ponsel genggam dari dalam ranselnya, dan mencari letak ikon kamera. Ia memilih tombol video lalu meng-klik tombol merah di sana, mengarahkan kamera ke luar jendela dan mengabadikan moment perjalanannya. Selama kurang lebih satu menit ia mengabadikan moment itu, ia dikejutkan oleh Putra yang tiba-tiba duduk di sebelah kursinya yang sejak tadi kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Menuju Pulih
RomanceBerdamai dengan masa lalu merupakan proses paling berpengaruh dalam membentuk masa depan, ingatan pahit itu sama seperti luka, merobek permukaan kulit, berdarah, dan membekas. Nindi harus berkawan dengan sepi, ia menutupi kisah menyakitkan itu hingg...