29. Tawa Dalam Topeng

21 5 7
                                    

'Aku memutuskan untuk melanjutkan hidup, menutup semua retak yang menjalar di tubuh ini, menenggelamkan ingatan kelam hingga aku terpaksa hidup dalam rasa bersalah.'

Nindi sedang memasukkan beberapa belanjaan ke dalam kantung plastik, memisahkan kategori makanan dan kategori sabun di kantung terpisah. Ia melayani pembeli selanjutnya dengan jumlah belanja yang lebih banyak, pembeli itu memborong hingga memenuhi tiga keranjang. Nindi pun mengambil kantung plastik berukuran paling besar kemudian memisahkan kategori barang dan menyelesaikan pembayaran kasir.

Seorang lelaki yang menggantungkan tanda pengenal di lehernya menghampiri Nindi, ia membantu Nindi memasukkan barang itu ke dalam kantung plastik, setelah itu ia menghampiri pembeli yang usianya terpaut sangat jauh darinya. Wanita paruh baya itu hanya berbelanja sendirian, tanpa ada suami atau teman yang mengantarnya. Putra berinisiatif untuk membantu wanita itu, ia menenteng barang belanjaan ke dalam kendaraannya. Putra menenteng empat kantung plastik yang muatan nya lumayan banyak, saat sedang menenteng itu, otot-otot di sekitar bahu dan lengannya tampak jelas terlihat. Wanita paruh baya langsung tertegun dan terpana ketika melihat pemandangan indah itu, ia mendadak ramah padanya. Ia berlari kecil menghampiri mobil dan membuka bagasi nya, dengan tatapan yang masih memandangi Putra, sampai-sampai tidak berkedip.

"Wah, kau rajin olahraga ya, nak?" tanya wanita paruh baya yang masih melemparkan senyum pada lelaki di sebelahnya. Tetapi, Putra tidak merespon pertanyaannya, ia hanya tersenyum lalu menutup bagasi mobil dengan sangat seksi. Rahangnya tampak tegas, wajahnya dingin tetapi ada kehangatan di dalam nya, bulu alisnya lumayan tebal, begitu pun dengan bibirnya, garis bibirnya sangat jelas dan bervolume,

"Kak Putra, ada pembeli yang ingin top up uang elektronik dalam jumlah besar, tolong finger print." Nindi berteriak dari depan pintu Blue Mart lalu masuk kembali menuju kasir.

Putra langsung berpamitan kepada wanita paruh baya yang masih saja tertegun memandangnya. Ia berjalan dengan tegap penuh karisma.

Sore hari tiba, Nindi menyelesaikan tugasnya dengan baik tanpa ada selisih atau kendala apapun. Setelah selesai merapikan uang, ia pun menyerahkan seluruh uang penjualannya kepada Putra dan bersiap untuk bekerja paruh waktu.

***

Bagas memiliki kantor sendiri di dalam rumahnya, kantor itu memiliki tata ruang yang sangat nyaman, ia mendesain ruangan itu agar tampak unik dan terasa nyaman. Ruangan itu adalah ruang penyembuhan, ia bisa menghabiskan banyak waktu di sana, membaca buku, mendengarkan musik, dan menulis novel. Yang unik dari ruangan itu adalah terdapat dua sisi kaca yang menampilkan pemandangan indah dari atas sana, terdapat pintu juga di sana, bisa kapan saja dibuka. Ketika siang ruangan itu akan terlihat cerah dan berwarna, tetapi ketika malam hari ruangan itu akan terlihat gelap dan berkilau, sinar rembulan dan bintang selalu mengadakan pertunjukan di sana. Mereka memiliki pesona nya tersendiri.

Terdapat meja persegi panjang berbahan kayu jati yang di atas nya di tempati sebuah laptop, sebuah mesin pencetak ditaruh di sisi meja, dan beberapa lembar kertas kosong di atas nya. Yang identik dari seorang penulis adalah lautan buku yang tertata amat rapi di lemari yang menjulang tinggi hampir memenuhi ruangan. Ia suka sekali membaca, sehari bisa menyelesaikan dua buku, baginya, membaca buku itu seperti jendela ilmu, akan banyak sekali yang didapatkan seseorang jika membaca buku.

Bagas meletakkan tanaman kaktus dan lili paris di atas meja kerjanya, hal itu semakin menambah nuansa sejuk dan natural di kantornya, ia sangat detail dalam hal kerapihan, terlebih ruangan itu merupakan tempat ia bercerita dan menuangkan nya ke dalam sebuah karya tulis.

Bagas bekerja dibawah naungan Arah Kertas Publishing, perusahaan itu adalah tempat yang menerbitkan karya Bagas. Bagas tidak sering datang ke perusahaan, ia hanya mengunjungi beberapa kali saja dalam sebulan, di sana ia juga memiliki ruangan khusus untuknya, tetapi ia lebih memilih bekerja di kantornya sendiri.

Jalan Menuju PulihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang